Jangan Salah Paham, Ini Arti Kata Ewe yang Sering Diucapkan Masyarakat Lelea Indramayu

Warga Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu menyebut istri mereka dengan panggilan ewe.

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Foto bersama seusai menggelar kegiatan budaya Ngarot di Desa/Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Rabu (21/12/2022). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman


TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Warga Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu menyebut istri mereka dengan panggilan ewe.


Sepintas panggilan tersebut akan sulit diterima jika berbicara dengan orang Sunda dari daerah lain.


Bahasa di wilayah Kecamatan Lelea ini memang cukup unik.

Baca juga: Sarwendah Trending di X, Video Lawas dengan Betrand Peto jadi Sorotan Warganet


Bahkan, bahasa warga Lelea berbeda dengan bahasa wilayah lainnya di Indramayu yang umumnya menggunakan bahasa jawa dialek Dermayu.


Di sana, masyarakat mayoritas menggunakan bahasa Sunda.


Namun, bahasa Sunda di Lelea juga sedikit berbeda dengan bahasa Sunda di daerah Sunda lainnya.


"Lelea ini dulunya masuk daerah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang," ujar Pamong Budaya Ahli Muda Koordinator Cagar Budaya dan Museum Disdikbud Indramayu, Suparto Agustinus kepada Tribuncirebon.com, Minggu (22/10/2023). 


Tinus menjelaskan, panggilan ewe untuk istri oleh laki-laki Lelea merupakan bahasa sehari-hari masyarakat di sana.


Sebagai contoh 'Ewe Maneh Diewe Aing'. Bagi orang sunda daerah lain kalimat itu cukup kasar.


Namun, arti sebenarnya, kata Tinus adalah 'Istri Kamu ada di Istri Saya'.


Penyebutan 'Ewe' untuk istri ini diketahui juga hingga sekarang masih digunakan masyarakat Lelea.


Bagi orang sunda dari daerah lain yang berkunjung ke Lelea, tentu penggilan tersebut membuat mereka keheranan.


"Tapi memang panggilan untuk istri di Lelea itu ewe," ujarnya.


Masih disampaikan Tinus, masyarakat Lelea juga punya sebutan cuene untuk gadis perawan.

Baca juga: Lagi di Majalengka? Ini Rekomendasi Tempat Nongkrong Asyik Keluarga, Sajikan Menu Makanan Enak


Sebutan itu digunakan saat masyarakat mengadakan tradisi adat Ngarot. Gadis-gadis perawan peserta Ngarot ini dipanggil cuene.


Selain itu, kata Tinus, warga Lelea juga mayoritas tidak bisa menyebut huruf 'H'.


Sebagai contoh, penyebutan usaha oleh masyarakat Lelea menjadi 'Usa'a'.


"Orang Lelea ini memang gak bisa ngomong huruf H," ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved