Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - SMKN 1 Mundu telah memberangkatkan tim ke Pati, Jawa Tengah, untuk mendapatkan informasi mengenai Frans Julius Hutapea (18).
Siswa kelas XII Jurusan Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI) itu dinyatakan hilang di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Paman Julius, Reslan Simatupang, mengatakan, pihak keluarga mengutus pengacara untuk ikut dalam tim SMKN 1 Mundu ke Pati.
"Keluarga masih syok dan dan terpukul, sehingga mengirimkan tim pengacara ikut ke Pati," ujar Reslan Simatupang saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Jumat (11/3/2022).
Baca juga: Seorang Siswa SMKN 1 Mundu Cirebon Hilang di Laut Flores Saat PKL, 10 Siswa Lainnya Akan Dipulangkan
Baca juga: Keluarga Siswa SMKN 1 Mundu Cirebon Terpukul Begitu Peroleh Informasi Frans Hilang di Laut Flores
Ia mengatakan, dari informasi yang diterimanya tim tersebut telah diberangkatkan dari Cirebon pada Kamis (10/3/2022) kemarin.
Pihaknya berharap, keponakannya yang dinyatakan hilang karena jatuh ke laut itu selamat dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga besarnya.
"Harapan keluarga tentunya Julius selamat dan bisa pulang ke rumahnya, itu saja, enggak ada lagi," kata Reslan Simatupang.
Sementara Kepala SMKN 1 Mundu, Ikhwanudin, menyampaikan, pemberangkatan tim itu berdasarkan hasil rapat internal SMKN 1 Mundu dan untuk memfasilitasi keluarga Julius sehingga mendapatkan informasi valid.
Pasalnya, hingga kini komunikasi dengan kapal tersebut terkendala sinyal sehingga PT Pancuran Samudera Inusantara selaku perusahaan pemilik kapal juga kesulitan menghubungi awaknya.
"Masih anak-anak kami yang berada di kapal tersebut, dan hingga kini masih belum diketahui kapan kapal bisa bersandar," ujar Ikhwanudin.
Bahkan, pihaknya mengupayakan agar para siswa yang masih berada di kapal tersebut untuk segera diturunkan di pelabuhan terdekat kemudian dijemput perwakilan sekolah.
Ikhwanudin menyampaikan, selain masa PKL yang telah selesai sejak 5 Oktober 2021, para siswa juga akan mengikuti ujian sehingga harus secepatnya dipulangkan.
"Kami terus mendesak perusahaan agar para siswa diturunkan dulu di pelabuhan terdekat, misalnya Madura, sehingga bisa dijemput sekolah dan kapalnya lanjut ke Pati," kata Ikhwanudin.