Naskah Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1444 H: Menggapai Taqwa menjadi Muslim Wasthiyyah
Dalam pelaksanaan hari raya Idul Fitri, umat Islam akan menggelar shalat Ied yang akan digelar pada pagi hari.
Penulis: Sartika Rizki Fadilah | Editor: Sartika Rizki Fadilah
Konsep Wasathiyah dalam Islam bukanlah ajaran baru. Bukan pula suatu ijtihad pemikiran yang baru muncul pada abad 20 Masehi atau 14 Hijriyah. Melainkan telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw sebagai prinsip dasar dalam menjalankan berkehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad pernah menampilkan sikap wasathiyah ketika berdialog dengan para sahabat. Kisah yang direkam Aisyiah ini menceritakan tiga orang sahabat yang mengaku menjalankan agamanya dengan baik. Masing-masing dari ketiga sahabat itu mengaku rajin berpuasa dan tidak berbuka; selalu salat malam dan tidak pernah tidur; dan tidak menikah lantaran takut mengganggu ibadah.
Rasulullah pada saat itu menegaskan bahwa beribadah memiliki kadarnya masing-masing. Harus ada keseimbangan antara tanggungjawab keagamaan dan tanggungjawab pribadi. Nabi berkata walaupun dirinya adalah seorang utusan Allah Swt, ia tetap harus berbuka puasa, tidur dan menikah. Dan jelas bahwa Nabi adalah hamba istimewa karena menjadi utusan Allah untuk memperbaiki akhlaq umat manusia.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad sejalan dengan semangat Islam untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala aspek kehidupan termasuk ibadah. Demikianlah salah satu prinsip wasathiyah, yaitu tidak condong secara berlebih-lebihan pada sesuatu yang sudah ada takarannya masing-masing. Tidak boleh melampuai batas.
Baca juga: Kapan Lebaran 2023 di Indonesia? Mekkah Pastikan Tanggal Ini Berdasar Pusat Astronomi Internasional
Dalam ibadah, umat Islam dilarang untuk ghuluw (QS. An-Nisa: 171). Dalam muamalah dilarang keras untuk israf (QS. Al-A’raf: 31). Dalam perang membela agama pun umat Islam tidak membolehkan melakukan tindakan-tindakan di luar batas seperti merusak tumbuhan, membunuh hewan dan menyakiti anak-anak, lansia serta perempuan (QS. Al-Baqarah: 190). Konsep-konsep dasar ini adalah pijakan menjadi seorang muslim yang wasathiyah.
Tujuannya supaya umat Islam terhindar dari bahaya cara berpikir yang ekstrim dan menimbulkan kemudharatan bagi banyak orang. Islam mendorong umat muslim untuk menjadi yang selalu ada di tengah supaya tidak berat sebelah.
Jamaah Salat Idul Fitri rahimakumullah
Dalam kitab al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Fuad Abd al-Baqi kata wasatha dalam al-Qur’an disebut lima kali dengan segala maksud dan konteks penggunaannya.
Pertama, wasathna, berarti “berada di tengah-tengah” terdapat dalam QS. Al-Adiyat ayat 5:
فَوَسَطۡنَ بِهٖ جَمۡعًا
Artinya: “Lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.”
Kedua, wasathan, yakni “sikap adil dan pilihan”, terdapat dalam QS. Al Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat wasath agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
Ketiga, awsith, yaitu “tidak berlebih-lebihan” terdapat dalam QS. Al-Maidah ayat 89:
1 Syawal 1444 H
Hari Raya Idul Fitri 2023
Hari Raya Idul Fitri 1444 H
naskah Khutbah Idul Fitri
Lebaran 2023
| Teks Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1446/2025: Idul Fitri, Momentum Saling Memaafkan |
|
|---|
| Naskah Khutbah Idul Fitri Bermakna: Lebaran, Momentum Petik Hikmah Ramadhan |
|
|---|
| Materi Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1446 H Singkat: Memaknai Hari Raya Idul Fitri, Hari Kemenangan |
|
|---|
| Naskah Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriyah: Renungan Suci di Hari yang Fitri |
|
|---|
| Naskah Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriyah: Memaknai Hari Kemenangan yang Sesungguhnya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.