Gubuk Kumuh 2x3 Meter Berdiri Tepat di Sebelah Istana Bupati Bandung, Gubuk Dipenuhi Tumpukan Sampah

Editor: Fauzie Pradita Abbas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuma Terpisah Dinding, Gubuk Kumuh Berdiri di Samping Kantor Bupati Bandung, Bau Tak Sedap Meruap

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Di samping kompleks Pemda Kabupaten Bandung di Soreang yang menjadi kantor Bupati Bandung sehari-hari, berdiri gubuk kumuh berukuran 2 meter x 3 meter. 

Di depan gubuk yang ditinggali seorang pria itu terdapat tumpukan sampah, aroma tak sedap pun meruap di sekelilingnya.

Gubuk tersebut tepat berada di samping gedung Pemda Bandung atau di sebelah kiri, Jalan Raya Kopo Soreang. 

Hanya terpisahkan oleh dinding dengan kantor bupati.

Gubuk itu terbuat dari tripleks dan atapnya menggunakan asbes. Di belakang dan kanan kiri gubuk tersebut dikelilingi tanaman-tanaman liar.

Salah Sedikit Meledak, Granat Nanas Masih Aktif Ditemukan di Tumpukan Sampah Pinggir Sungai

Saat dihampiri, Rabu (27/1/2021) siang, pria tersebut sedang memilah sampah yang ada di depan gubuk. Ia mengenakan topi hitam, jaket cokelat, kaus biru, dan celana abu-abu.

Saat diajak berkomunikasi, ia tak meresponnya, namun saat diberi makanan ia menambilnya.

Diduga pria yang berusia sekitar 50 tahun itu, merupakan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). 

Menurut Aat (43), seorang pedagang, pria tersebut telah tinggal di gubuk yang terlihat kotor dan kumuh itu sekitar satu bulanan.

"Mungkin sudah sekitar satu bulan, dia tinggal di situ. Gubuknya ia buat sendiri," kata Aat, saat dihampiri ketika berjualan.

Sempat Heboh Usai Vaksin Pertama, Kini Raffi Ahmad Vaksinasi Kedua, Minta Masyarakat Tak Perlu Takut

Menurut Aat, di area gubuk itu sebelumnya ada pagar seng, namun oleh orang tersebut dirusak dan dibuat gubuk itu.

"Mungkin rada-rada (ODGJ), soalnya seperti itu, tapi kadang kalau lagi pegang duit dia juga beli," tuturnya.

Kalau mandi, lanjut Aat, dia biasanya di sungai dekat rumah makan.

"Memang dia suka mandi, di sana," kata Aat.

Wajah Sumi Pun Semringah, Rumah Reyotnya Dibedah dan Kini jadi Layak Huni

Imik dan Rusdi saat ditemui di rumahnya. (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)

Satu Keluarga di Sumedang Tinggal di Gubuk Beralaskan Tanah, Ayahnya Rabun Sang Anak TBC

Pasangan suami istri dan satu orang anaknya tampak sedih dan bingung saat bercengkrama di dalam sebuah gubuk di Dusun Cisasak, RT 1/2, Desa Pajagan, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Rabu (4/11/2020).

Mereka adalah pasangan suami istri Rasdi (64) dan Imik (67) serta anak semata wayangnya bernama Yana Karyana (29).

Dalam satu keluarga ini, hanya Imik yang kondisi kesehatannya normal atau sehat.

Rasdi yang merupakan seorang kepala keluarga, kedua matanya sudah rabun hingga tidak bisa melihat dengan jelas, sedangkan Yana mengidap penyakit Tuberculosis ( TBC) hingga kondisi badannya semakin kurus.

Selama hidupnya, mereka kerap berpindah-pindah tempat dan terakhir keluarga ini tinggal digubuk berukuran 5x8 meter yang dibangun di atas tanah proyek Jalan Lingkar Jatigede yang di dalamnya hanya beralaskan tanah dan bangku untuk tidur.

Di dalam gubuk ini, sama sekali tidak ada alat-alat rumah tangga.

Wonderkid Arsenal Bukayo Saka Jadi Remaja Paling Tajam, Kalahkan Penerus Lionel Messi di Barcelona

Bahkan yang sangat memprihatinkan, keluarga ini juga tidak pernah merasakan terangnya lampu saat malam hari karena tidak ada aliran listrik.

Mereka hanya mengandalkan lilin untuk penerangan saat gelap malam sambil merasakan kesunyian karena gubuk ini lokasinya terpisah dengan permukiman warga setempat.

"Saya sudah empat tahun tinggal di gubuk ini karena tidak punya tanah dan tidak punya apa-apa," ujarnya Imik saat ditemui di gubuknya, Rabu (4/11/2020).

Sebelum menempati gubuk ini, mereka mengaku sudah 10 kali berpindah tempat tinggal karena selama hidupnya, mereka kerap tinggal di gubuk yang dibangun di atas tanah desa, sehingga saat tanahnya akan digunakan, mereka terpaksa harus pindah.

"Kebetulan saya tidak punya tanah pribadi, kalau punya, pasti sudah tinggal menetap di sini (Pajagan), enggak bakal pindah-pindah lagi. Ini tanah nganggur milik proyek," katanya.

Kedua pasutri ini, setiap harinya hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari dan tambah lagi mereka juga harus merawat anaknya yang mengidap penyakit TBC sejak dua tahun lalu.

"Pendapatan juga enggak menentu, apa saja dikerjakan yang penting tidak sampai meminta-minta," ucap Imik.

Mereka mengaku selama ini, belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah setempat, terutama dalam pembangunan rumah karena kendalanya dia tidak memiliki tanah sendiri sebagai salah satu syarat agar mendapatkan bantuan.

"Kalau bantuan paling BLT yang Rp 600 ribu, sudah dapat Rp 1.8 juta, kalau bantuan rumah belum pernah. Saya ingin punya rumah dan tanah sendiri," katanya.

Polisi Datang, Peserta Balap Liar di Indihiang Tasik Kocar-kacir, Ada Motor Sampai Nyungsep ke Sawah

Kepala Desa Pajagan, Rohaetin membenarkan bahwa keluarga ini merupakan warga Desa Pajagan yang kondisinya sangat memprihatinkan karena harus tinggal di dalam gubuk dan selalu berpindah-pindah tempat.

"Keadaan rumahnya (gubuk) tidak layak huni. Namun, dalam hal ini saya selaku kepala Desa Pajagaan sudah berencana untuk membangun rumah, walaupun sederhana dengan anggaran tahun 2021," ucapnya.

Sementara terkait anaknya yang mengidap penyakit TBC, selama ini sudah diperhatikan pihak desa dengan cara dibawa ke rumah sakit, sehingga kondisinya saat ini sudah mulai membaik.

"Kami juga rutin setiap satu bulan satu kali, mengontrol kesehatan anaknya ke rumahnya. Itu anaknya mengidap TBC, alhamdulillah sudah pulih," kata Rohaetin.

Sempat Heboh Usai Vaksin Pertama, Kini Raffi Ahmad Vaksinasi Kedua, Minta Masyarakat Tak Perlu Takut

Kardilah seorang duda yang tinggal di rumah gubuk menyerupai gudang di Desa Lemahayu, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Jumat (2/10/2020). (Tribun Cirebon/ Handhika Rahman)

Kisah Pilu Duda 60 Tahun di Indramayu Tinggal di Gubuk Bertumpuk Karung Padi, Sampai Ditinggal Istri

Nasib pilu dialami Kadilah (60) yang hidup seorang diri di sebuah rumah gubuk di Desa Lemahayu, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu.

Di rumah gubuk tak layak huni itu lebih menyerupai sebuah gudang. Di sana ia tinggal bertumpuk dengan karung-karung padi yang merupakan harta satu-satunya yang digunakan untuk bertahan hidup.

Kadilah yang merupakan seorang duda mengaku tak memiliki tempat tinggal lain selain rumah tersebut, rumah itu adalah peninggalan orang tuanya dahulu.

VIDEO 300 Personel Polresta Cirebon Siap Amankan Pendistribusian dan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19

"Istri saya di Desa Wirangrong, sudah cerai di sini jadi tinggal sendiri," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Jumat (2/10/2020).

Pantauan Tribuncirebon.com, suasana pengap langsung terasa saat memasuki rumah berukuran kurang lebih 3x3 meter tersebut.

Tak ada lantai di dalamnya, apalagi jendela. Lantai rumah Kardilah hanya beralas tanah. Semua barang pun terlihat menumpuk di rumah kecil tersebut.

Untuk tidur pun Kardilah hanya menggunakan tikar. Tikar tersebut bahkan mampu menutupi seluruh alas tanah di ruang kamar karena saking sempitnya.

Baju-baju juga berserakan di dalam kamar. Kardilah tak mempunyai lemari, semua baju di tumpukan pada sebuah kardus di samping tempat biasa ia tidur.

Antara baju bersih yang sudah dilipat dan baju kotor juga bercampur menjadi satu.

Selain itu, untuk kebutuhan air pun ia harus memompa air tanah yang dilakukan secara manual menggunakan batang bambu terlebih dahulu.

Air sedikit-sedikit keluar dari pipa paralon kecil mengisi ember berukuran kecil. Air itu lalu ia tumpahkan ke bak mandi di ruangan terpisah untuk keperluan minum dan mandi.

Hal tersebut terus ia lakukan berulang kali sampai volume air dirasa cukup untuk keperluan.

Tadi Pagi, Jenderal Listyo Sigit Prabowo Buru-buru Lepas Masker, Jawab Pertanyaan Agama dari Jokowi

Kardilah mengaku hanya seorang buruh tani dengan penghasilan tidak menentu. Hal ini pula yang membuat istrinya lebih memilih meninggalkannya seorang diri pada 15 tahun lalu.

"Kalau untuk makan saya masak yang ada saja, yang penting bisa makan," ujarnya.

Berita Terkini