SNBP 2025
Lima Kesepakatan Pertemuan Ortu dan SMAN 7 Cirebon Bentuk Kompensasi Gagalnya SNBP, Apa Saja?
Ada sejumlah kompensasi yang diberikan pihak SMAN 7 Cirebon kepada siswa.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Pihak SMAN 7 Cirebon akhirnya mencapai lima kesepakatan dengan orang tua siswa terkait kompensasi atas kegagalan pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi ( SNBP ).
Kesepakatan ini didapat setelah pertemuan yang berlangsung lama dan alot di Gedung Aula sekolah tersebut, pada Senin (13/2/2025).
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Humas SMAN 7 Cirebon, Undang Ahmad Hidayat mengatakan, bahwa pertemuan yang dihadiri oleh 153 orang tua siswa eligible tersebut akhirnya menghasilkan beberapa poin kesepakatan.
Undang mengungkapkan, bahwa pihak sekolah menyepakati untuk memberikan bimbingan belajar (bimbel) gratis selama 12 minggu bagi siswa eligible.
"Bimbel gratis bagi mereka yang masuk eligible sudah disepakati. Pertemuan dilakukan selama seminggu, dua kali offline di kelas dan lima hari online di rumah."
"Dimulai sebelum UAS selama dua kali pertemuan dan dilanjut setelah UAS."
"Selain itu, mereka juga mendapat akses gratis untuk bimbel online serta tiga kali try out yang berhubungan dengan UTBK nanti," ujar Undang saat diwawancarai media selepas rapat, Senin (17/2/2025).
Sekolah juga menyepakati untuk menanggung biaya formulir UTBK yang diperkirakan mencapai Rp 200 ribu per siswa.
"Estimasi total kompensasi yang diberikan sekolah mencapai Rp 180 juta. Ini terdiri dari biaya bimbel yang jika dikalkulasikan mencapai Rp 153 juta dan biaya formulir Rp 30 juta."
"Sumber dana sendiri berasal dari dana BOS, di mana kami sudah berkonsultasi dengan Inspektorat dan diperbolehkan," ucapnya.
Dalam kesepakatan ketiga, pihak sekolah menyetujui permintaan orang tua agar siswa yang tidak masuk sekolah karena fokus belajar UTBK tetap dianggap hadir.
"Orang tua meminta agar anak-anak yang absen karena persiapan UTBK tetap dianggap masuk, karena mereka belajar di tempat bimbel," kata dia.
Pihak sekolah juga akan menghitung kembali dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang belum tersalurkan dan mengembalikannya kepada siswa yang berhak.
"Kami masih dalam tahap penghitungan dan pendalaman terkait nominalnya, tetapi yang jelas pemotongan dana ini minimal sekitar Rp 250-500 ribu per siswa," katanya.
Selain itu, orang tua siswa yang masih memiliki tunggakan Dana Sumbangan Pendidikan (DSP) disepakati untuk dianggap lunas.
"Saat rapat dengan komite di kelas X, orang tua menyebutkan nominal sumbangan berbeda-beda. Hari ini disepakati bahwa yang belum lunas akan dianggap lunas. Nominal terbesar yang sebelumnya ditentukan mencapai Rp 6,4 juta jika full," ujarnya.
Meskipun lima kesepakatan telah dicapai, sebagian orang tua siswa masih merasa bahwa kompensasi yang diberikan sekolah tidak sebanding dengan kerugian yang dialami siswa akibat gagal mengikuti SNBP.
Salah satu orang tua, Rega Maulana sebelum kesepakatan tersebut mengungkapkan, bahwa kehilangan kesempatan SNBP adalah kerugian besar yang tidak bisa diganti dengan kompensasi apapun.
"Wacana kompensasi yang ditawarkan pihak SMAN 7 Cirebon belum dapat diterima karena tidak sebanding dengan kerugian yang kami alami. Salah satunya adalah anak kami kehilangan kesempatan mengikuti SNBP," ucap Rega.
Ia juga menekankan, bahwa menjadi siswa eligible adalah hasil perjuangan bertahun-tahun, bukan hanya sekadar satu tahun akademik.
"Untuk membentuk anak eligible itu butuh waktu dari kelas X sampai kelas XII, bukan sekadar satu tahun saja."
"Jika ada satu semester nilai turun, maka siswa langsung terlempar dari kategori eligible. Ini bukan perjuangan yang mudah," jelas dia.
Rega juga mempertanyakan efektivitas bimbel tiga bulan sebagai kompensasi.
"Mayoritas anak eligible sudah mengikuti bimbel di luar sekolah yang biayanya jauh lebih besar. Paling murah saja satu tahun bisa Rp 8-10 juta, sementara kompensasi dari sekolah hanya setara Rp 1 juta per anak. Ini tentu jauh dari cukup," katanya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa para orang tua tidak menginginkan kompensasi, melainkan keadilan bagi anak-anak mereka agar tetap bisa mengikuti SNBP.
"Dari awal kami hanya ingin anak-anak tetap mendapatkan kesempatan ikut SNBP, bukan kompensasi seperti ini," ujarnya.
Ia juga menyoroti pernyataan kepala sekolah di media yang dianggap mengecewakan.
"Kepala sekolah bilang bahwa meskipun ikut SNBP, belum tentu diterima. Ya, memang peluangnya 50-50, tapi sekarang peluang itu sudah tertutup sama sekali."
"Jika masih bisa ikut SNBP, setidaknya anak-anak bisa menghargai perjuangan mereka sendiri," ucap Rega.
Sebelumnya, sebanyak 150 siswa eligible di SMAN 7 Cirebon dipastikan gagal mengikuti SNBP 2025.
Pihak sekolah kemudian menawarkan bimbel gratis sebagai upaya persiapan menghadapi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).
Baca juga: SMAN 7 Cirebon Gagal Daftarkan Siswa SNBP, Kompensasi Bimbel Rp 1 Juta Dinilai Tak Sebanding
SMAN 7 Cirebon Gagal Daftarkan Siswa SNBP, Kompensasi Bimbel Rp 1 Juta Dinilai Tak Sebanding |
![]() |
---|
Bagaimana Nasib Siswa SMAN 7 Cirebon Setelah Pendaftaran SNBP Diperpanjang Hingga Sabtu Subuh? |
![]() |
---|
Bukan Hanya SMAN 4, di Karawang Ada Dua Sekolah Lain yang Lambat Memasukkan Data Siswa ke PDSS |
![]() |
---|
Sekolah Diduga Lalai Input Data, Ratusan Siswa SMAN 1 Cileunyi Terancam Gagal Ikut SNBP |
![]() |
---|
Gubernur Jabar Terpilih Dedi Mulyadi Mendadak ke SMAN 7 Cirebon, Pastikan Siswa Bisa Daftar SNBP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.