Kisah Inspirasi Memet dan Nenih
Kisah Inspirasi Memet dan Nenih, Lulusan SMA Kini Punya Toserba Terbesar di Majalengka
Di Majalengka, semua warga mengenal dan pernah berbelanja di UD Putra Tiga Saudara (TS) di Baribis, Kecamatan Cigasongm Majalengka. Toserba lokal terb
Penulis: Adhim Mugni Mubaroq | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Laporan Kontributor Adim Mubaroq
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Di Majalengka, semua warga mengenal dan pernah berbelanja di UD Putra Tiga Saudara (TS) di Baribis, Kecamatan Cigasongm Majalengka.
Toserba lokal terbesar di Kota Angin ini bukan hanya menjadi ikon pusat pakaian dengan harga terjangkau dan kualitas premium, tetapi juga telah menjadi bagian dari keseharian mayoritas masyarakat.
Kisah di balik kesuksesan UD Putra TS adalah cerita perjuangan panjang dan penuh ketekunan dari pasangan suami istri, H. Memet Tasmat dan Nenih Herlina, yang memulai usaha mereka dari nol dengan berjualan pakaian keliling ke desa-desa tanpa gengsi.
Baca juga: Identitas Mayat Pria dengan Kondisi Wajah Babak Belur di Sawah Indramayu, Ini Penyebabnya
Perjalanan Memet yang lahir di Majalengka pada 18 Mei 1975 ini, dimulai saat ia merantau ke Bandung pada akhir 1990-an dengan modal terbatas Rp1,5 juta dari orang tua. Ia menjual pakaian dalam secara kredit dengan cara door to door keliling kampung, berjalan kaki, naik angkot, dan bahkan menumpang ojek demi mencari pelanggan.
"Saya tidak malu mulai dari bawah. Yang penting tekun dan terus belajar," kenang Memet saat berbincang dengan Tribun, Minggu (25/5/2025).
Kembali ke Majalengka, Memet meneruskan usaha keliling pakian dalam ke desa/kelurahan se-Kecamatan Majalengka. Ia lakukan itu secara konsisten dengan sistem jual beli putus.
Baca juga: UPDATE Harga Emas Antam Hari Ini di Bandung, Ciamis dan Cimahi Kompak Stabl, 1 Gram Jadi Segini
"Saya menahan rasa malu, ditanya tetangga mau kemana, saya tersenyum. Saya jualan sejak muda," ujar Memet.
Setelah berjualan keliling, akhirnya Memet bisa jualan di lapak Pasar Lama, lalu pindah dan punya kios di Pasar Cigasong. Dalam perjalanan jualannya, Memet bertemu dengan Nenih Herlina, yang kelak menjadi mitra hidup dan partner usaha.
Setelah menikah tahun 2001, keduanya membangun usaha bersama. Memet dihadiahi oleh mertua mobil Mitsubishi L300. Mobil itu mereka gunakan untuk berkeliling menjual pakaian di Pasar Maja, Talaga, Cikijing, hingga ke Kabupate/Kota Tasikmalaya dan Ciamis.
"Berangka Subuh pulang Magrib, sampai ganti pakaian dan makan di mobil. Terus kami lakukan dalam 3-4 hari dalam seminggu. Sisa hari dalam seminggunya kami berjualan di lapak di Pasar Cigasong," tutur Nenih, saat menceritakan masa lalunya.
Baca juga: Rekap Pemain Persib yang Resmi Out dari Maung Bandung, Ada Kevin Mendoza hingga Nick Kuipers
Mereka menerapkan sistem beli putus, yaitu pembelian barang untuk dijual secara kontan tanpa perjanjian kredit, serta memberikan fleksibilitas penukaran barang bagi pelanggan. Metode ini meningkatkan kepercayaan konsumen karena proses pembelian yang transparan dan pelayanan yang memuaskan.
Usaha kemudian berkembang ke lokasi yang lebih strategis di Pasar Cigasong. Pada tahun 2006, keluarga Memet Tasmat berhasil membangun toko yang lebih besar dan representatif, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan koleksi produk yang lebih luas. Kepercayaan pasar terus meningkat hingga pada tahun 2009 toko tersebut kembali diperluas untuk menampung permintaan yang semakin tinggi.
Pada tahun 2010, sebagai wujud syukur atas kelancaran usahanya, H. Memet Tasmat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2012, keluarga kecil ini bertambah bahagia dengan kelahiran anak pertama. Peristiwa ini semakin memotivasi Memet dan istrinya untuk terus mengembangkan bisnis keluarga. Namun ujian besar datang pada tahun 2016 yang menguji ketangguhan mereka.
Ujian pada tahun 2016 tidak mematahkan semangat, malah mendorong inovasi baru. Dari situ muncul langkah strategis untuk membangun toko serba ada (toserba) yang lebih modern.
Awal usaha di Pasar Lawas Majalengka dan kemudian Pasar Cigasong, lama-kelamaan mereka membuka toko tetap sejak 2006 dan mengembangkannya menjadi toserba terbesar di Majalengka. UD Putra TS kini dikenal sebagai toko yang lengkap, nyaman, dan sangat terjangkau, yang menjadi pilihan utama hampir seluruh masyarakat Majalengka.
Selain pakaian, UD Putra TS juga melengkapi fasilitas dengan food court yang nyaman, dan bahkan layanan travel haji dan umrah yang dikelola keluarga Memet. Bisnis travel ini menjadi bentuk komitmen mereka dalam melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
Tidak hanya di Majalengka, UD Putra TS juga membuka cabang di Tegal Gubug, Cirebon, sebagai pusat grosir yang sudah beroperasi sejak lama.
Berbekal harga yang terjangkau dan kualitas premium, Toko UD dikenal hampir di seluruh pelosok Majalengka. Mayoritas masyarakat, mulai dari kalangan bawah hingga menengah, memilih UD sebagai tempat berbelanja utama mereka. Bisa dibilang, di Majalengka, “semua orang pasti tahu Toko UD.” Bahkan, toko ini dikenal sebagai toserba lokal terbesar di Kabupaten Majalengka.
Ujian Berat dan Spirit Kebangkitan
Tahun 2016 menjadi masa paling menantang bagi keluarga Memet dan Nenih. Meski tidak banyak dibicarakan, masa sulit itu menjadi pelajaran berharga yang justru menguatkan tekad mereka. Dari ujian tersebut, semangat untuk bangkit dan terus berinovasi kian menyala.
Kini, bisnis UD sudah menembus omzet puluhan miliar rupiah dengan ratusan pekerja yang turut andil di dalamnya. Usaha ini tidak hanya berdiri sebagai toko pakaian dan swalayan, tetapi sebagai simbol ketekunan dan keberhasilan kerja keras.
Di balik kesuksesan itu, Memet selalu menempatkan nilai spiritual dan kemanusiaan sebagai pondasi utama. Ia rutin menggelar pengajian manaqiban, rajin bersedekah, serta memberikan santunan kepada anak yatim dan masyarakat kurang mampu.
“Rezeki itu tidak akan berkurang karena sedekah. Justru dari sanalah datangnya keberkahan,” kata Memet.
Kisah hidup Memet dan Nenih adalah inspirasi nyata bahwa tidak ada keberhasilan yang instan. Dibutuhkan kerja keras, integritas, dan doa yang kuat untuk meraih mimpi. Bagi Memet, jangan pernah malu memulai dari bawah dan selalu belajar dari pengalaman.
“Yang penting jangan malu memulai dari bawah. Terus belajar, jangan mudah menyerah, dan selalu minta doa restu dari orang tua serta mertua. Doa mereka luar biasa kuat,” kata Nenih.
Memet yang lahir 18 Mei 1975 dan Nenih Herlina lahir 28 Juli 1982, mereka hanya lulusan SMA. Kini mereka punya putra bernama Faiq Muawal.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.