Kisah Naik Haji

Pedagang Ikan Naik Haji, Perjuangan Yati Nabung Selama 8 Tahun Hingga Bisa ke Tanah Suci

Supiyati Khumairoh, seorang pedagang ikan berusia 59 tahun ini memiliki kisah inspiratif mengenai perjuangannya dalam melaksanakan ibadah haji

Tribuncirebon.com/Mutiara Suci Erlanti
Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten. Dia menunaikan ibadah haji setelah sekitar 8 tahun menabung dari hasil berjualan ikan di pasar 

TRIBUNCIREBON.COM- Supiyati Khumairoh, seorang pedagang ikan berusia 59 tahun ini memiliki kisah inspiratif mengenai perjuangannya dalam melaksanakan ibadah haji.

Supiyati bekerja sebagai pedagang ikan di Desa Rancateureup, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Dirinya mendapatkan modal dari mertua untuk membayar setoran awal dan mendaftar ibadah haji sebesar Rp 25 juta pada tahun 2012.

Lalu, dia ini berjuang menyisihkan uang hasil berdagang ikan untuk ditabung buat melunasi biaya haji.

Berkat jerih payahnya menabung dari 2012, akhirnya 10 tahun kemudian, Supiyati bisa menunaikan ibadah haji pada tahun 2022.

“Saya melaksanakan ibadah haji pada tahun 2022. Suami saya sudah berangkat haji terlebih dahulu yaitu pada tahun 2009,” kata Supiyati Khumairoh di kediamannya di Desa Rancateureup, Kp Kadulumbir, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (12/10/2024)

Wanita yang akrab dipanggil Yati sebenarya sudah mendapat panggilan untuk berangkat ke tanah suci pada 2020.

Namun, dia sempat kecewa karena gagal berangkat ke tanah suci karena saat itu dunia sedang dilanda pandemi Covid-19.

Yati baru bisa berangkat ke melaksanakan ibadah haji pada Tahun 2022. Dirinya berangkat haji sendirian tanpa ditemani keluarga dan karena sang suami sudah melaksanakan ibadah haji.

Dia mengungkapkan bahwa melaksanakan ibadah haji merupakan impiannya sejak lama sehingga dia berusaha mengumpulkan uang dan bersabar menunggu panggilan untuk ke tanah suci.

“Tujuannya ingin ibadah dan ini merupakan cita-cita dari dulu ingin naik haji. Baru terlaksana saat saya berusia 57 tahun,” ungkap Yati.

Menurut Yati, dirinya sempat cemas tidak bisa berangkat haji karena saat itu sedang Pandemi Covid-19. 

Namun, akhirnya dia bisa berangkat ke tanah suci dengan menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat.

“Pandemi Corona kan sekitar 2 tahun, saya baru ada panggilan haji lagi pada tahun 2022. Seharusnya daftar tunggu hanya 8 tahun, berhubung ada corona jadi 10 tahun saya nunggu,” jelasnya.

Setelah sempat batal berangkat, dirinya dan keluarganya pun sangat bahagia ketika mendapat panggilan untuk naik haji pada tahun 2022.

“Suami karena sudah pengalaman naik haji berpesan agar hati-hati di sana. Jika ingin pergi ke tempat-tempat khususnya WC jangan sendirian dan harus bersama teman,” kata Yati.

Yati mengatakan dirinya sempat melakukan manasik haji di daerah Cikole dan Kecamatan Labuan.

Dia bersama keluarga dan tetangganya pun menggelar syukuran agar Yati selamat dan lancar selama melaksanakan ibadah haji.

Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Bantensw
Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten. Dia menunaikan ibadah haji setelah sekitar 8 tahun menabung dari hasil berjualan ikan di pasar

Yati pun masuk ke dalam kloter 25 dan berangkat ke tanah suci dari asrama haji Pondok Gede.

Sebelum pergi ke tanah suci, Yati mengatakan dirinya sempat mengalami tekanan darah tinggi sehingga harus selalu membawa obat khususnya saat melaksanakan rangkaian ibadah haji.

Yati mengungkapkan perasaan terharu dan merasa takjub saat pertama kali menginjakan kaki ke tanah suci.

“Saya senang, terharu dan menangis saat sampai ke tanah suci. Saya juga merasa campur aduk perasaannya karena harus meninggalkan suami dan anak-anak di rumah,” ungkap ibu empat orang anak tersebut.

Selama menjalankan rangkaian ibadah haji, Yati mengaku senang meski merasa capek khususnya saat malam jumrah dan wukuf.

Cuaca saat itu, lanjut Yati sangat panas seperti ada api menyengat ke pipi.

Yati menceritakan, kondisi pelaksanaan haji saat itu yang biasanya penuh dengan lautan manusia, sempat terlihat agak lengang karena Pandemi Covid-19.

“Waktu itu masih percobaan, hanya 50 persen Jemaah, Jadi, tidak terlalu ramai. Bahkan, ka'bah saat itu ditutup oleh kain, sehingga tidak bisa disentuh langsung oleh Jemaah,” katanya.

Menurutnya, salah satu momen paling diingat adalah ketikam malam Jumrah Dimana dirinya berdesakan dengan para jemaah lainnya. Dia sempat khawatir tersesat dan hilang.

Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten. Dia menunaikan ibadah haji setelah sekitar 8 tahun menabung dari hasil berjualan ikan di pasar
Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten. Dia menunaikan ibadah haji setelah sekitar 8 tahun menabung dari hasil berjualan ikan di pasar (ISTIMEWA)

“Saya selalu berdzikir saat malam Jumrah karena saya juga sempat terbawa arus saat berdesakan dengan para Jemaah. Namun alhamdulillah bisa menyelesaikan rangkaian haji dengan selamat. Momen tersebut yang selalu terngiang di pikiran,” ungkap Yati.

Saat berada di depan Ka'bah, Yati sempat mendoakan kesehatan dan kebahagiaan suami dan anak-anaknya.

“Saya berdoa agar anak-anak saya punya banyak rezeki dan bisa menunaikan ibadah haji,” ungkapnya.

Dirinya mengaku sangat senang bisa menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji dengan lancar.

“Perjuangannya tidak mudah. Tapi alhamdulillah rukun islam yang kelima sudah saya laksanakan. Saya bahagia,” ungkap Yati.

Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten saat berada di depan ka'bah
Supiyati Khumairoh, pedagang ikan asal Banten saat berada di depan ka'bah (ISTIMEWA)

Yati merasa sedih dan sempat menangis saat hendak meninggalkan tanah suci dan pulang kembali ke Indonesia.

“Sedih dan terharu sekali saat mau meninggalkan tanah suci. Rasanya seperti ingin kembali lagi, masih mau tetap di sana. Masih kangen dan ingin beribadah di Mekkah dan Madinah,” ungkap Yati.

Yati menceritakan bahwa perjalanannya pulang dari tanah suci ke Indonesia berjalan lancar dan dirinya pun selamat sampai rumahnya.

“Saya disambut keluarga dan tetangga-tetangga. Saya terharu banyak yang menyambut kepulangan saya dari tanah suci, Senang bisa diberi umur Panjang dan bisa bertemu mereka lagi,” ungkapnya.

Tak lama setelah kepulangannya dari tanah suci, Yati mengalami ujian berat dimana sang suami meninggal dunia karena sakit paru-paru pada awal tahun 2023.

Setelah suaminya meninggal dunia, Yati pun mencari nafkah dengan menjadi buruh tani. Meski begitu, Yati tetap bersyukur bisa menunaikan ibadah haji dan masih diberi kesehatan.

Terakhir, Yati memberikan saran dan wejangan untuk masyarakat khususnya yang sedang berusaha mengumpulkan uang untuk melaksanakan ibadah haji.

“Diusahakan menabung dan daftar dari sekarang. Karena antreannya sangat lama, tapi insya Allah bisa dapat panggilan untuk naik haji,” kata Yati.

Berbicara soal ibadah haji, ada sejumlah aturan yang berganti khususnya saat masa Pandemi Covid-19 dan sesudahnya.

Fadlul Imansyah, Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) RI, mengatakan bahwa ada tantangan tersendiri mengenai ibadah haji yaitu banyak warga mendaftar haji setelah masa pandemi Covid-19.

“Itu yang mendaftar haji ada tantangan sendiri. Kalau sebelum Covid-19 itu bahasanya autopilot jadi enggak perlu kampanye, dia datang sendiri. Setelah Covid-19, pendaftaran haji ini melambat,” kata  Fadlul Imansyah, Kepala Badan Pelaksana BPKH di acara Ruang Dialog BPKH ‘Semua Bisa Haji’,  Selasa 21 Mei 2024.

Fadlul Imansyah mengatakan, pihaknya telah menganalisa bahwa pendaftaran haji tersebut sempat melambat yaitu karena masalah ongkos haji.

“Memang harus diakui, ongkos haji ada kenaikan yang signifikan dari tahun 2019 ke 2022. Dimana pada tahun 2022 itu cuma 50 persen saja kuotanya atau kira-kira 100 ribu orang,” jelasnya.

“Ada kenaikan yang cukup signifikan. Pertanyaannya kenapa bisa naik? Ada gosip, Saudi Arabia itu puasa selama 2 tahun. Jadi, pas 2022 mereka buka dengan setengah kuota. Artinya, cost yang harus dicover selama berjalan itu mau enggak mau harus direcover,” jelasnya.

Di sisi lain, kata Fadlul, pelayanan haji menjadi lebih baik juga.

“Kalau saya melihatnya, karena cost-nya yang berangkat cuma 50 persen, per pack-nya sebenarnya sama saja. Otomatis akan naik, double. Tapi, pada saat sudah 100 persen kuota itu akan skala ekonomisnya akan turun.

“Oleh karena itu, pada 2023 biayanya turun dan tahun 2024 biayanya turun lagi walau tidak terlalu signifikan,” kata Fadlul.

Fadlul mengatakan, pihaknya pada tahun 2023 dapat kesempatan menjadi Amirul hajj.

“Disana memang ada perbaikan, tetapi di satu sisi sempat ada keruwetan. Operasional haji itu seperti EO terbesar di Indonesia dan di dunia. Bayangkan dalam satu musim, ada tiga juta orang di tempat yang sama,” jelasnya.

Bahkan nanti pada tahun 2030, kata Fadlul ada visi Arab Saudi 2023 dimana mereka menargetkan 5 juta Jemaah haji.

“Tahun lalu kuotanya dua juta jemaah haji, tapi yang datang itu tiga juta Jemaah. Makanya, waktu itu di sana ruwet,” kata Fadlul.

Fadlul mengatakan, pihaknya sempat mencanangkan program Ayo Haji Muda karena antrean untuk naik haji rata-rata sampai 30 tahun.

Menurutnya, di Indonesia antrean naik haji sekitar 30 tahun. Di Malaysia, daftar tunggunya sampai 140 tahun. 

Oleh karena itu, pihaknya mendorong umat muslim untuk daftar haji. 

“Sekarang jadi bukan Ayo Haji Muda tapi Semua Bisa Haji. Jadi sekarang bisa daftar haji bisa umur 12 tahun daftarnya, tapi berangkatnya harus sudah punya KTP,”

“Jadi itulah kenapa kita kampanyekan Semua Bisa Haji. Karena apa? Kalau bicara masalah umur, yang masuk kategori lansia itu diprioritaskan selama pada saat screening itu dinilai masih sehat dan layak untuk berangkat,”

“Makanya kita kampanye Semua Bisa Haji, bukan hanya masalah uang tapi juga masalah kesehatan. Jadi, jangan cuma berpikir nyetor uangnya saja tapi kesehatannya juga harus dijaga,” jelasnya. (Tribuncirebon.com/Mutiara Suci Erlanti)

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved