DPRD Kabupaten Cirebon
Trusmi Bukan Hanya Soal Wisata, DPRD Kabupaten Cirebon: Ada Perajin Batik yang Bisa Punah
Ketua DPRD Kabupaten Cirebon berbicara mengenai penataan di kawasan Trusmi. Ini katanya.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Penataan kawasan wisata Trusmi, Kabupaten Cirebon, terus digalakkan pemerintah daerah.
Kawasan yang dikenal sebagai sentra batik ini dipoles agar lebih tertib, bersih dan nyaman untuk dikunjungi.
Namun, suara kekhawatiran mulai mencuat dari berbagai pihak, termasuk DPRD Kabupaten Cirebon.
Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Sophia Zulfia mengingatkan, bahwa penataan kawasan Trusmi seharusnya tidak hanya fokus pada estetika dan aspek wisata semata, tapi juga memberi ruang untuk pelestarian budaya lokal, khususnya eksistensi perajin batik tradisional yang selama ini menjadi jantung Trusmi.
“Penataan kawasan Trusmi memang penting, tetapi jangan sampai para perajin batik tradisional justru terpinggirkan atau bahkan punah karena kurang diperhatikan,” ujar Sophia, Kamis (24/7/2025).
Politisi PDI Perjuangan itu menekankan pentingnya keberlanjutan regenerasi perajin serta strategi promosi batik yang lebih efektif agar mampu bersaing dan menarik minat wisatawan.
"Keberadaan Trusmi tidak hanya penting dari sisi ekonomi, tapi juga sebagai simbol warisan budaya yang harus dijaga keberlangsungannya,” ucapnya.
Sophia juga menyoroti potensi pengembangan kawasan sekitar Trusmi yang dapat dimaksimalkan untuk menunjang sektor wisata, seperti optimalisasi jalur transportasi dan situs-situs bersejarah.
"Ada potensi besar yang bisa dimaksimalkan, seperti keberadaan Stasiun Cangkring sebagai jalur akses wisatawan."
"Selain itu, kawasan pabrik gula dan situs Makam Ki Buyut Gede Trusmi juga memiliki nilai sejarah yang bisa menambah daya tarik wisata,” ujar dia.
Hal senada diungkapkan Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman.
Ia menyebut, bahwa Pemkab Cirebon kini tengah memperkuat citra Trusmi sebagai destinasi wisata unggulan.
"Kami ingin menghadirkan kawasan Trusmi yang lebih terorganisir, tapi tetap memberi ruang bagi semua pihak."
"Kami tidak ingin ada pihak yang merasa dirugikan,” kata Agus.
Berbagai upaya penataan telah dilakukan, mulai dari relokasi pedagang, penyediaan fasilitas dasar, hingga pengaturan lalu lintas dan parkir.
Agus menegaskan, meski tidak instan, komitmen pemerintah tetap kuat.
“Kami ingin menjadikan Trusmi sebagai destinasi wisata unggulan yang tidak hanya mengutamakan estetika, tapi juga nilai-nilai budaya dan kesejahteraan masyarakat lokal,” ujarnya.
Senin pagi (7/7/2025) lalu, wajah Trusmi pun tampak berbeda.
Petugas gabungan dari Forkopimda Kabupaten Cirebon melakukan razia dan penertiban menyeluruh, mulai dari penertiban gepeng, anak punk, hingga pedagang kaki lima yang berjualan di badan jalan.
Kapolresta Cirebon, Kombes Sumarni, yang memimpin langsung kegiatan itu, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari penataan, bukan sekadar penggusuran.
"Kami ingin badan jalan difungsikan untuk kepentingan umum."
"Dan nanti dari Pemda Kabupaten Cirebon yang akan mencarikan solusi untuk keberadaan pedagang,” ucap Sumarni.
Ia juga menambahkan, kawasan Trusmi diharapkan menjadi wajah baru wisata Kabupaten Cirebon.
"Kami berharap kawasan Trusmi bisa menjadi ikonnya Kabupaten Cirebon, menjadi kawasan wisata yang rapi, bersih dan indah,” jelas dia.
Namun, di balik langkah penataan itu, keresahan tetap menyelimuti sebagian warga, terutama pedagang kecil.
Seperti yang dirasakan Kholifah, pedagang kelapa parut yang biasa berjualan di pinggir jalan kawasan Trusmi.
“Ya saya bukan protes, tapi minta solusinya gimana. Gak hanya dibongkar-bongkar, tapi apa ke depannya."
"Kalau harus nunggu beberapa hari sampai bulanan gak jualan, mau makan apa?” kata Kholifah, lirih.
Wakil Bupati Cirebon, Agus Kurniawan Budiman mengaku, memahami kegelisahan masyarakat dan berjanji akan mengedepankan pendekatan solutif.
"Kami Pemerintah Kabupaten Cirebon akan berkoordinasi dengan para pihak, terutama masyarakat yang ada di sini."
"Ke depannya nanti apakah merelokasi para pedagang ini ke tempat yang lebih tertib,” ujar Agus.
Agus juga menyebut, akan ada penataan sistem parkir dan rekayasa lalu lintas untuk menunjang kenyamanan kawasan.
Kini, masyarakat menanti janji itu ditepati.
Sebab, penataan yang hanya mengandalkan estetika tanpa solusi jangka panjang bagi pelaku usaha kecil hanya akan menyisakan ketimpangan.
Trusmi memang harus ditata, tapi jangan sampai perajin dan pedagang kecil justru tersingkir dari panggung utama warisan budaya ini.
Baca juga: Serapan Dana Desa Jeblok, DPRD Kabupaten Cirebon Sentil DPMPD: Gagal Antisipasi!
DPRD Kabupaten Cirebon Apresiasi Pemekaran Cirebon Timur, Diyakini Bawa Pemerataan Pembangunan |
![]() |
---|
Foto-foto Gedung DPRD Kabupaten Cirebon yang Dibakar Massa, Puing Demokrasi yang Tinggal Arang |
![]() |
---|
Separuh APBD Kabupaten Cirebon Ludes untuk Gaji ASN, DPRD Ingatkan Jangan Sampai Jadi Anggaran Hampa |
![]() |
---|
Serapan Dana Desa Jeblok, DPRD Kabupaten Cirebon Sentil DPMPD: Gagal Antisipasi! |
![]() |
---|
DPRD Sentil Rp 2 Miliar Pengembangan ASN Kabupaten Cirebon: Output-nya Mana? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.