Sejarah Indramayu
Sejarah Indramayu yang Kini Berusia 497 Tahun, Berasal dari Nama Wanita Sakti yang Cantik Jelita
Ada sejumlah catatan sejarah mengenai asal usul nama Indramayu yang kini sudah memasuki usia 497 tahun.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kabupaten Indramayu terletak di provinsi Jawa Jawa Barat, tepatnya berada di pesisir utara Jabar yang berdampingan dengan Cirebon.
Daerah ini terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah, mulai dari sektor pertanian, perikanan, hingga minyak bumi dan gas.
Sejarah daerah yang juga punya julukan kota mangga ini pun tak kalah menarik untuk ditelisik.
Setiap tanggal 7 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Indramayu. Tahun 2024 ini, Indramayu genap berusia 497 tahun.
Nama Kabupaten Indramayu sendiri diketahui berasal dari nama seorang wanita yang punya paras cantik jelita.
Dalam rapat paripurna Hari Jadi Indramayu ke-497, turut dibacakan sejarah singkat dari daerah satu ini.
Proses penetapan Hari Jadi Indramayu diawali dengan dibentuknya panitia peneliti sejarah. Mereka mengakaji dan menelusuri sejarah “Dharma Ayu” secara menyeluruh hingga akhirnya disimpulkan Hari Jadi Indramayu ditetapkan 7 Oktober 1527.
Dalam penentuan tanggal Hari Jadi ini berpatokan pada rangkaian fakta sejarah, mengingat pada zaman dahulu belum menjadi kelaziman nenek moyang meletakan batu pertama dengan menyertakan hari, bulan, dan tahun.
Peneliti pun mengumpulkan fakta sejarah yang terdapat pada prasasti, tulisan-tulisan masa lalu, benda-benda purbakala, dongeng rakyat, hingga tradisi yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Hasilnya, tanggal 7 Oktober didapat sebagai titik dimana Dharma Ayu dibentuk setelah wilayah tersebut berganti yang sebelumnya bernama Padukuhan Cimanuk.
Asal-usul Kabupaten Indramayu
Menurut hikayat yang turun temurun dari masyarakat, bahwa pendiri Kabupaten Indramayu adalah Raden Bagus Aria Wiralodra. Menurut legenda, ia berasal dari Bagelen Jawa Tengah dan putra seorang Tumenggung bernama Gagak Singalodra.
Sejak kecil, Raden Wiralodra memiliki cita-cita tinggi yaitu ingin membangun sebuah negara untuk diwariskan kelak kepada anak cucunya.
Untuk menggapai cita-cita itu, Raden Wiralodra gemar melatih diri dengan olah kanuragan, tirakat, dan bertapa sebagaimana lazimnya kehidupan seseorang yang bercita-cita menjadi ksatria.
Pada masa itu, konon Raden Wiralodra sedang menjalankan tapa brata dan semedi di Perbukitan Melaya di kaki Gunung Sumbing selama kurun waktu 3 tahun.
Ia pun mendapatkan wangsit atau petunjuk, yang berbunyi “Hai Wiralodra, apabila ingin berbahagia bersama keturunan di kemudian hari, pergilah merantau ke arah matahari terbenam dan raihlah lembah Sungai Cimanuk dan manakala engkau telah tiba di sana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan sebuah padukuhan dan menetaplah di sana. Kelak itu akan menjadi subur dan makmur dan 7 keturunanmu akan memerintah di sana,”.
Raden Wiralodra mengikuti wangsit itu dan berhasil menemukan lembah Sungai Cimanuk kemudian mendirikan sebuah negara.
Ada beberapa tokoh yang ikut terlibat dalam pembangunan negara yang saat ini dikenal dengan sebutan Kabupaten Indramayu ini, yakni Nyi Endang Dharma, Aria Kemuning, Nyi Buyut Sidum, Pangeran Guru, dan lain-lain.
Nyi Endang Dharma dikenal sebagai wanita paripurna dan dia pada awalnya turut mengembangkan Indramayu bersama Raden Wiralodra.
Sedangkan Aria Kemuning adalah putra angkat dari putri Ong Tion istri dari Sunan Gunung Jati yang berasal dari China.
Ayahnya sendiri adalah Ki Gedeng Lurah Agung yang sudah memeluk agama Islam menurut Kitab Purwaka Caruban Nagari.
Kemudian Ki Buyut Sidum adalah kidang penanjung berasal dari Pajajaran dan dia salah seorang panakawan tumenggung Sri Baduga yang banyak jasanya dan hidup di antara tahun 1474-1513.
Selanjutnya Pangeran Guru sendiri adalah seorang pangeran yang berasal dari Palembang. Dia mengajarkan ilmu kanuragan kepada murid-muridnya yang berjumlah 24 orang.
Dia beserta ke 24 muridnya diketahui pergi ke Lembah Cimanuk untuk menantang Nyi Endang Dharma.
Dalam pertarungan sengit itu, Pangeran Guru dan 24 muridnya tewas, jenazah mereka lalu dikuburkan di belakang Masjid Pusaka Baiturrahmah Dermayu dan kini dikenal dengan sebutan Makam Selawe.
Berita Dalam Proses Pertumbuhan Sejarah Indramayu
Berita yang bersumber pada Babad Cirebon bahwa ada seorang saudagar China yang telah beragama Islam, ia bernama Ki Dampu Awang. Dulu bernama Ma Huang dan merupakan guru bahasa dari Laksamana Cheng Ho.
Ketika ekspedisinya datang ke Cirebon tahun 1415, Ki Dampu Awang ini sampai di Desa Junti dan merasa tertarik melihat kecantikan dari Nyi Gedeng Junti dan bermaksud melamarnya, namun ditolak oleh Ki Gedeng Junti. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa Desa Junti sudah ada sejak tahun 1415.
Berita dalam buku Purwaka Caruban Nagari mengenai adanya Desa Babadan. Pada tahun 1417 Sunan Gunung jati pernah datang ke Babadan dan kemudian mengislamkan Ki Gede Babadan bahkan menikah juga dengan putri Ki Gede Babadan.
Kala itu di Desa Babadan dengan dilanda kekeringan, Sunan Gunung Jati kemudian mengobati tanaman jagung dengan membacakan dua kalimat syahadat dan saat itu juga Ki Gede Babadan masuk Islam.
Adanya Desa Lemah Abang di tengah-tengah Kota Indramayu. Ini mengingatkan bahwa ada seorang wali yang bernama Syeh Siti Jenar atau dikenal juga dengan sebutan Syekh Lemah Abang yang hidupnya antara tahun 1450-1506 dan dimakamkan di Desa Kemlanten Cirebon.
Setelah bangsa Portugis pada tahun 1511 menguasai Maluku antara tahun 1513-1516 pemerintah Portugis mengirimkan ekpedisi ke pulau Jawa, di antaranya terdapat seorang yang bernama Tom Pires.
Ia membuat catatan harian yang kemudian oleh Armando Cortesau dijadikan buku berjudul ‘The Soma Oriental Of Tom Pires’. Dari catatan harian Tom Pires terdapat data-data pada tahun 1513-1515 Padukuhan atau Kota Cimanuk sudah ada bahkan sudah mempunyai pelabuhan penting, pada tahun 1513-1515 di Indramayu sudah banyak kaum muslim, Padukuhan Cimanuk merupakan wilayah kerajaan Sunda (Pajajaran) dan di situlah Kerajaan Sunda (sebelah timur masuk wilayah Kerajaan Cirebon).
Lahirnya Nama Dharma Ayu
Nama Dharma Ayu diciptakan oleh Raden Wiralodra, nama itu dimaksud sebagai kenangan terhadap wanita yang dikaguminya yaitu Nyi Endang Dharma karena memiliki paras cantik, ia pun biasa dipanggil dengan sebutan Nyi Darma Ayu.
Ahli bahasa juga mencoba mengartikan proses perubahan nama dari awal Dharma Ayu menjadi Dermayu yang kemudian menjadi Indramayu.
Menurutnya, dalam bahasa Hawa kata majemuk yang terdiri dari 2 kata yang suku akhir dari kata pertama dan suku pertama pada kata kedua terdiri dari huruf vokal yang sama membacanya biasa disingkat. Misalnya kata Mulya Adi dibaca menjadi Mulyadi. Demikianlah kata Dharma Ayu menjadi Dermayu.
Kata-kata dalam bahasa kuno atau Kawi yang diawali suku kata ‘A’ dalam bahasa Jawa baru vokal ‘A’ misalnya kata ‘Nagara’ menjadi ‘Negara’ dan kata ‘Kancana’ menjadi ‘Kencana’. Begitu juga kata ‘Dharma Ayu’ menjadi ‘Dermayu’.
Nama Dermayu sudah dikenal dalam sejarah sejak akhir abad ke XVI, hal ini terlihat dalam Jurnal Cornelis De Haourman. Di dalamnya terdapat nama Dermayu yang dalam tahun 1596 berkunjung ke Jawa begitu pula dalam peta yang dibuat oleh orang Portugis bernama Diego Omon. Nama Dermayu sudah tercantum, namun tidak tertulis kapan nama Dermayu terlahir.
Adapun perubahan nama dari ‘Dermayu’ menjadi ‘Indramayu’ sebenarnya berasal dari kata majemuk dalam bahasa Belanda ‘In dan Dermayu’ yang berarti ‘Di Indramayu’.
Penentuan Hari Jadi Indramayu Menurut Candra Sangkala
Dalam Babad Dermayu versi R Sutardi KS dari Cirebon tertulis DEWA JAKSA GUNG SUNGKAWA, ANA SAPTA PRANG ING SITI, PAPAT CATUR ING SAGARA, PALMA REMUK KLEM TOYADI, BUMI EKA ING GUMINGSIH, KARYA SABDA RUMUHUN, BAHANA IKA KI WIRA, GONIRA MANGUN NAGARI.
Menurut tim peneliti sejarah, Indramayucandra Sangkala mempunyai nilai angka Sapta (7), Papat-Catur (4), Palma-Toya (4), Bumi-Eka (1).
Angka 7441 ini sama dengan tahun saka 1447 kalau dipindahkan ke tahun masehi menjadi 1525.
Perlu diketahui bahwa pada antara tahun 1526-1527 terjadi peristiwa penyerbuan tentara Demak ke Cirebon yang mengakibatkan jatuhnya kota di pesisir utara Jabar termasuk Sunda Kelapa yang kemudian namanya diganti menjadi Jayakarta.
Pedukuhan Cimanuk yang juga ikut bebas dari kekuasaan Pajajaran menganti namanya menjadi ‘Dharma Ayu’ kurang lebih di tahun 1527.
Adapun mengenai tanggal dan bulan, tim peneliti sependapat dengan prasarana HA Dasuki dalam argumentasinya yang menyebut Haru Jumat Kliwon tanggal 1 Muharam Tahun 934 atau tanggal 1 Sura Tahun 1449.
Menurut kalender tahun masehi yang dihitung Sumarjo, maka Hari Jadi Indramayu jatuh pada 7 Oktober 1527 Hari Jumat Kliwon.
Baca juga: Menguak Sejarah Makam Selawe Indramayu, Berawal Paras Cantik Nyi Endang Darma Ayu & Berakhir Tragis
Hari Jadi Indramayu Ke-497
Sejarah Indramayu
Padukuhan Cimanuk
Raden Bagus Aria Wiralodra
Nyi Endang Darma Ayu
Hamparan Batu Kuno di Situs Sudimampir dan Sambimaya Akan Diteliti Serius, Ungkap Sejarah Indramayu |
![]() |
---|
Gigihnya Perjuangan Rakyat Indramayu Lawan Penjajah, Diabadikan di Tugu Pahlawan Bunderan Mangga |
![]() |
---|
Melihat Malam Seribu Lilin, Tradisi Warga Indramayu Unjungan ke Makam Buyut Nyimas Ratu Kawunganten |
![]() |
---|
Kisah Dampu Awang yang Tapak Kakinya Ditemukan di Batu di Indramayu, Disebut Mertua Prabu Siliwangi |
![]() |
---|
Tim Arkeolog Akan Teliti Temuan Baru Batu Tapak yang Ditemukan di Situs Dampu Awang Indramayu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.