Proyek Presiden Jokowi Ini Bikin Petani di Indramayu, Subang, dan Sumedang Sumringah
Petani di Indramayu terbantu dengan dibangunnya Bendungan Sadawarna yang terletak di perbatasan Sumedang-Subang.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Keberadaan bendungan menjadi salah satu kunci utama menuju ketahanan dan kemandirian pangan.
Untuk itu, pemerintah punya misi untuk membangun sebanyak-banyaknya bendungan untuk memuluskan keinginan tersebut.
Salah satu bendungan yang diresmikan Presiden Joko Widodo adalah Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Bunyi sirine menggema di segala penjuru bendungan disusul dengan ramainya tepuk tangan para hadirin. Di saat bersamaan gemuruh suara air yang mengalir deras turut mewarnai agenda peresmian Bendungan Sadawarna pada 27 Desember 2022 lalu tersebut.
Bendungan itu kini telah rampung dikerjakan sejak pembangunan di tahun 2018-2022. Total anggaran yang ditelan untuk pembangunan Bendungan Sadawarna mencapai Rp2,65 triliun.
“Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini saya resmikan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat,” ujar Presiden kala itu saat meresmikan Bendungan Sadawarna.
Secara geografis, Bendungan Sadawarna berada di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang.
Namun keberadaannya menjadi manfaat bagi 3 daerah sekaligus, yakni Kabupaten Subang, Sumedang, termasuk Kabupaten Indramayu yang merupakan penghasil padi terbesar se-nasional.
Bendungan ini diketahui masuk sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) di bidang sumber daya air.
Tembok kokoh setinggi sekitar 40 meter berdiri tengak dengan panjang 933 meter memperlihatkan kegagahan dari bendungan satu ini.
Bendungan tersebut dirancang mampu menampung 44,61 juta meter kubik untuk menyuplai irigasi seluas 4.284 hektar di Kabupaten Subang dan Indramayu.
Suplai airnya akan dipasok dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunegara yang memiliki panjang 137 kilometer mengalir dari Gunung Bukit Tunggul di Pegunungan Bandung Utara dan bermuara ke Laut Utara Jawa Barat.
Di samping itu Bendungan ini juga memiliki potensi sumber pembangkit listrik sebesar (PLTA) sebesar 2 MW.
Bupati Indramayu, Nina Agustina turut hadir dalam peresmian Bendungan Sadawarna mendampingi Presiden Jokowi kala itu.
Nina mengatakan, pembangunan bendungan ini turut diikuti dengan pembangunan jaringan irigasinya, sehingga ada suplai air yang kontinu dari bendungan.
Petani di daerah tadah hujan diharapkan pula bisa tanam 2-3 kali dalam setahun, sebelumnya mereka hanya bisa satu kali tanam saja.
Dengan luas genangan 720 hektar, bendungan tersebut juga diharapkan mereduksi banjir di Subang, Sumedang dan Indramayu yang dilalui Sungai Cipunagara hingga sebesar 26,90 meter kubik per detik.
Menurut Nina, pembangunan bendungan Sadawarna ini akan memberikan banyak manfaat bagi petani, khususnya di wilayah Kecamatan Gantar, Haurgeulis, Gabuswetan, Anjatan, Patrol, Bongas dan kecamatan Sukra.
“Dengan adanya bendungan Sadawarna membuktikan bahwa kabupaten Indramayu merupakan andalan pemerintah pusat untuk menjadikan Indramayu sebagai lumbung ketahanan pangan nasional,” ujar dia.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang mengatakan, selain Bendungan Sadawarna, petani di Indramayu juga terbantu oleh aliran irigasi dari Bendungan Cipanas yang juga baru saja diresmikan.
Peresmian Bendungan Cipanas sendiri dilakukan oleh Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin pada Selasa (9/7/2024).
Lokasi Bendungan ini berada di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
“Kami berharap keberadaan bendungan ini bisa mengatasi utamanya masalah kekeringan,” ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Selasa (17/9/2024).
Sutatang menilai, khusus untuk saat ini keberadaan bendungan-bendungan tersebut memang belum membawa pengaruh yang signifikan bagi petani.
Hal tersebut ditandai dengan masih ada areal sawah di Kabupaten Indramayu yang mengalami kekeringan di musim tanam (MT) II tahun ini.
Dari total luas baku sawah baku di Indramayu seluas 125 ribu hektare, sebanyak 20 persennya mengalami kekeringan, moyoritas berada di wilayah barat Indramayu.
Seperti di Kecamatan Gantar, Kroya, Gabuswetan, Terisi, hingga Kandanghaur.
Namun, kekeringan yang terjadi, lanjut Sutatang memang dipengaruhi oleh banyak faktor, aliran irigasi dari bendungan-bendungan itu pun tersendat dan kurang optimal mengalir ke sawah-sawah petani.
Faktor penyebabnya mulai karena musim kemarau yang berkepanjangan, hingga karena adanya proyek pembangunan infrastruktur pengairan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
"Kegiatan tersebut berdampak menghambat tersendatnya suplai air ke areal sawah," ujar dia.
Sutatang berharap, BBWS bisa penundaan pembangunan ini dengan harapan untuk menyelamatkan Indramayu sebagai daerah lumbung pangan nasional.
Sebagai solusi, Sutatang menyarankan untuk bisa dilakukannya adendum atau perpanjangan waktu kontrak.
Petani dalam hal ini menaruh harapan besar dari keberadaan bendungan-bendungan yang telah diresmikan Presiden Jokowi tersebut.
Apalagi kehadiran bendungan ini secara tidak langsung bentuk kepercayaan pemerintah pusat kepada petani di Indramayu.
Selama ini diketahui Indramayu menjadi andalan pemerintah provinsi dan pusat untuk program ketahanan pangan nasional.
Dari data yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, produksi padi dari Indramayu di tahun 2021 mencapai 1.319.624 ton. Kemudian di tahun 2022 meningkat menjadi 1.482.455 ton.
Terakhir di tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 1.424.303 ton, kendati demikian produksi padi dari Indramayu tetap yang tertinggi.
Di tahun 2024, Indramayu ditargetkan bisa memproduksi padi hingga 1,8 juta ton. Hingga MT 1 kemarin, petani di Indramayu sudah memanen padi sekitar 900 ribu ton atau sudah separuh dari total target.
Ia meyakini, dengan fasilitas yang sudah ditunjang oleh pemerintah, target tersebut bukan tidak mungkin bisa dicapai petani di Indramayu.
Sutatang juga tidak memungkini adanya bendungan-bendungan tersebut menjadi penolong walau saat ini belum bisa difungsikan maksimal.
Pihaknya mencatat, walau masih ada musibah kekeringan, namun luasan sawah petani yang terdampak hanya sebagian kecil saja.
Sekitar tahun 2000 lalu, lanjut Sutatang Indramayu pernah dilanda kekeringan ekstrem atau saat belum adanya bendungan-bendungan itu.
Kekeringan di Indramayu kala itu mencapai sekitar 75 persen dan terjadi merata berbagai wilayah. Menurutnya, kejadian kala itu menjadi yang terparah pernah terjadi di Indramayu.
“Untuk musim ini memang belum begitu terasa dampaknya ke petani Indramayu, mungkin untuk MT berikutnya di tahun depan sudah terasa signifikan,” ujar dia.
Baca juga: Telan Dana Rp2,65 Triliun, Bendungan Sadawarna Jadi Harapan Baru Petani Indramayu
Sosok PA, Wanita Muda di Indramayu yang Meninggal Dunia Dibakar di Indekos di Indramayu |
![]() |
---|
Lokasi Penemuan Jasad Wanita Gosong di Kamar Kos di Indramayu, Sering Digerebek Polisi, Ini Kata RT |
![]() |
---|
Detik-detik Wanita di Indramayu Meninggal Dibakar, Terdengar Suara Tangisan, Dua Pria Tinggalkan TKP |
![]() |
---|
Breaking News, Heboh Seorang Wanita di Indramayu Dibakar Hingga Meninggal di Kamar Indekos |
![]() |
---|
4 Lokasi SIM Keliling di Indramayu Hari Ini 9 Agustus 2025, Balai Desa Celeng dan Pasar Bangkir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.