Keraton di Cirebon

Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Keraton Kasepuhan, Dibangun Hanya Satu Malam

Penulis: dedy herdiana
Editor: dedy herdiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada persis di depan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (7/5/2020).

TRIBUNCIREBON.COM - Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon yang ada di salah satu keraton di Cirebon.

Bangunan ini juga dikenal dengan nama Masjid Agung Cirebon atau Masjid Sunan Gunung Jati.

Karena, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, tepatnya pada tahun 1498 M.

Masjid ini juga dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Masjid Pakungwati.

Karena lokasinya berada di kompleks Keraton Pakungwati cikal bakal Keraton Kasepuhan Cirebon.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini juga disebut-sebut sebagai masjid tertua di Cirebon.

Diberi nama Sang Cipta Rasa karena masjid ini dibangun sebagai wujud dari rasa dan kepercayaan.

Lebih istimewa lagi, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun hanya dalam waktu semalam oleh Wali Songo bergotong royong bersama masyarakat.

Baca juga: Keunikan Lukisan Prabu Siliwangi di Keraton Kasepuhan Cirebon, Dipercaya Sosoknya Hidup Selalu Awasi

Sejarah Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dilansir dari Kemendikbud, dibangun pada tahun 1498 Msehi oleh Wali Songo atas prakarsa Sunan Gunung Jati.

Pambangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat dari Majapahit bersama dengan 200 orang pembantunya dari Demak.

Menurut cerita rakyat, pembangunan masjid ini hanya dalam tempo satu malam; pada dini hari keesokan harinya telah dipergunakan untuk salat Subuh.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini sedikitnya telah mengalami lima kali pemugaran.

Tahun 1934 Pemerintah Hindia Belanda melakukan perbaikan masjid secara keseluruhan, dipimpin oleh Ir. Krijgsman.

Pada tahun 1960 P.Sulaeman Sulendraningrat, Habib Syekh dan R. Amartapura memperbaiki atap dan talang.

Tahun 1972 - 1974 Pemerintah Daerah Kota Cirebon memperbaiki serambi depan.

Pada tahun 1975-1976 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pemugaran bangunan inti, yang dilanjutkan pada tahun 1976 - 1978 memugar tiang soko guru, tempat wudlu, peturasan, bangunan tengah, samping kiri-kanan dan penggantian atap sirap kayu jati.

Purna pugar Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilaksanakan pada 23 Februari 1978.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Kemendikbud)

Baca juga: Ini Daftar Aktivitas yang Bisa Dilakukan saat Mengunjungi Keraton Kasepuhan Cirebon

Keunikan Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Ciri khas Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai peninggalan kerajaan Islam terlihat dari atapnya yang berbentuk limas. 

Atap limas Masjid Agung Sang Cipta Rasa bersusun tiga dan ukurannya semakin ke atas semakin kecil.

Masjid ini juga di kelilingi tembok sebagai dinding pembatas halaman, tembok tersebut dihiasi dengan hiasan belah ketupat dan motif berbentuk segi enam.

Masjid ini berada dalam lingkungan Keraton Kasepuhan, tepatnya di sebelah barat alun-alun Keraton Kasepuhan.

Halaman Masjid Agung Sang Cipta Rasa dikelilingi kuta kosod berhias pada tubuh dan puncaknya serta bagian atasnya terdapat 20 buah lampu.

Keluar-masuk halaman dapat melalui enam buah pintu yang berbentuk seperti gapura paduraksa.

Pintu gerbang utama terletak di sebelah timur (tengah-tengah).

Gapura mempunyai dua daun pintu dengan hiasan candi laras dan di bawahnya hiasan belah ketupat.

Gapura yang lain berbentuk persegi panjang dengan lengkung.

Secara garis besar, masjid ini terdiri dari dua bagian, yaitu ruang utama dan serambi.

Baca juga: Menengok Tradisi Berebut Air Bekas Ritual Siraman Panjang di Keraton Kasepuhan Cirebon

Ruang Utama

Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki ruang utama berukuran 17,80 x 13,30 m yang terdiri dari 6 ruangan, dikelilingi tembok setinggi 3 m.

Tiang utama mesjid terdiri dari 30 buah berbentuk bulat dengan garis tengah 40 cm, berdiri di atas umpak.

Ruangan berlantai ubin terakota warna merah ini dikelilingi dinding setinggi 3 m namun tidak sampai ke atap, yang berfungsi sebagai pembatas dengan serambi.

Pada dinding ini terdapat 9 buah pintu dan 44 lubang angin.

Kesembilan pintu tersebut melambangkan sembilan wali (Wali Songo) yang ada di Jawa.

Pada dinding barat bagian tengah terdapat tonjolan berbentuk bulat sebagai tempat mihrab, tempat salat imam.

Di dalam ruang utama selain terdapat 30 tiang bulat, juga terdapat mimbar dan dua maksurah

Maksurah merupakan pagar berbentuk palang kayu dan masing-masing dipergunakan untuk tempat shalat Sultan Kesepuhan dan Kanoman.

Maksurah Sultan Kesepuhan terletak di kiri mimbar dengan pintu masuk pada sisi barat, sedangkan maksurah Sultan Kanoman terletak di sebelah selatan dan pintu masuknya di bagian timur.

Baca juga: Mengigat Tradisi Ngisis Wayang Kulit Pusaka, Menjaga Warisan Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan

Serambi

Serambi Masjid Agung Sang Cipta Rasa ada dua bagian, yaitu serambi dalam yang berada di sekeliling bangunan ruang utama dan serambi luar yang berada di sekeliling serambi dalam.

Serambi dalam ini merupakan bangunan terbuka dan atapnya bersatu dengan bangunan ruang utama.

Serambi dalam terdiri atas serambi selatan (Prabayaksa), timur (Pemandangan), utara dan barat.

Serambi luar terdiri atas serambi timur, serambi selatan dan utara.

Serambi luar timur terletak di sebelah timur ruang utama, yang terdiri atas dua serambi berbentuk persegi panjang, masing-masing berukuran 31 x 15 m dan 31 x 11 m. Lantai dari ubin warna merah tua dan tanpa dinding. Atap serambi berbentuk limasan dan ditutup sirap.

Serambi luar selatan berukuran 33,60 x 7 m dan berfungsi sebagai tempat salat kaum perempuan (pawastren). Atap serambi berbentuk limasan dan ditutup sirap.

Serambi luar utara berdampingan dengan serambi Pemandangan, berbentuk persegi panjang, berukuran 17 x 7 m.

Baca juga: Mengenal Ritual Grebeg Agung Kesultanan Kanoman di Keraton Kanoman, Masih Eksis Digelar Setiap Tahun

Bangunan lain

Bangunan lain yang terdapat dalam kompek Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah tempat wudlu, istiwa, pelayonan dan makam.

Tempat wudlu berjumlah empat buah, masing-masing terletak di sebelah utara, selatan, barat daya dan timur laut.

Istiwa adalah alat penunjuk waktu dengan mengacu pada sinar matahari. Bentuknya bundar dengan tonggak besi dipermukaannya, terletak di halaman halaman utara.

Pelayonan berfungsi sebagai tempat memandikan jenazah, terletak di bagian barat kamar mandi. Makam yang berjumlah 21 buah terletak di sudut halaman masjid bagian barat daya.

Makam hanya merupakan gundukan tanah yang diberi susunan bata dengan nisan polos dari batu. Salah seorang yang dimakamkan di komplek ini adalah K.H. Shofa Ibrahim, salah seorang penghulu dalam peradilan agama. Pada serambi keliling bangunan inti sebelah luar terdapat makam Ki Gede Alang-alang Danusela (Kuwu Cerbon I). Makam diberi cungkup berukuran 7 x 3,5 m dan atapnya menempel dengan atap serambi. (*)

 

Berita Terkini