PVMBG Ungkap Pemicu Pergerakan Tanah di Cigombong Rongga Bandung Barat yang Merusak Puluhan Rumah

Dalam kajian tersebut, tim dari PVMBG meneliti semua titik pergerakan tanah, terutama di sekitar SDN Babakan Talang yang terdampak paling parah

Editor: dedy herdiana
Tribunjabar.id/Hilman Kamaludin
Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat melakukan kajian di lokasi pergerakan tanah, Kampung Cigombong, RT 4/13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (4/3/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT - Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan kajian di lokasi pergerakan tanah, Kampung Cigombong, RT 4/13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Senin (4/3/2024).

Dalam kajian tersebut, tim dari PVMBG meneliti semua titik pergerakan tanah, terutama di sekitar SDN Babakan Talang yang terdampak paling parah karena bangunan hancur dan tanah lapangan pun retak-retak.

Penyelidik Bumi dari PVMBG, Yuhandi Kristiawan, mengatakan, dalam kajian ini pihaknya ingin memetakan luas area pergerakan tanah, titik bahaya dan mencari faktor atau yang menyebabkan pergerakan tanah itu.

"Jadi dari hasil sementara kita dapatkan beberapa hal, yang pertama dari karakter batuannya kita temukan perselingan batu pasir dan batu lanau, dimana sifatnya lempungan," ujarnya saat ditemui di lokasi kejadian, Senin (4/3/2024).

Sifat lempungan tersebut, kata dia, ketika bertemu air bantuannya menjadi bergerak dan ditambah dengan kemiringan lereng relatif sama dengan kemiringan bantuannya, sehingga menyebabkan pergerakan tanah ini.

"Kondisi itu juga dipicu dengan curah hujan yang terjadi beberapa hari lalu. Jadi pergerakan tanah ini kalau informasi dari masyarakat terjadi pada 18 Februari 2024 yang awalnya hanya retakan, dia berkembang dan membesar seperti sekarang ini," kata Yuhandi.

Surveyor Pemetaan PVMBG, Sumaryono mengatakan, jika dilihat secara mekanisme, pemicu pergerakan tanah ini bukan hanya satu faktor saja, tetapi ada interaksi banyak hal dan di bagian bawah ada faktor erosi sungai yang cukup deras.

"Artinya tahanan lereng secara tidak langsung juga dia akan erosi terus, kemudian ada juga memang area yang di atas pembukaan lahan, kemudian aliran air mengarah ke sayap kanan semua seperti pembuangan air dan longsoran," ucapnya.

Kemudian faktor lainnya, kata dia, ada masalah pada batuan lempungan yang tidak bisa tertolerir dengan air,  lalu jika terkena sinar matahari menjadi kering dan basah, sehingga hal itu bisa menjadi masalah tersendiri.

"Itu dari internal batuannya, cuma faktor pemicunya jelas infiltrasi air yang berlebihan," kata Sumaryono.

Dari hasil kajian tersebut, kata dia, maka pergerakan tanah tersebut hanya akan terjadi di sekitar lokasi kejadian saja karena sudah terbentuk tapal kuda.

"Tapi yang dikhawatirkan kalau bergerak terus jadi tipe longsor saja. Kalau rumahnya kemungkinan enggak meluas ya, kemungkinan hanya lokal di situ," ucapnya.

Baca juga: Puluhan Rumah Terdampak Pergerakan Tanah Tak Layak Ditempati, Pemda KBB Kaji Rencana Relokasi

 

 

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved