TRIBUNCIREBON.COM - Hari Pramuka 2025 akan memasuki usia yang ke-64 yang jatuh pada 14 Agustus 2025.
Tema Hari Pramuka 2025 sebagaimana ditetapkan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka adalah "Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa".
Dalam peringatan Hari Pramuka ini, biasanya akan dilaksanakan upacara.
Nantinya, pembina upacara akan memberikan sambutan dalam upacara peringatan Hari Pramuka ke-64.
Khusus bagi kamu yang ditunjuk menjadi pembina upacara di Hari Pramuka 2025 nanti, kamu bisa mempersiapkan materi sambutan atau teks amanat pembina upacara Hari Pramuka 2025 yang sudah Tribuncirebon.com siapkan untuk kamu.
Baca juga: Contoh Susunan Upacara Hari Pramuka 14 Agustus 2025, Berikut Teks Amanat Pembina Upacara
1. Contoh Sambutan Hari Pramuka 2025
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Salam Pramuka!
Yang saya hormati, Kepala Sekolah, para pembina, bapak/ibu guru, dan adik-adik Pramuka yang saya banggakan.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada pagi ini kita dapat berkumpul di lapangan ini untuk memperingati Hari Pramuka ke-64 tahun 2025 dengan penuh semangat dan rasa syukur. Tema peringatan tahun ini adalah “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”.
Tema ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah ajakan untuk menyadari bahwa bangsa yang kuat tidak dibangun oleh satu orang atau satu kelompok saja, tetapi oleh kerja sama seluruh rakyatnya—termasuk kita, anggota Gerakan Pramuka.
Kolaborasi dan Ketahanan Bangsa
Apa yang dimaksud dengan ketahanan bangsa? Secara sederhana, ketahanan bangsa adalah kemampuan kita untuk tetap kokoh menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri maupun dari luar. Tantangan ini bisa berupa masalah sosial, bencana alam, krisis ekonomi, bahkan perkembangan teknologi yang begitu cepat.
Sebagaimana dikatakan oleh Lord Baden-Powell, pendiri Gerakan Pramuka dunia:
“The real way to get happiness is by giving out happiness to other people.”
Kebahagiaan sejati datang ketika kita memberi manfaat bagi orang lain. Itulah inti kolaborasi—memberi kontribusi bagi sesama demi kebaikan bersama.
Masalah Sosial dan Peran Pramuka
Adik-adik yang saya cintai,
Mari kita lihat realitas bangsa kita saat ini. Ada beberapa masalah sosial yang sedang kita hadapi bersama:
Perpecahan sosial akibat intoleransi
Masih ada kelompok masyarakat yang sulit menerima perbedaan. Perbedaan suku, agama, bahasa, atau pandangan politik kadang dijadikan alasan untuk memisahkan diri. Padahal, Indonesia dibangun di atas semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Perundungan di lingkungan sekolah
Kasus bullying, baik secara langsung maupun di media sosial, masih sering terjadi. Hal ini merusak rasa percaya diri korban, bahkan bisa berdampak panjang pada masa depan mereka.
Krisis kepedulian terhadap lingkungan
Sampah plastik, penebangan liar, pencemaran sungai—semua ini menjadi masalah yang mengancam masa depan.
Penyebaran informasi palsu (hoaks)
Di era digital, berita bohong dapat menyebar lebih cepat daripada kebenaran. Banyak orang terprovokasi tanpa memeriksa kebenaran informasi.
Bagaimana Peran Pramuka?
Pramuka bukan hanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Pramuka adalah wadah pembinaan karakter yang mengajarkan kita untuk berpikir cerdas, bersikap santun, dan bertindak bermanfaat.
Menghadapi intoleransi, Pramuka harus menjadi teladan dalam menghargai perbedaan. Kita belajar bahwa tali-temali yang kuat terdiri dari berbagai helai yang berbeda—demikian pula bangsa ini, kuat karena perbedaan yang terikat dalam persatuan.
Melawan perundungan, Pramuka harus membangun budaya saling menghormati. Jadilah teman yang siap membela, bukan yang ikut mencemooh. Seperti kata Baden-Powell:
“A Scout smiles and whistles under all circumstances.”
Seorang Pramuka tetap tersenyum dan memberi semangat dalam keadaan apapun, termasuk saat membela yang lemah.
Menjaga lingkungan, Pramuka memiliki kewajiban untuk mempraktikkan Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia. Gerakan menanam pohon, membersihkan sungai, membuat ecobricks, atau kampanye bebas plastik bisa menjadi program rutin gugus depan kita.
Menghadapi hoaks, Pramuka harus menjadi agen literasi digital. Sebelum menyebarkan informasi, kita periksa kebenarannya. Kita gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, bukan kebencian.
Kolaborasi yang Dibutuhkan
Adik-adik, kolaborasi berarti bekerja sama lintas batas: antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kita tidak bisa bergerak sendiri.
Dalam menjaga lingkungan, misalnya, kita bisa bekerja sama dengan dinas kebersihan atau komunitas pecinta alam. Dalam melawan bullying, kita bisa berkolaborasi dengan guru BK, orang tua, dan komunitas anti-kekerasan.
Bahkan di era digital, kolaborasi berarti saling mengingatkan dan saling mengedukasi agar kita semua menjadi pengguna teknologi yang bijak.
Kita bisa belajar dari pesan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Ketua Kwartir Nasional pertama Gerakan Pramuka:
“Pramuka adalah gerakan pendidikan yang menumbuhkan semangat persaudaraan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan.”
Pesan ini sangat relevan—bahwa Pramuka adalah rumah besar yang menyatukan semua anak bangsa.
Ketahanan Bangsa Dimulai dari Diri Sendiri
Ketahanan bangsa bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia dimulai dari ketahanan individu—dari kemampuan kita mengendalikan diri, bersikap bijak, dan berbuat baik.
Jika setiap anggota Pramuka memiliki karakter disiplin, peduli, dan tangguh, maka keluarga kita akan menjadi kuat. Keluarga yang kuat akan membentuk masyarakat yang kuat. Dan masyarakat yang kuat akan melahirkan bangsa yang tangguh.
Baden-Powell pernah berkata:
“Leave this world a little better than you found it.”
Tinggalkan dunia ini sedikit lebih baik daripada saat kita menemukannya.
Itu artinya, setiap langkah kecil yang kita lakukan untuk kebaikan adalah investasi bagi ketahanan bangsa di masa depan.
Aksi Nyata yang Bisa Dilakukan Pramuka
Agar pidato ini tidak hanya menjadi kata-kata, izinkan saya mengajak adik-adik untuk melakukan beberapa aksi nyata:
Program Satu Pramuka Satu Pohon — setiap anggota menanam dan merawat minimal satu pohon di rumah atau lingkungan sekolah.
Gerakan Sekolah Ramah Anak — melaporkan dan mencegah perundungan, membuat forum diskusi teman sebaya untuk saling mendukung.
Patroli Digital — membentuk tim kecil untuk memeriksa berita yang viral dan memberikan klarifikasi di media sosial sekolah atau gugus depan.
Kegiatan Bakti Sosial Kolaboratif — menggabungkan Pramuka, OSIS, dan ekstrakurikuler lain dalam aksi bersama membantu masyarakat sekitar.
Dengan langkah kecil yang konsisten, kita sedang menganyam benang-benang ketahanan bangsa.
Penutup
Adik-adik Pramuka yang saya banggakan,
Tantangan zaman akan selalu ada, tetapi ingatlah, bangsa yang tangguh adalah bangsa yang warganya saling menguatkan, saling menghargai, dan saling bekerja sama.
Mari kita wujudkan tema Hari Pramuka 2025, Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan aksi nyata.
Hari ini, di bawah bendera Merah Putih yang berkibar, kita perbarui janji kita:
Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan.
Kita akan mengabdi untuk Indonesia yang lebih kuat, lebih bersatu, dan lebih berdaya tahan menghadapi segala ujian.
Dan seperti kata Sri Sultan Hamengkubuwono IX:
“Pramuka itu bukan sekadar pakaian seragam, tetapi semangat pengabdian yang ada di dalam hati.”
Mari kita jaga semangat itu, kita wariskan kepada generasi berikutnya, dan kita tunjukkan bahwa Pramuka adalah bagian dari solusi bagi bangsa ini.
Salam Pramuka!
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2. Contoh Sambutan Hari Pramuka 2025
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Salam Pramuka!
Yang saya hormati para guru, pembina, kakak-kakak pembantu pembina, dan adik-adik Pramuka yang saya banggakan.
Hari ini, 14 Agustus 2025, kita memperingati Hari Pramuka yang ke-64 dengan penuh rasa syukur dan semangat. Tahun ini, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengangkat tema “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”. Tema ini sangat relevan dengan kondisi bangsa kita saat ini, di tengah berbagai tantangan sosial, lingkungan, dan digital yang kita hadapi bersama.
Adik-adik yang saya cintai,
Pramuka adalah wadah pembentukan karakter yang unggul, disiplin, peduli, dan siap mengabdi. Tugas kita tidak hanya belajar tali-temali, baris-berbaris, atau menyanyi di perkemahan. Lebih dari itu, kita punya peran besar sebagai generasi muda yang ikut menjaga persatuan, melestarikan alam, dan melindungi masyarakat dari berbagai ancaman zaman.
Beberapa tahun terakhir, kita sering mendengar kasus perundungan atau bullying di sekolah, ujaran kebencian, dan sikap intoleransi. Perbedaan yang seharusnya menjadi kekayaan justru dijadikan alasan untuk saling menjauh, bahkan memusuhi. Ini adalah ancaman serius bagi ketahanan bangsa.
Pramuka harus menjadi garda terdepan untuk menghapus perilaku ini. Sifat Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan harus diwujudkan dalam sikap saling menghormati, melindungi yang lemah, dan berani membela kebenaran.
Mari kita mulai dari pangkalan gugus depan kita sendiri. Jadikan sekolah kita sebagai zona ramah anak, bebas dari kekerasan, perundungan, dan diskriminasi. Ajak teman-teman yang berbeda suku, agama, atau latar belakang untuk bekerja sama, saling membantu, dan saling menyemangati.
Ingatlah pesan Bung Karno: “Persatuan bukan berarti menyamakan, tapi menyatukan perbedaan untuk tujuan yang lebih besar.”
Inilah bentuk kolaborasi sederhana yang bisa kita mulai dari lingkungan terdekat, untuk membangun ketahanan bangsa dari ancaman perpecahan sosial.
Tantangan berikutnya adalah masalah lingkungan. Kita sering melihat berita banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan krisis air bersih. Penyebabnya tidak hanya faktor alam, tetapi juga perilaku manusia yang kurang peduli—membuang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa reboisasi, dan menggunakan plastik berlebihan.
Pramuka memiliki semboyan Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia. Itu artinya, menjaga bumi adalah bagian dari pengabdian kita. Kita bisa memulai dari hal kecil: memilah sampah organik dan anorganik, membuat ecobricks, menanam pohon, atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Namun, aksi kita tidak berhenti di situ. Kita harus mengajak teman, keluarga, dan masyarakat sekitar untuk ikut peduli. Inilah wujud kolaborasi lintas kelompok—antara Pramuka, sekolah, pemerintah, dan masyarakat—untuk menciptakan lingkungan yang lestari.
Ingat pesan Pramoedya Ananta Toer: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah.”
Saya tambahkan: orang boleh sehebat apapun, tapi jika ia tidak menjaga alamnya, maka masa depan bangsanya akan hilang dari sejarah.
Tantangan besar lainnya di era ini adalah maraknya disinformasi atau berita bohong yang menyebar sangat cepat melalui media sosial. Berita palsu dapat memicu kepanikan, merusak reputasi seseorang, memecah belah masyarakat, bahkan mengancam keamanan negara.
Sebagai generasi digital, Pramuka harus menjadi duta literasi informasi. Sebelum membagikan berita atau informasi, biasakan untuk memeriksa sumbernya, memastikan kebenarannya, dan mempertimbangkan apakah informasi tersebut bermanfaat atau justru merugikan.
Kolaborasi yang kita lakukan di dunia digital berarti bekerja sama dengan pihak sekolah, keluarga, komunitas, bahkan instansi pemerintah untuk mengedukasi masyarakat agar bijak bermedia sosial.
Ingatlah pesan Ki Hadjar Dewantara:
“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”
Di era digital ini, setiap unggahan adalah pelajaran, setiap komentar adalah cermin diri. Jadilah guru yang memberi manfaat, bukan penyebar keburukan.
Adik-adik Pramuka yang saya banggakan,
Dari tiga tantangan besar yang kita bahas—ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan digital—kita belajar bahwa tidak ada satu pun masalah bangsa ini yang bisa diselesaikan sendirian. Kita memerlukan kolaborasi: saling menguatkan, saling melengkapi, dan saling mengingatkan.
Sebagai anggota Pramuka, kita punya bekal karakter, keterampilan, dan semangat pengabdian yang menjadi modal besar untuk ikut membangun bangsa. Mari kita mulai dari langkah-langkah kecil di lingkungan kita, lalu meluas ke masyarakat, hingga akhirnya memberi dampak positif bagi Indonesia.
Hari ini, di bawah Sang Merah Putih yang berkibar gagah, kita perbarui janji kita:
Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan.
Untuk Indonesia yang lebih kuat, lebih bersatu, dan lebih tahan menghadapi tantangan zaman.
Ingat kata Bung Hatta: “Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, tetapi karena lilin-lilin di desa yang terus menyala.”
Mari kita nyalakan lilin itu—mulai dari kita, mulai dari sekarang.
Salam Pramuka!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
3. Contoh Sambutan Hari Pramuka 2025
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera bagi kita semua,
Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan,
Salam Pramuka!
Yang terhormat, Bapak Kepala Sekolah beserta seluruh jajaran manajemen sekolah,
Yang saya hormati, Bapak dan Ibu Guru, para Pembina Gugusdepan,
Serta adik-adik sekalian, seluruh anggota Gerakan Pramuka yang saya banggakan.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada pagi yang mulia ini, di bawah naungan bendera Merah Putih yang kita cintai, kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat walafiat untuk melaksanakan upacara peringatan Hari Pramuka ke-64. Tepat pada hari ini, tanggal 14 Agustus 2025, kita mengenang kembali momen bersejarah lahirnya Gerakan Pramuka Indonesia, sebuah wadah pendidikan karakter yang telah melahirkan jutaan tunas bangsa, mengukir prestasi, dan mengukuhkan semangat patriotisme di seluruh penjuru tanah air.
Setiap tahun, peringatan Hari Pramuka menjadi momentum berharga untuk kita merefleksikan diri, mengevaluasi peran kita, dan memperbarui tekad untuk terus mengabdi. Untuk tahun ini, Gerakan Pramuka mengusung tema yang sangat relevan dan mendalam, yaitu “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa.” Tema ini bukan sekadar rangkaian kata yang indah, melainkan sebuah seruan dan panggilan jiwa yang menantang kita untuk menyatukan langkah, menyatukan visi, dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dan dinamis. Ini adalah pengakuan bahwa di era modern ini, tidak ada satu pihak pun yang bisa bekerja sendirian. Setiap keberhasilan besar, setiap solusi atas masalah, selalu berawal dari kolaborasi.
Tantangan Bangsa dan Urgensi Kolaborasi
Adik-adikku sekalian, para anggota Pramuka yang hebat,
Saat ini, bangsa kita dihadapkan pada beragam persoalan sosial yang menguji ketahanan kita sebagai sebuah bangsa. Di era digital yang kita tinggali, arus informasi mengalir begitu deras tanpa henti. Di satu sisi, ini membawa banyak manfaat, tetapi di sisi lain, ini menjadi ladang subur bagi penyebaran berita bohong atau hoaks yang memecah belah persatuan. Tanpa filter yang kuat, informasi palsu dapat dengan mudah mengikis kepercayaan, menyulut emosi, dan menciptakan perpecahan di antara kita. Cyberbullying menjadi ancaman nyata yang menyerang mental dan psikologis generasi muda. Filterisasi informasi dan literasi digital yang mumpuni menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga pikiran kita dari racun-racun digital.
Di samping itu, kita juga menyaksikan bagaimana tantangan lingkungan hidup semakin nyata dan mendesak. Perubahan iklim yang semakin ekstrem, masalah sampah plastik yang mencemari laut dan sungai kita, serta kerusakan alam akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab, adalah isu-isu global yang dampaknya kita rasakan langsung di tingkat lokal. Lingkungan yang rusak akan mengancam kesehatan, kesejahteraan, bahkan masa depan generasi yang akan datang. Masalah ini tidak bisa hanya diserahkan kepada pemerintah atau aktivis lingkungan saja; ini adalah tanggung jawab kolektif kita semua.
Tak kalah pentingnya, kita juga harus menghadapi masalah sosial di sekitar kita. Kenakalan remaja, bahaya penyalahgunaan narkoba yang mengintai, serta perpecahan sosial yang dipicu oleh perbedaan suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). Tanpa ada semangat persatuan dan kepedulian yang kuat, nilai-nilai persaudaraan yang menjadi pondasi bangsa kita bisa terkikis. Menghadapi semua persoalan tersebut, tidak ada satu pihak pun yang bisa menjadi pahlawan tunggal. Dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang lahir dari kolaborasi, dari sinergi, dan dari gotong royong seluruh elemen bangsa.
Peran Pramuka sebagai Garda Terdepan dan Agen Perubahan
Di sinilah peran Gerakan Pramuka menjadi sangat relevan dan krusial. Gerakan Pramuka bukanlah sekadar organisasi ekstrakurikuler yang hanya mengajarkan keterampilan tali temali atau sandi. Lebih dari itu, Pramuka adalah kawah candradimuka untuk menempa karakter, menguatkan moral, dan membentuk pribadi yang siap menghadapi segala tantangan.
Tri Satya dan Dasa Dharma yang telah kita ikrarkan dan pelajari bukanlah sekadar hafalan, melainkan pedoman hidup yang harus kita amalkan. Nilai-nilai luhur inilah yang menjadi "senjata" kita untuk menjawab tantangan zaman.
Dasa Dharma “Bertanggung jawab dan dapat dipercaya” adalah modal utama kita dalam menghadapi arus hoaks. Seorang Pramuka sejati harus menjadi filter informasi. Kita harus berani mengatakan tidak pada berita bohong dan menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya bagi teman, keluarga, dan lingkungan.
Dasa Dharma “Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia” menantang kita untuk menjadi pionir dalam menjaga lingkungan. Mari kita buktikan cinta kita pada alam dengan mempraktikkan gaya hidup ramah lingkungan, mengelola sampah dengan benar, dan mengajak teman-teman untuk melakukan hal yang sama. Dalam konteks sosial, Dasa Dharma ini mendorong kita untuk mengedepankan empati, menolong sesama yang membutuhkan, dan menjalin persaudaraan tanpa memandang latar belakang.
Dasa Dharma “Suka menolong dan tabah” adalah cerminan ketangguhan kita. Di tengah kesulitan, baik yang kita alami sendiri maupun yang menimpa masyarakat, seorang Pramuka tidak akan menyerah. Kita akan menjadi yang pertama mengulurkan tangan, menjadi garda terdepan dalam aksi sosial, dan menjadi penyemangat bagi orang lain.
Kolaborasi dalam Pramuka dimulai dari hal-hal kecil. Kita belajar bekerja sama dalam regu untuk menyelesaikan tugas, bergotong royong dalam pasukan untuk membangun tenda, dan berkolaborasi dalam gugusdepan untuk menyukseskan program-program sosial. Semangat kolaborasi inilah yang harus kita bawa keluar dari lingkungan sekolah. Kita bisa berkolaborasi dengan Karang Taruna, komunitas lingkungan, atau bahkan dengan tokoh masyarakat untuk menciptakan solusi nyata atas masalah-masalah di sekitar kita.
Maka, pada Hari Pramuka ke-64 ini, saya mengajak seluruh anggota Gerakan Pramuka untuk menguatkan komitmen kita. Mari kita jadikan tema kolaborasi sebagai pijakan untuk bertindak.
Jadilah Agen Perubahan: Jangan hanya menjadi penonton. Jadilah bagian dari solusi. Jadilah pelopor dalam Gerakan Lingkungan Bersih di sekolah, jadilah inspirator bagi teman-teman untuk menggunakan media sosial secara bijak, dan jadilah penyambung tali silaturahmi yang merajut kembali persaudaraan yang sempat merenggang.
Bangunlah Jaringan Kolaborasi: Ajaklah teman-teman dari berbagai latar belakang, baik di dalam maupun di luar Pramuka, untuk bekerja sama dalam proyek-proyek positif. Buktikan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk menyelesaikan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh satu orang.
Terus Belajar dan Berkembang: Jadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar. Kembangkan terus keterampilan dan pengetahuan kalian, agar kelak kalian menjadi pemimpin yang cerdas, beretika, dan mampu membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih gemilang.
Adik-adikku sekalian, masa depan bangsa ini berada di tangan kalian. Gerakan Pramuka telah membekali kalian dengan nilai-nilai yang tak lekang oleh waktu. Dengan semangat kolaborasi, kalian adalah kekuatan besar yang mampu membangun ketahanan bangsa.
Dirgahayu Gerakan Pramuka! Teruslah berkarya, teruslah berbakti, dan jadilah tunas muda yang menaburkan kebaikan di mana pun kalian berada.
Salam Pramuka!
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Baca berita Tribuncirebon.com lainnya di GoogleNews