Khutbah Jumat

Materi Khutbah Jumat 14 November 2025: Tanda Lemahnya Iman Seorang Muslim

khutbah Jumat, namun kali ini Tribuncirebon.com ingin mengulas salah satu tema berjudul Tanda Lemahnya Iman Seorang Muslimin.

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Warga saat melakukan salat gaib untuk Emmeril Kahn Mumtaz putra Ridwan Kamil di Masjid Agung Indramayu, Jumat (3/6/2022). 

Namun bagaimana kita sebagai muslimin bisa menjaga kualitas iman tersebut, karena iman seorang muslim ada dijari-jemari sang pencipta dan mudah bagi Allah untuk membalikannya di detik manapun sesuai keinginan dan kehendaknya.

Jika sampai itu tiba, dan keimanan seorang melemah sedang Allah beniat membalikan keimanannya maka habislah cerita.

Bahkan manusia terbaik SalaLlahu Alaihi Wasalam, yang telah dijanjikan surga didepan matanya pun setiap detik meminta agar Allah, Tuhannya menjaga hati dan iman dalam dadanya agar tak hilang dari genggaman sang khalik, lantas bagaimana dengan kita yang belum pasti akan ke neraka atau ke syurga?

Lantas apa saja tanda dari melemahnya iman seorang muslim?

Dalam pembagiannya tanda melemahnya iman seseorang dikategoroikan dengan 9 tanda, diantaranya :

Pertama: Malas melaksanakan amal ketaatan dan cenderung meremehkannya

Tanda lemahnya iman yang paling mudah dikenali adalah tumbuhnya rasa malas untuk melaksanakan amal ketaatan.

Tanda yang lebih serius dari itu adalah meremehkan amal ketaatan. Terutama yang sifatnya amal tambahan atau nafilah.

Dalam (QS. An-Nisa’: 142) Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ

“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.”

Tanda ini sangat jelas terlihat bagi mereka yang malas melaksanakan amal ketaatan, tumbuh dari sikap kurangnya rasa kepedulian terhadap hukum dan keutamaan amal ketaatan tersebut. Akhirnya ia mulai meremehkan kedisiplinan waktu pelaksanaan amal ketaatan. Seolah, ia telah kehilangan harapan besar untuk mengharap pahala dari Allah ‘azza wajalla.

Tanda lemahnya iman berupa malas ibadah ini terwujud dalam sikap menunda pelaksanaan haji padahal ia mampu, mundur dari medan perang padahal dia mampu untuk maju, menunda pelaksanaan shalat wajib padahal tidak ada uzur, bermalas-malas mendatangi shalat Jumat padahal dalam kondisi longgar.

Dimana tanda ini sangat bertolak belakang dengan apa yang difirmankan Allah ‘azza wajalla, dalam (QS. Al-Anbiya: 90)

فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ ۖوَوَهَبْنَا لَهٗ يَحْيٰى وَاَصْلَحْنَا لَهٗ زَوْجَهٗۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَّرَهَبًاۗ وَكَانُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved