Face Shield Tak Efektif, Jangan Turunkan Masker ke Dagu, Tangkal Mikro Droplet Pakai Masker di Wajah

Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) membuat alat pelindung diri (APD) berupa face shield secara mandiri.

TRIBUNCIREBON.COM - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyatakan, penggunaan face shield (pelindung wajah) tanpa masker tidak akan memberikan perlindungan maksimal.

Terlebih, saat ini virus corona bisa bertahan di udara dalam bentuk microdroplet yang mudah terhirup manusia yang tidak menggunakan masker.

"Karena kita tahu ada microdroplet. Dia akan mengambang di udara. Droplet memang kita bisa lindungi untuk ukuran yang besar. Dengan menggunakam face shield. Oleh karena itu kami tetap menyarankan pada saudara-saudara sekalian gunakan masker," kata Yurianto di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (12/7/2020).

Inilah Jawaban Soal SD Kelas 1-3 Belajar dari Rumah TVRI, Senin 13 Juli 2020: Hari Pertama Sekolah

Innalillahi, Putra Ketiga KH Maimun Zubair atau Mbah Moen Meninggal, Gus Kamil Sempat Berstatus PDP

Download Materi MPLS untuk SD, SMP, SMA, SMK, Lengkap dengan Buku Saku, 13 Juli 2020 Masuk Sekolah

Daftar Harga HP Vivo Juli 2020 Lengkap dengan Bocoran Harga Vivo X50 dan Vivo X50 Pro

"Lebih baik kalau memang kalau bisa ditambah dengan face shield, tetapi kalau menggunakan face shield saja tanpa masker tidak akan memberikan perlindungan maksimal," ucap dia.

Ia memahami, penggunaan masker dalam jangka waktu lama membuat tidak nyaman saat bernapas. Namun, kata Yurianto, hal itu mutlak harus dilakukan di tengah pandemi.

Untuk itu, ia meminta masyarakat memilih masker yang nyaman digunakan agar tak mengganggu saat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

"Oleh karena itu pilihlah masker yang nyaman. Masker yang masih memberikan ruang di antara masker dan lubang hidung ada ruang sehingga kita bisa bernapas dengan baik," kata dia.

Data pemerintah yang masuk hingga Minggu pukul 12.00 WIB menunjukkan, terdapat 1.681 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan kasus baru itu menyebabkan kini ada 75.699 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

"Kita dapatkan penambahan 1.681 orang sehingga totalnya menjadi 75.699 orang," ujar Achmad Yurianto.

Dalam periode yang sama, ada penambahan 919 pasien Covid-19 yang sembuh.

Para pasien itu dinyatakan sembuh setelah diperiksa dengan metode polymerase chain reaction (PCR) dan memperlihatkan hasil negatif virus corona.

Dengan demikian, total ada 35.638 pasien Covid-19 yang kini tak lagi terinfeksi virus corona. Ia juga menyatakan terdapat 71 pasien Covid-19 yang meninggal dunia pada Minggu sore. Dengan demikian, total pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia hingga 12 Juli mencapai 3.606 orang.

Achmad Yurianto mengatakan, merujuk rilis yang dikeluarkan badan kesehatan dunia (WHO), penularan Covid-19 masih dominan melalui percikan droplet.

Hal itu disampaikannya menanggapi banyaknya informasi penularan Covid-19 yang beredar di masyarakat.

“Dari beberapa informasi yang disampaikan WHO, diyakini bahwa penularan virus ini tetap terjadi melalui droplet,” ujar Yuri sebagaimana dikutip dari laman Kemenkes, Senin (13/7/2020).

Namun, dirinya mengingatkan bahwa masyarakat perlu mewaspadai droplet berukuran kecil (microdroplet).

Droplet kecil tersebut bisa bertahan lama di udara terutama pada ruangan dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang kurang maksimal.

“Sehingga penggunaan masker mutlak harus dilakukan, bukan face shield. Karena kita tahu pada microdroplet dia akan mengambang di udara," tutur Yuri.

"Droplet ukuran besar bisa kita cegah dengan menggunakan face shield, oleh karena itu tetap gunakan masker,” lanjutnya menegaskan.

Pihaknya kembali menegaskan penggunaan masker dalam rangka mencegah penularan COVID-19 harus dilakukan dengan baik dan benar. Masker harus menutup hidung dan mulut. Kemudian, tangan jangan menyentuh bagian depan masker dan jangan menurunkan masker ke dagu.

Pakai Masker 3 Tahun

Pandemi Covid-19 di dunia bahkan Indonesia tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sementara vaksin untuk virus ini masih berada dalam tahap pengujian dan belum  bisa diproduksi massal.

Kondisi ini akan berpengaruh kepada kegiatan masyarakat. Diperkirakan, penggunaan masker masih harus dilakukan selama 2 hingga 3 tahun ke depan.

Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan, nasib orang saat ini berada di tangan saintis, melalui vaksin Covid-19 yang akan mereka ciptakan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali normal setelah vaksin ditemukan sekitar 2-3 tahun.

“Setelah vaksin ditemukan akan diuji klinis sekitar awal tahun depan. Setelah itu baru bikin atau memperluas pabrik. Lalu baru produksi masal. Jadi selama itu (2-3 tahun) harus siap-siap pakai masker,” kata Jusuf Kalla pada kegiatan Webinar Series SBM ITB, From Surviving to Thriving: Business After Covid-19, Sabtu (11/7/2020).

Menurutnya, setelah vaksin berhasil, ekonomi pun akan kembali normal. Karena masyarakat sudah tidak takut untuk keluar rumah dan melakukan berbagai aktivitas.

Ia menilai dampak pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) berbeda dengan Krisis Moneter di Indonesia. Krisis Moneter 1998 hanya terjadi di beberapa negara yakni Indonesia, Thailand, dan Korea. Malaysa juga ikut terimbas, namun sedikit. Itupun segera bisa diatasi.

"Namun Covid-19 melanda hampir seluruh negara di dunia. Jadi, ketika dulu Indonesia meminta bantuan pada IMF, Jepang, atau negara-negara Eropa, kini tidak bisa. Sehingga timbul suatu kemandirian bangsa. Itu yang harus dijaga. Kita pasti bisa,” katanya.

Dampak positif yakni menumbuhkan kemandirian bangsa dibuktikan oleh salah satu perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. CEO of Dharma Group, Irianto Santoso mengatakan, Covid-19 memukul industri otomotif. Tak terkecuali industri komponen otomotif yang dipimpinnya.

• Siap-siap, Mulai Minggu Depan Tak Pakai Masker di Tempat Umum di Jabar Didenda Rp 100 Ribu

• Daftar Harga HP Vivo Juli 2020, Lengkap Nih, Ada Bocoran Spesifikasi Seri Terbaru Vivo X50 & X50 Pro

• Ternyata Ini Awal Virus Corona Menyebar di Secapa Bandung dari 2 Pasis yang Derita Penyakit Ini

Kondisi ini pun membuat supply chain terganggu. Komponen yang seharusnya impor, sulit didapatkan hingga perusahaannya menghadapi kendala. Namun agar perusahaan tetap berjalan,pihaknya melakukan terobosan dengan berinovasi ini untuk membuat komponen lokal dari fasilitas milik sendiri. “Kami akhirnya buat sendiri dan ada yang kerja sama dengan suplier,” katanya.

Di Jakarta, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan pentingnya penggunaan masker demi mencegah penularan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2).

Ia mengatakan, berdasarkan penelitian, penularan Covid-19 kebanyakan terjadi karena seseorang tidak mengenakan masker saat di luar rumah.

"Salah satu faktor yang menyumbang kasus positif terbanyak adalah ketidakdisiplinan menggunakan masker. Karena itu, kami mengingatkan gunakan masker. Gunakan masker yang nyaman," ucap Yuri dalam konferesi pers dari Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (11/7/2020). 

Yuri menjelaskan, masyarakat dapat menggunakan masker kain atau masker kertas sekali pakai. Jika menggunakan masker kain, ia menyarankan agar masyarakat memilih masker dengan desain dan bahan yang nyaman.

"Masker kain sebenarnya memiliki kualitas yang cukup bagus, tapi jika desainnya terlalu ketat menutup hidung, ini juga membuat tidak nyaman," kata dia.

Sementara itu, Yuri juga mengatakan bahwa saat ini masker kertas sekali pakai sudah dapat dibeli masyarakat dengan harga yang terjangkau.

"Masker kertas atau yang digunakan tenaga medis itu juga menjadi salah satu contoh masker yang bisa digunakan. Saat ini kita sudah bisa mendapatkan di mana-mana dengan mudah. Karena itu, gunakan masker menjadi penting," tegasnya.

• Ini Harga Sepeda Lipat Terbaru Varian Urbano 3 dan 5 dari Polygon, Diklaim Lebih Praktis & Fleksibel

• Jadwal Puasa Tarwiyah dan Arafah, Beserta Niat dan Keutamaan Jelang Idul Adha

Ia pun mengatakan menggunakan pelindung wajah atau face shield tanpa masker tidak akan memberikan perlindungan yang utuh.

Yuri menegaskan menggunakan masker tetap wajib meski sudah menggunakan face shield.

"Kami mengibaratkan penggunaan face shield tanpa masker, ibarat orang yang hanya menggunakan payung yang bisa melindungi tetesan air dari atas tapi tidak melindungi dari samping," kata Yuri.

"Karena itu tetap gunakan masker sebagai pengaman. Ibaratnya menggunakan jas hujan yang penuh sehingga tidak hanya tetesan dari atas, tapi dari samping juga kita bisa hindari," imbuhnya. 

Pakai Masker Penularan Hanya 1,5 Persen 

 Juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan bahwa saat ini penularan COVID-19 masih cukup tinggi di beberapa daerah.
Oleh karenanya protokol kesehatan mutlak harus dilakukan untuk melindungi diri dan kelompok rentan.
Namun masih banyak orang yang belum disiplin melaksakan protokol kesehatan yang ada, salah satunya tidak memakai masker. 
''Masih ada kelompok rentan yang tidak mematuhi protokol kesehatan, tidak menjaga jarak, tidak memakai masker, dan tidak rajin mencuci tangan, inilah yang kemudian menjadi kelompok rentan untuk tertular. Inilah gambaran kasus baru yang muncul,'' kata Yuri dalam keterangan resmi yang dikutip Tribun dari siaran pers Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Kamis (25/6/2020). 
Seperti diketahui, COVID-19 menyebar secara cepat melalui percikan droplet baik saat bersin maupun batuk.
Memakai masker adalah salah satu cara efektif untuk menahan droplet tersebut menyebar, terlebih masih ada Orang Tanpa Gejala (OTG) di sekitar masyarakat yang belum melakukan isolasi dengan baik.
Yuri mengatakan tingkat risiko penularan COVID-19 akan semakin menurun apabila seseorang memakai masker.
Ia pun membaginya kedalam 4 tingkatan :
Pertama, apabila seseorang yang membawa virus (OTG) tidak menggunakan masker dan melakukan kontak dekat dengan orang rentan maka kemungkinan penularan mencapai 100 %.
Kedua, orang yang sakit pakai masker, sementara kelompok rentan tidak memakai masker maka potensi penularan mencapai 70%,
Ketiga, orang sakit pakai masker, sementara orang sehat tidak pakai masker maka tingkat penularannya hanya 5 persen.
Keempat, jika keduanya pakai masker, maka potensi penularan hanya 1,5%.
''Inilah yang meyakinkan kita bahwa menggunakan masker adalah cara yang paling tepat, sudah barang tentu gunakanlah masker secara benar, menutup hidung dan mulut dengan baik,'' katanya.

• Daftar Harga 5 Sepeda Polygon, Mulai dari Sepeda Lipat Hingga Sepeda Gunung, Cocok Untuk Pemula

• Daftar Harga HP OPPO Bulan Juni 2020: Oppo A9 2020 Rp 3,4 Juta, Oppo A7 F Rp 2,6 Juta

Yuri menekankan protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan baru menuju tatanan masyarakat produktif namun tetap aman dari COVID-19.
Kedisiplinan, kesadaran dan peran aktif dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan agar kenaikan kasus tidak semakin tinggi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah: Face Shield Tanpa Masker Tak Melindungi Maksimal", https://nasional.kompas.com/read/2020/07/12/19334641/pemerintah-face-shield-tanpa-masker-tak-melindungi-maksimal.
Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Icha Rastika

Berita Terkini