Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan tes masif Covid-19 kepada sekitar 23 instansi pendidikan kemiliteran di Jawa Barat selama dua pekan ke depan.
Hal tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti adanya ratusan orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) di Kota Bandung.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Berli Hamdani, mengatakan pengetesan Covid-19 di institusi pendidikan kemiliteran tersebut sesuai dengan arahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam rapat evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19, Selasa (7/7).
"Institusinya saat ini, baru yang teridentifikasi itu adalah di Sukajadi. Di Secapa Sukajadi. Kemudian juga saat ini sudah dilakukan pemeriksaan, mulai dari rapid test kemudian dari rapid test itu juga sudah di-swab oleh tim dari Kesdam. Sudah dilakukan isolasi termasuk dilakukan terhadap satu area sekolah tersebut," kata Berli saat ditemui di Gudang BULOG Jabar, Rabu (8/7).
Dari satu sekolah tersebut, katanya, diperkirakan ada lebih dari 200 orang yang dinyatakan positif Covid-19, sebanyak delapan orang di antaranya sudah dirawat di RS Dustira Kota Cimahi dan sebagian lagi di RSPAD Gatot Soebroto.
"Sudah lima hari ditangani, setiap harinya di-updating dan data dimasukkan, dan terakhir paling banyak dinyatakan 105 dari 126 penambahan kasus kita di Jabar, 105-nya itu dari sana. Itu bukan hasil rapid test, itu adalah hasil tes swab," kata Berli.
Berli mengatakan selanjutnya akan dilakukan tes masif di 23 sekolah kedinasan militer di Jawa Barat. Hal serupa akan dilakukan terhadap sekolah berbasis asrama lainnya, seperti sekolah kedinasan lainnya, sekolah swasta, sampai pesantren, yang masih melakukan kegiatan belajar di tengah pandemi ini.
Penyebaran kasus Covid-19 di lembaga pendidikan tersebut, katanya, salah satu klaster penyebaran baru di Jawa Barat. Klaster baru lainnya adalah klaster industri PT Unilever di Kabupaten Bekasi dan juga sudah tertangani.
"Kita juga akan melakukan permeriksaan, identifikasi terhadap potensi-potensi penyebaran baik melalui klaster ini maupun juga penyebaran yang ada di masyarakatnya dengan melakukan pengetesan 10.000 per satu minggu. Mudah-mudahan paling lambat minggu depan kita sudah menyelesaikan semua potensi terjadinya klaster penyebaran Covid di Provinsi Jawa Barat.
• Jadwal Acara TV, Kamis 9 Juli 2020: Ada Angels Last Mission di Trans TV, Fantastic Four di GTV
• REKOR Terburuk Kasus Covid-19 Hari Ini, Bertambah 1.853 Pasien Positif, Total Jadi 68.079 Orang
• Link Pengumuman PPDB SMA Jalur Zonasi Jabar di ppdb.disdik.jabarprov.go.id, Pukul 14.00 WIB
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTTP) COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan saat ini ada dua klaster baru yang sedang ditangani dan terkendali. Dua klaster baru tersebut yakni klaster industri dan klaster institusi pendidikan kenegaraan di Bandung.
Di kedua klaster ini, GTPP telah melacak secara masif dengan hasil yang cukup menggembirakan. Untuk klaster industri diketahui ternyata penularan mayoritas terjadi di tempat kos karyawan yang bekerja pada beberapa pabrik.
"Kita sudah lakukan tracing yang sangat masif karena ternyata dia ngekosnya berkumpul dengan karyawan dari pabrik lain. Tapi alhamdulillah sudah terkendali dari sisi penyebaran tidak terjadi penambahan yang masif," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, saat jumpa pers di halaman Mapolda Jabar, Kota Bandung, Selasa (7/7).
Sementara untuk klaster institusi pendidikan kenegaraan, Kang Emil tak menyebut nama institusi maupun lokasinya. Namun pelacakan sudah dilakukan bahkan akan sampai pada uji usap (PCR) anggota keluarga yang bersangkutan.
"Tidak satu institusi tapi ada beberapa. Itu juga sudah ditracing dan hari ini sampai minggu depan kita akan lakukan testing PCR kepada keluarganya," ujarnya.
Data dari PIKOBAR per 8 Juli 2020 pukul 08.00 WIB, kasus terkonfirmasi di Jabar 3.779 atau bertambah 79 kasus, dengan positif aktif 1.836 kasus. Sementara yang sembuh 1.763 atau bertambah 45 orang. Meninggal dunia menjadi 180 orang bertambah dua orang. Sementara jumlah PDP yang masih diawasi 1.226 orang dan ODP yang masih dipantau 2.491 orang.
Kang Emil menginstruksikan seluruh kabupaten/kota rutin melaporkan data kasus secara cepat dan transparan karena keputusan GTPP harus selalu berdasarkan data.
"Jadi kalau data daerah belum lengkap cara kita merespons juga kurang optimal. Karena data Jabar ini akumulasi 27 daerah maka saya minta daerah melaporkan data secara cepat dan transparan," katanya.
Gubernur juga meminta daerah untuk meningkatkan sistem pelacakan. Sebab kunci penanganan COVID-19 adalah pelacakan, pengetesan dan isolasi.
"Partisipasi menurut WHO adalah kunci dari pengendalian COVID-19 sehingga kesiapan-kesiapan testing di daerah juga harus diperkuat khususnya dengan tes PCR yang targetnya minimal 10 ribu sampai 15 ribu PCR testing per minggu," kata Kang Emil.
Gugus tugas Jabar dan 27 daerah juga akan memperkuat kampanye di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Hal ini mengingat masih banyak masyarakat yang menganggap AKB adalah kehidupan normal seperti sebelum ada COVID-19.
"Jadi dua minggu ke depan edukasi dalam bentuk video, iklan dan lainnya harus ditingkatkan di level kota/kabupaten dan provinsi terkait AKB ini," tuturnya.
Gubernur menegaskan bahwa Jabar saat ini masih melaksanakan PSBB yakni PSBB proporsional di Bodebek dan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di kawasan non Bodebek.
GTPP juga telah menambah satu lagi tipe tempat rawan COVID-19 yang harus diwaspadai yaitu asrama. Sebelumnya tempat rawan yang jadi bidikan hanya pasar, tempat wisata dan stasiun/ terminal. Untuk itu, dalam dua minggu mendatang GTPP akan fokus juga melakuan pengetesan di asrama-asrama pendidikan.
"Tempat rawan saya tambahi satu tipe dari yang sebelumnya yaitu pasar, tempat wisata, stasiun/ terminal kini ditambah tempat berasrama yang akan menjadi pusat perhatian kita dalam pengetesan dalam dua minggu kedepan," sebut Gubernur.
Langkah ini juga terkait dengan angka reproduksi efektif (Rt) yang masih dinamis. Dalam dua minggu ini dilaporkan Rt Jabar menyentuh angka median 0,91. Walaupun sempat menyentuh angka 0,4, namun dalam rentang waktu dua minggu tersebut juga pernah menyentuh angka 1.
Oleh karena itu segala langkah di kabupateb/kota harus dilakukan ektra hati-hati. Termasuk pembukaan sekolah umum. Kang Emil menegaskan KBM di sekolah hanya diizinkan di daerah dengan zona hijau yakni Kota Sukabumi. Sementara zona biru ke bawah masih belum diperkenankan KBM di sekolah.
"Kurikulum sekolah memang mulainya 13 Juli 2020 tapi pertemuan fisiknya kan tidak boleh kecuali masuk zona hijau yang sudah diizinkan atas koordinasi gugus tugas provinsi dan pusat," tegasnya.
Gubernur mengingatkan sekolah swasta yang tidak dalam kendali langsung pemerintah tidak boleh ada kegiatan belajar fisik. Saat ini yang baru diizinkan melakukan pertemuan fisik yaitu sekolah di Kota Sukabumi yang sudah zona hijau. Rencananya besok Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin akan meninjau langsung proses AKB di SMUN 4 kota Sukabumi.
"Pak Wapres ingin mengetahui proses AKB di sekolah seperti apa," ujar Kang Emil.
Di tempat terpisah, Sekretaris GTPP Provinsi Jabar Daud Achmad meminta pada masa AKB ini para orang tua tidak membawa anak kecil ke tempat wisata alam terbuka yang sudah mulai dibuka di beberapa tempat. Menurutnya, sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, anak kecil rawan terpapar COVID-19 dari orang dewasa dan berpotensi besar menularkannya kepada orang lanjut usia.
“Di masa AKB agar orang tua tidak membawa anak ke luar rumah. Anak-anak tetap diupayakan tinggal di rumah,” ujarnya. (Sam)