PVMBG: Megathrust Tak Dapat Diprediksi Secara Akurat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gempa

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan gempa megathrust terjadi. 


Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG, Supartoyo mengatakan, megathrust merupakan suatu kejadian gempa bumi yang bersumber di laut akibat penunjaman, antara lempeng Indo-australia dan lempeng benua Eurasia yang membentang dari Barat Sumatera, Selatan Jawa, Papua, Sulawesi Utara dan Timur laut Halmahera. 


"Hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi secara akurat kapan, di mana dan berapa besar. Jadi, kalau ada yang menyebut prediksi itu bisa dipastikan hoax," ujar Supartoyo, Jumat (6/9/2024). 

Baca juga: Baru Saja Gempa Bumi Melanda Bandung, Terjadi di Kedalaman 10 Kilometer, Ini Kata BMKG


Megathrust, kata dia, sudah menjadi isu hangat sejak 2004. Saat itu, profesor dari Brazil sempat meramalkan bakal terjadi gempa dengan kekuatan besar di barat Sumatera, khususnya Sumatera Barat dan Bengkulu yang menimbulkan tsunami.


"Waktu itu sempat heboh dan Kota Padang sempat kosong, pada sekitar akhir bulan Desember kalau tidak salah," katanya. 


Isu tersebut muncul lagi pada 2018 di selat Sunda. Saat itu, kata dia, disebutkan megathrust mampu menghasilkan tsunami lebih dari 30 meter.


"Lalu 2022 heboh juga dengan adanya serangkaian kejadian gempa bumi di selatan Jabar, lalu sekarang ramai lagi, jadi sebenarnya isu megathrust itu bukan hanya tahun ini, tapi sudah berulang berkali-kali dan Alhamdulillah belum ada kejadian gempa bumi setelah isu itu timbul, kecuali gempa megathrust di Pangandaran 2006," ucapnya. 


Daripada sibuk memprediksi kapan megathrust terjadi, kata dia, sebaiknya pemerintah dan masyarakat melakukan identifikasi wilayah-wilayah mana saja yang masuk dalam wilayah sumber gempa bumi megathrust.


"Badan Geologi yang telah menyusun peta rawan gempa bumi dan peta rawan tsunami. Semestinya ini dipakai sebagai antisipasi, sewaktu-waktu apabila goncangan gempa bumi megathrust itu terjadi," katanya.

Baca juga: Baru Saja, Gempa Magnitudo 4,0 Guncang Takengon Aceh Tengah, Ini Info Dari BMKG


Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Daerah (BNPB) Jawa Barat menggelar apel kesiapsiagaan darurat kekeringan dan simulasi evakuasi potensi megathrust.


Apel ini dilaksanakan di Tempat Evakuasi Sementara (TES) Blok Pasar Wisata (PW) Pangandaran, Kamis (5/9/2024).


Selain dari BNPB, apel kesiapsiagaan ini juga diikuti oleh unsur TNI-Polri, Basarnas, SAR MTA, Sigab Persis, SAR Barakuda, Tagana, RAPI, AMS Rescue dan potensi SAR lainnya.


Melalui Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Jawa Barat, Lilik Kurniawan; Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyampaikan arahannya dalam apel kesiapsiagaan darurat kekeringan dan potensi megathrust.


Arahan pertama, perlu dipahami secara bersama bahwa negara republik Indonesia ini terbentuk dari pertemuan lempeng tektonik. 


"Negara kita dikelilingi oleh subduction yang memungkinkan berpotensi terjadi gempa bumi besar dan memicu tsunami. Ini bisa terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa memprediksi waktu dan besarnya gempa yang akan terjadi," ujar Suharyanto dalam sambutannya seperti dibacakan Lilik.


Kedua, masyarakat dan pemerintah daerah (pemda) tidak perlu berlebihan dalam menyikapi isu megathrust. 


"Tapi, kita juga tidak boleh mengabaikan kesiapsiagaan kita. Mari kita jadikan momentum hari ini untuk mengingatkan kita semua untuk kembali melatih individu, keluarga dan komunitas untuk bisa melaksanakan evakuasi secara mandiri," ucapnya. (Tribun Jabar/Nazmi)

Berita Terkini