Pengamatan Gerhana Matahari Hibrida

Puncak Gerhana Matahari Hibrida di Bosscha Lembang Hanya Terlihat 42,5 Persen

Peneliti Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah berhasil melakukan pengamatan fenomena Gerhana Matahari Hibrida

Tribun Jabar/Hilman
Peneliti Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan pengamatan fenomena Gerhana Matahari Hibrida yang terjadi di Indonesia, Kamis (20/4/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT- Peneliti Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah berhasil melakukan pengamatan Gerhana Matahari Hibrida yang terjadi di Indonesia, Rabu (20/4/2023).

Adapun pengamatan Gerhana Matahari Hibrida tersebut dilakukan para peneliti di Kompleks Observatorium Bosscha dengan menyiapkan lima unit teleskop.

Selain itu, peneliti dari Bosscha juga melakukan pengamatan di Pulau Kisar, Maluku.

Peneliti Observatorium Observatorium Bosscha, Agus Triono mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan di Bosscha, puncak gerhana matahari ini terjadi ketika piringan bulan menutupi piringan matahari sekitar 42,5 persen.

"Jadi kalau dilihat dari Bosscha tidak sampai terlihat 100 persen, tetapi kalau teman-teman yang melakukan pengamatan di Kisar akan menyaksikan ketutup 100 persen," ujarnya saat ditemui di Bosscha, Kamis (20/4/2022).

Ia mengatakan, puncak gerhana matahari dari hasil pengamatan di Bosscha terjadi pada pukul 10.45 WIB, sehingga kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Pulau Kisar Maluku.

Baca juga: Jangan Lewatkan Lihat Gerhana Matahari Hibrida, Bakal Terjadi Lagi November 2031

"Puncak gerhana matahari ini berbeda antara yang terjadi di Bosscha dengan yang ada di sana (Pulau Kisar)," kata Agus.

Ia mengatakan, fenomena gerhana matahari yang terjadi kali ini merupakan Hibrida atau dalam satu sesi gerhana tersebut terjadi gerhana cincin yang terjadi di laut dan gerhana total.

"Sekarang gerhana cincin ini terjadi di laut, jadi bakal sedikit sekali, bahkan tidak akan ada orang yang mengamati karena harus berlayar dan sebagainya, kalau di Indonesia hanya kebagian yang totalnya saja," ucapnya.

Menurutnya, fenomena Gerhana Matahari Hibrida ini merupakan momen yang sangat langka karena akan terjadi lagi pada tahun 2042 mendatang.

Baca juga: Breaking News: Observatorium Bosscha Gelar Pengamatan Gerhana Matahari Hibrida Hari Ini

"Tapi itu tergantung ya, kalau kita ngomongin siklo saros atau satu konfigurasi yang mirip banget dengan yang berikutnya itu biasanya 18 tahun sekali," ujar Agus.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved