Banjir Bandang di Sumbar

7 Fakta Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Sumbar, BMKG Klaim Dipicu karena Gempa

banjir lahar dingin Gunung Marapi, petugas dan warga masih melakukan pencarian korban, Senin (13/5/2024).

Istimewa BPBD
Proses pencarian korban banjir bandang di Sumatera Barat. 

Dua jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi.

"Adapun perubahan jumlah korban disebabkan dinamika laporan dari masyarakat yang kemudian disesuaikan dengan catatan korban ditemukan, dan yang masih dalam pencarian oleh Basarnas dan TNI-POLRI," sambungnya.

Abdul Muhari juga menyampaikan upaya pencarian dan pertolongan dihentikan pada Minggu Malam, mengingat kondisi malam hari di lokasi terdampak yang kurang penerangan dan adanya peringatan akan peningkatan getaran hujan di wilayah hulu.

Hingga Minggu malam, jumlah orang yang dilaporkan hilang sebanyak 17 orang.

Sebanyak 14 orang hilang dari Kabupaten Tanah Datar dan tiga lainnya dari Kabupaten Agam.

7. BMKG: Gempa-Gempa Kecil Turut jadi Pemicu Banjir dan Longsor di Sumbar

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sumatera Barat (Sumbar) juga dipicu oleh terjadinya gempa-gempa kecil selama sebulan terakhir.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, banjir lahar hujan yang terjadi di Agam dan Tanah Datar tidak hanya disebabkan oleh erupsi Marapi, melainkan juga dipicu gempa-gempa kecil.

"Kami menganalisis, penyebab tidak hanya dampak erupsi Marapi, tapi juga pengaruh getaran gempa," kata Dwikorita, Minggu (12/5/2024) malam.

BMKG mencatat selama satu bulan terakhir sudah terjadi 35 kali gempa bumi dengan magnitudo sekita M.3 atau kurang. Getarannya tidak dirasakan manusia, tetapi berefek pada tebing-tebing.

"Penyebab tidak hanya erupsi, tapi juga pengaruh getaran gempa, karena BMKG juga mendeteksi selama satu bulan terakhir sebelum kejadian bencana ini terjadi terjadi gempa-gempa kecil magnitudo sekitar M 3,0," tambahnya.

Adapun menurutnya, gempa-gempa kecil itu bisa meretakkan batuan dan menimbulkan runtuhan batuan atau tanah.

Reruntuhan batuan atau tanah itulah kemudian yang terakumulasi dan dibawa air dari puncak Gunung Marapi.

"Lahar hujan yang terjadi terutama karena adanya endapan material hasil erupsi Gunung Marapi yang masih terendap di lereng-lereng, utamanya lereng atas yang kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," kata dia.

Sementara, banjir bandang atau galodo ini terjadi akibat akumulasi air selama hujan yang tertahan di hulu sungai bagian atas.

Akumulasi yang tertahan itu bisa disebabkan endapan-endapan longsor atau runtuhan bantuan di daerah hulu yang menahan aliran air hujan ke arah hilir.

Baca selengkapnya update Tribuncirebon.com di GoogleNews

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved