921 Calon Santri Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon Antusias Ikuti Ujian Seleksi di Hotel Aston

KH. Imam Jazuli menyampaikan bahwa Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan sistem pendidikan yang berbeda dengan kebanyakan pesantren.

Editor: dedy herdiana
Istimewa
Sebanyak 921 calon santri Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon antusias mengikuti Ujian Seleksi di Hotel Aston. 

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Meski tahun ajaran baru 2024/2025 masih lama, tetapi tes seleksi untuk santri baru di Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon telah dilaksanakan dengan sukses pada Minggu (29/10/2023).

Jumlah pendaftar bersama keluarga yang mendampinginya melebihi ekspektasi panitia hingga banyak yang menginap di hotel-hotel sekitar Aston. Mereka datang dari seluruh pelosok Indonesia yang telah hadir sehari sebelumnya.

Tercatat sebanyak 921 calon santri yang mengikuti ujian seleksi. Mereka tampak antusias dan serius menjalani tes seleksi tersebut.

Sebanyak 921 calon santri Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon antusias mengikuti Ujian Seleksi di Hotel Aston.
Sebanyak 921 calon santri Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon antusias mengikuti Ujian Seleksi di Hotel Aston. (Istimewa)

Mereka adalah calon santri yang akan memasuki jenjang pendidikan SMP Islam Terpadu, SMP Unggulan Bertaraf Internasional, SMA Unggulan Bertaraf Internasional, SMK Pertelevisian dan TKJ, dan Madrasah Aliyah Unggulan Bertaraf Internasional Bina Insan Mulia. Bahkan hampir 90 persen lulusan SMP Bina Insan Mulia melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan di Bina Insan Mulia juga.

Agenda seleksi tersebut diisi dengan tes keagamaan, tes bakat minat, dan psikotes. Juga ada performance panggung dari santri-santri Bina Insan Mulia untuk menghibur lebih dari 2.500 hadirin di ballroom Aston Hotel & Convention Centre. Acara berlangsung dari pukul 07.00 WIBsampai 12.30.

Menurut Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia KH Imam Jazuli, Lc. MA., besarnya minat masyarakat untuk mendapatkan pendidikan di Pesantren Bina Insan Mulia ini, hingga rela mengantre jauh-jauh hari, dipahami pihak pesantren sebagai amanat untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan secara terus menerus.

Mengawali sambutan di hadapan calon santri dan keluarga yang mendampingi, KH. Imam Jazuli menyampaikan bahwa Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan sistem pendidikan yang berbeda dengan kebanyakan pesantren.

Banyak hal yang dilarang di pesantren lain, tapi justru di Bina Insan Mulia dilakukan dan dibolehkan. Seperti nonton film, baca novel, jalan-jalan, nonton TV, main musik, main playstation, celana jean, kelas campur santri laki-laki dan perempuan dan masih banyak lagi.

“Kami ingin pertumbuhan dan perkembangan santri tetap berjalan normal dengan pendidikan pesantren yang mereka jalani,” jelas beliau memaparkan alasan.

Meski memiliki cara dan gaya yang berbeda, tetapi urusan target pembelajaran dan target kelanjutan study, pesantren etnik terbesar ini menerapkan sistem yang ketat untuk menegakkan efisiensi dan efektivitas belajar.

“Pesantren Bina Insan Mulia menerapkan pembelajaran dengan target yang jelas (learning by objective) dan menerapkan pembelajaran berbasis program untuk materi-materi dasar pesantren, seperti tahsin al-Quran, tahfidz, bahasa Arab, bahasa Inggris, sains, dan figh,” tegas Kiai Imam Jazuli di hadapan calon santri.

Untuk santri kelas akhir Aliyah, SMA, atau SMK, mereka mendapatkan pembelajaran khusus sesuai pilihannya. Jika yang bersangkutan akan ke Timur Tengan, mereka akan dilatih dengan materi persiapan untuk masuk di kampus-kampus di sana. Demikian juga bagi mereka yang akan melanjutkan study ke Eropa, Taiwan, Australia, dan negara-negara lain.

Hasilnya, menurut beliau, sejak 5 tahun terakhir ini, sudah lebih dari 500 alumni Pesantren Bina Insan Mulia yang diterima kuliah di kampus-kampus internasional di berbagai negara. Antara lain: Mesir, Sudan, Tunisia, Jordan, Oman, Turkiye, Jerman, Rusia, Taiwan, China, Malaysia, Australia, Perancis, dan lain-lain. “Target kami pada tahun 2028 adalah 1000 lulusan Bina Insan Mulia yang telah menyelesaikan S2 dan S3 dari kampus-kampus luar negeri,” tegas Kiai Imam Jazuli yang diamini hadirin.

Perhatian terhadap persiapan untuk masuk di kampus-kampus di dalam negeri juga semakin diperkuat. Beliau menjelaskan bahwa Bina Insan Mulia telah menjalin kerja sama dengan lembaga dan konsultan, seperti Ruang Guru dan Primagama untuk memberikan bimbingan khusus kepada santri yang ingin memasuki kampus-kampus terbaik di dalam negeri.

Semua proses dan strategi pendidikan yang beliau terapkan selama ini bertujuan untuk menghantarkan para santri agar menjadi bagian terpenting dari aset pembangunan Indonesia masa depan dengan kompetensi dan karakter yang dimiliki.

“Santri tidak boleh lagi menjadi bagian masyarakat yang hanya ngurusin masjid, surau dan majlis taklim namun posisinya marjinal dalam pembangunan. Sudah saatnya para santri bangkit untuk menempati posisi-posisi strategis yang berdampak nyata pada masyarakat. Harus banyak santri yang menjadi CEO BUMN, dirut, menteri, kepala dinas, pejabat publik, politisi, dan lain-lain. Hanya 5% saja santri-santri saya yang menjadi kiai dan guru ngaji seperti saya,” ungkap Kiai Imam Jazuli membakar semangat calon wali santri dan calon santri yang mengikuti tes seleksi.

Beliau menambahkan bahwa meskipun masyarakat santri dan pesantren punya keterlibatan yang besar dalam merebut kemerdekaan RI, tetapi dalam perjalanan Indonesia, keterlibatan santri sangat minim dalam pembangunan.

Menurut beliau, hal itu terjadi karena dua faktor. Pertama, karena faktor mindset santri yang memahami seruan agama di ruang dan praktik yang terlalu sempit dan kurang berdampak pada kenyataan. Kedua, karena sistem pemerintahan yang tidak pro ke rakyat, yang tidak punya keadilan dan kasih sayang kepada warganya. Pemiskinan dan pelemahan struktural terjadi di berbagai bidang sehingga rakyat tetap semakin lemah.

Solusi untuk mengatasi masalah ini menurut beliau adalah pendidikan. “Untuk mengakhiri keadaan demikian, Pesantren Bina Insan Mulia mengambil langkah proaktif dengan mengubah sistem pendidikan dan orientasi pendidikan di pesantren agar para santri nanti mencapai kebangkitan di tahun 2030 untuk mengisi Indonesia Emas di tahun 2045,” tegas beliau menutup sambutannya.(*)

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved