Ini Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Indramayu Tinggi

Ini Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Tingkat Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Indramayu Tinggi

TribunCirebon.com/Handhika Rahman
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Indramayu, Lily Ulyati, Selasa (25/6/2019) 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Indramayu menjadi persoalan serius yang harus disikapi oleh semua pihak termasuk masyarakat.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Indramayu, Lily Ulyati menyampaikan, sepanjang tahun 2019 hingga bulan Mei 2019 sudah ada sebanyak 20 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Untuk rentang usia dari 0-18 tahun itu ada sebanyak 12 kasus dan rentang usia 18 tahun keatas sebanyak 8 kasus," ujar Lily Ulyati saat ditemui Tribuncirebon.com di ruangannya, Selasa (25/6/2019).

Lebih lanjut dirinya menyampaikan, maraknya kasus tersebut disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya karena banyak orangtua di Kabupaten Indramayu yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

Karna Sobahi Resmikan RSIA Livasya, Rumah Sakit Swasta Pertama di Majalengka

Berdasarkan hal tersebut, membuat anak-anak justru dititipkan dan diurus oleh kerabat atau kakek-nenek mereka.

"Kalau sudah dititipkan pada orang lain seperti pada nenek, yang bukan ibu bapak kandungnya itu kan mereka mengurus asal diam, asal anteng saja. Akhirnya anak tidak terawasi," ucap dia.

Saat anak merasa terlantar dan tidak mendapat perhatian dari kedua orangtuanya, disampaikan Lily Ulyati anak-anak akan terjerumus kepada salah pergaulan.

Dicontohkan dia, mereka masuk ke geng-geng yang tidak baik, seperti geng anak punk dan lain-lain, hal tersebut sangat mungkin terjadi.

"Untuk masuk geng punk itu kan katanya kalau perempuan harus mau melayani tiga orang lelaki dulu, ini kan miris sekali," ujar dia.

Menurutnya, meski disebut sebagai pahlawan devisa negara. Namun, secara pribadi dikatakan Lily Ulyati tidak setuju dengan bekerjanya para perempuan di Kabupaten Indramayu sebagai PMI.

VIRAL! Pria Ini Seberangkan Anak-anak di Sungai Pakai Plastik & Tanpa Alat Bantu, Demi Bersekolah!

Karena, akan sangat berdampak terhadap psikologis anak-anak, terlebih jika anak tersebut masih dalam tahap tumbuh kembang yang memerlukan pola asuh orangtua.

"Pokoknya dampaknya banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya," ujar dia.

Oleh karena itu, dirinya juga mendorong agar pemerintah dapat segera memecahkan persoalan lapangan kerja di Kabupaten Indramayu.

Faktor lainnya yaitu, seperti ekonomi, pendidikan orangtua yang rendah, pergaulan lingkungan, pernikahan usia dini, dan lain-lain juga turut berperan membuat tingkat angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Indramayu tinggi.

"Ini harus menjadi perhatian kita bersama, jangan sampai anak-anak menjadi korban," ucap dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved