Wisata Cirebon

Tempat Wisata Bukit Sanghyang Dora Majalengka Cuma Buka Sabtu-Minggu Selama Ramadan, Ini Alasannya

Info terbaru tempat wisata Bukit Sanghyang Dora di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka hanya buka dua hari

Penulis: Eki Yulianto | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
Pemandangan asri Bukit Sanghyang Dora di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka  

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Info terbaru tempat wisata Bukit Sanghyang Dora di Desa Leuwikujang, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka hanya buka dua hari selama Ramadan.

Pengelola Bukit Sanghyang Dora, Otang mengatakan, pihaknya hanya akan melayani pengunjung pada malam Sabtu dan malam Minggu saja selama Ramadan.

Baca juga: Objek Wisata Baru Bernuansa Bukit, Ada Yang Bisa Lihat Lautan Awan Bak Negeri Dongeng

Menurutnya, ada alasan tersendiri kenapa pihaknya memberlakukan sistem tersebut.

"Jadi alasan dibuka hanya malam Sabtu dan malam Minggu adalah tidak mengganggu aktivitas berpuasa, karena kita membatasi," ujar Otang kepada Tribun, Sabtu (25/3/2023).

Alasan lain, jelas dia, di momen bulan suci Ramadan juga tampaknya pengunjung tidak sebanyak pada hari-hari biasa.

Bukit Sanghyang Dora di Majalengka, destinasi wisata mirip Raja Ampat
Bukit Sanghyang Dora di Majalengka, destinasi wisata mirip Raja Ampat (Tribuncirebon.com/Eki Yulianto)

Hal itu juga menjadi kesempatan pengelola untuk beristirahat dan melakukan pemeliharaan lokasi untuk nantinya menyambut pengunjung di libur lebaran.

"Lalu di bulan puasa juga tidak seperti hari-hari biasa yang selalu dikunjungi pengunjung gitu."

"Faktor lainnya adalah itung-itung pengelola beristirahat, kemudian sekalian berbenah lokasi atau pemeliharaan untuk menyambut pengunjung yang diprediksi meningkat selepas lebaran nanti," ucapnya.

Untuk wisatawan yang akan tetap berkunjung pada bulan ramadan, pengelola tidak mengubah tarif masuk.

Yang mana, wisatawan hanya dikenakan tarif sebesar Rp 15 ribu per orang.

Diketahui, Bukit Sanghyang Dora merupakan objek wisata 'camp ground' atau perkemahan.

Wisatawan bisa berkemah di atas bukit dengan ketinggian 396 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Bukit Sanghyang Dora dikenal juga sebagai Raja Ampat-nya Papua.

Bedanya, Bukit Sanghyang Dora di Majalengka ini memiliki pemandangan bukit-bukit di atas panorama perkotaan, bukan lautan.

Tempat berkemah di Bukit Sanghyangdora, Majalengka.
Tempat berkemah di Bukit Sanghyangdora, Majalengka. (Instagram/@faisalrahmaaan)

Selain itu, Bukit Sanghyang Dora juga kerap diselimuti kabut tipis yang terkadang muncul di antara bukit-bukit yang mana memberikan kesan syahdu saat berada di atas bukit tersebut.

Eksotisme panorama yang dianugerahkan pada Bukit Sanghyang Dora mampu membuat pengunjung terkesima.

Suasana alam perbukitan yang masih asri dan hijau membuat siapapun yang berkunjung merasa damai.

Gunung Ciremai yang tampak di antara gugusan bukit ini juga semakin mempercantik pemandangan alam di sini.

Tak hanya itu, pada saat malam tiba, pengunjung akan disuguhkan pemandangan alam perbukitan yang berpadu dengan kelap-kelip lampu khas perkotaan.

Keindahan pemandangan malam hari akan cerah semakin terlihat sangat cantik ketika tiba bulan purnama di waktu kemarau, dengan langit yang bersih dan cerah.

Otang mengatakan, disebutnya wisata yang dikelolanya dengan sebutan Raja Ampat, dikarenakan perbukitan ketika melihat dari puncak menyerupai seperti yang ada di Papua sana.

Dijelaskan bahwa jika Raja Ampat versi aslinya itu perbukitan dikelilingi oleh lautan, di Sanghyang Dora sendiri dikelilingi oleh hamparan daratan.

"Sanghyang Dora disebut juga Raja Ampatnya Majalengka, karena apa, perbukitan yang ada di kami ini bentuk bukitnya itu menyerupai di Raja Ampat."

"Bedanya, di Raja Ampat itu versinya kan lautan ya, jadi Bukit yang dikelilingi lautan, nah di kami itu daratan, jadi kalau pengunjung naik ke puncak bisa melihat bukit-bukit seperti di Raja Ampat begitu," ujar Otang.

Ia menjelaskan, bahwa awal dikenalnya Sanghyang Dora dengan julukan Raja Ampat justru dari pengunjung itu sendiri.

Di mana, banyak pengunjung yang berswafoto dengan latar perbukitan yang menyerupai Raja Ampat.

"Sebenarnya sudah lama ya, sekitar 3 tahun lalu. 
Jadi penyebutan itu tidak sengaja, karena banyaknya pengunjung yang berfoto dengan background bukit-bukit itu, sehingga banyak yang bilang mirip seperti di Raja Ampat," ucapnya.

Masih dijelaskan dia, bahwa Sanghyang Dora sendiri memang dikenal dengan wisata 'camp ground'.

Banyak wisatawan dari luar daerah yang sengaja datang untuk bisa menikmati suasana di puncak bukit Sanghyang Dora.

"Sanghyang Dora itu tipe wisata camp ground, karena apa, wisata kami ini harus diawali dengan perjalanan dulu, yaitu pendakian."

"Waktunya sekitar satu jam setengah dari mulai basecamp sampai ke puncak."

"Ada 5 pos, nah masing-masing pos itu, pos pertama berada di Bukit enjoy, pos 2 berada di Bukit kayaa, pos 3 berada di Bukit karapyak, pos 4 berada di Bukit panangisan dan pos 5 berada di Bukit lebak lutung," jelas dia.

Di titik awal wisata ini juga, pengunjung dapat menikmati spot-spot foto yang telah disediakan oleh pengelola.

"Di bawah ada camp ground, cuma itu lebih condong ke family gathering. Ada MCK juga, lapangan kemping, spot-spot foto, musala maupun lainnya. Di atas juga ada toilet juga."

"Motor dan mobil ukuran sampai elf bisa masuk sampai ke basecamp. 

"Tetap, kita imbau kepada pengunjung yang hendak datang ke sini agar tetap mematuhi prokes, kemudian yang ingin kemping di atas harus memperhatikan safety pendakian," katanya.

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved