Polemik Serangan Umum 1 Maret, Siapa Pemberi Perintah, Sri Sultan HB IX atau Letkol Soeharto?
Tanggal 1 Maret ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara, siapa pemberi perintah Serangan Umum, Soeharto atau Sri Sultan HB IX
TRIBUNCIREBON.COM - Tanggal 1 Maret ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara oleh pemerintah Indonesia, tahun 2022. Tanggal itu merujuk pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Namun penetapan itu menuai polemik, karena dalam Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara, tidak disebutkan peran Letkol Soeharto.
Situs Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebut Serangan Umum 1 Maret itu merupakan usulan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Saat itu, tentara dan rakyat menyerbu Yogyakarta yang diduduki Belanda. Hanya butuh waktu 6 jam bagi untuk merebut kembali DIY.
Serangan Umum 1 Maret membuat dunia sadar Indonesia masih ada. Upaya di meja perundingan pun dilanjutkan lewat Konferensi Meja Bundar, hingga 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Sebelum ditetapkan sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara, sejarah 1 Maret sudah menuai polemik tentang peran siapa yang palin dominan dalam terjadinya peristiwa itu.
Baca juga: SOSOK Soeharto, 32 Tahun Jadi Presiden Indonesia, 27 Januari Empat Belas Tahun Lalu Meninggal Dunia
Apakah Letkol Soeharto sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III, Panglima Besar Sudirman atau Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Ditulis Kompas.com, tepat 1 Maret 1949, berlangsung serangan serentak besar-besaran di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia. Perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta diikuti oleh serangan dari Belanda Sekutu untuk menguasai Belanda.
Peristiwa ini dikenal dengan Agresi Militer II Belanda. Merespons serangan ini, militer Indonesia menunjukkan perlawanan di bawah komando Jenderal Soedirman.
Melalui serangan umum 1 Maret 1949, rakyat Indonesia ingin kembali menguasai ibu kota dan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih eksis.
Sirene keras berbunyi di segala penjuru kota pada pagi itu dan serangan mulai dilancarkan.
Dalam penyerangan itu, Letkol Soeharto sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III langsung memimpin pasukan ke sektor barat sampai ke batas Malioboro.
Sementara, sektor timur dipimpin oleh Venjte Sumual, sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sardjono, dan sektor utara oleh Mayor Kusno. Wilayah kota dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.
Akhirnya, pasukan militer Indonesia dan masyarakat yang turut bertempur berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam.
Tepat pukul 12.00 WIB, mereka mundur ke front masing-masing.
Mendapat pengakuan
Serangan Umum 1 Maret merupakan wujud kegelisahan rakyat Indonesia dan militer atas apa yang dilakukan oleh Belanda dan Sekutu.
Mereka tak suka dengan sikap dari Belanda yang semena-mena dan mencoba masuk ke Indonesia.
Padahal, sebelumnya telah dilakukan sejumlah kesepakatan. Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 21 Februari 1989, sebenarnya pihak militer tak senang dengan kedatangan Belanda ke Yogyakarta.
Sejak awal tahun 1949, segenap jajaran militer TNI sudah siap siaga melakukan penyerangan dan penjagaan terhadap pos-pos terpenting di Yogyakarta.
Ketika itu, Yogyakarta berada di bawah pimpinan Kolonel Van Langen yang bermarkas di Hotel Tugu. Pasukan ini juga terdiri dri batalyon dan diperkuat satuan-satuan KNIL.
Letkol Soeharto sebagai Komandan Brigade X memikirkan rencana untuk melakukan serangan balasan terhadap tentara Belanda.
Dia juga membagi kelompoknya dalam tujuh Sub Wehrkreise yang berada pada masing-masing tempat.
Setelah sepakat dengan Jenderal Soedirman dan Kolonel Bambang Sugeng, akhirnya misi penyerangan dilakukan.
Serangan berdampak luas sehingga cepat diketahui dunia. Inilah salah satu tujuan serangan tersebut.
Keberhasilan serangan ini segera disiarkan ke radio-radio di dunia dan didengarkan ke forum PBB di New York.
Hasilnya, serangan umum 1 Maret ini sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.
Selain mendapatkan pengakuan PBB, keberhasilan ini membuktikan bahwa kekuatan militer Indonesia masih ada.
Walau tak secara langsung, serangan ini memberikan dampak pada penyerahan kedaulatan RI pada 27 Desember 1949.
Untuk menghargai jasa pahlawan yang gugur dalam peperagan tersebut, maka dibangunlah Monumen Seranga Umum yang kini berada di pelataran Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Direncanakan di Desa Bibis
Kolonel Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III (atasan Soeharto) memberikan arahan kepada Letkol Soeharto untuk bertindak.
Dilansir dari Harian Kompas, 4 Maret 1977, selaku Koman Waherkruise III, Soeharto memulainya dengan menemui Sultan Hamengku Buwono IX.
Rencana melakukan perlawanan akhirnya mendapatkan persetujuan. Sebelum memulai gerakannya, dipilihlah tempat untuk merumuskan strategi bertempur yang tepat dan jauh dari jangkauan musuh.
Akhirnya, Desa Bibis dipilih sebagai tempat untuk merancang serangan. Bibis terletak di Kelurahan Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Lokasinya diyakini akan jauh dari pantauan mata-mata Belanda. Soeharto dan anggotanya meminjam rumah milik Hardowijadi sebagai markas gerilya.
Di tempat inilah, Soeharto memberi komando penyerbuan, komunikasi radio dengan Jenderal Soedirman hingga Kepala Pemerintahan Darurat RI di Bukittinggi, Syafrudin Prawiranegara.
Dari serangan yang dirancang di Desa Bibis, menunjukkan bahwa Indonesia bisa melakukan perlawanan.
Harian Kompas 28 Februari 1987 menuliskan, sebelum peristiwa ini, dunia internasional menganggap TNI verstrooide benden (gerombolan bercerai-berai) dan kedatangan Belanda akan membawa ketenteraman.
Yang terjadi justru sebaliknya. Pada 1 Maret 1949, dengan menggunakan penanda janur kuning yang dikalungkan di leher, seluruh kekuatan militer melakukan perlawanan di seluruh penjuru Yogyakarta.
Tepat pukul 06.00, terdengar sirine yang dijadikan kode untuk memulai serangan. Setiap sudut kota dipenuhi dengan gerilyawan yang sebelumnya telah mendapatkan arahan dari Desa Bibis.
Mereka mencoba menguasai pos-pos penting. Selama enam jam, Yogyakarta dikuasai.
Dapur umum menyambut kemenangan sesaat itu dengan dengan membagikan nasi secara cuma-cuma ke berbagai sudut desa di Yogyakarta.
Pabrik Watson, tempat menyimpan senjata juga dijarah. Walau hanya 6 jam, serangan ini membawa pengaruh untuk memberikan bantuan moril bagi Lambertus Nico Palar sebagai wakil RI dalam debat di Dewan Keamanan PBB.
Selain itu, juga menambah kepercayaan rakyat untuk melawan musuh yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Rumah di Bibis jadi monumen
Rumah di Desa Bibis yang dijadikan tempat menyusun perencanaan serangan dijadikan sebagai monumen.
Dilansir dari laman Kemendikbud, rumah berukuran 10x25 meter itu terdiri dari pendopo, pringgitan, rumah belakang, gandhok, dan dapur. Semua bagian dipertahankan keasliannya.
Selain itu, benda-benda yang dulunya digunakan seperti meja, kursi, peralatan makan, minum, mesin tik juga tersimpan dalam monumen tersebut.
Di sekeliling bangunan, terbentang halaman cukup luas yang mengitari kawasan dengan pepohonan seperti pohon asam jawa, sawo, dan pohon kelapa.
Namun, sampai saat ini, kondisinya kurang terawat dan terbengkalai. Bangunan pameran disebut banyak yang mengalami kerusakan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Umum 1 Maret 1949", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2019/03/01/11085091/hari-ini-dalam-sejarah-serangan-umum-1-maret-1949?page=all
Penulis : Aswab Nanda Pratama
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Prediksi dan Head to Head Malut United vs PSIM Yogyakarta, Tuan Rumah Bisa Petik Poin Penuh |
![]() |
---|
Marc Klok Marah Karena Gagal Eksekusi Penalti ke Gawang PSIM: Kalau Cetak Gol Kami Menang |
![]() |
---|
Persib Bandung Ditahan Imbang PSIM Yogyakarta, Bojan Hodak Akan Evaluasi Lini Depan |
![]() |
---|
Tiga Fakta Unik Laga Persib Bandung Lawan PSIM Yogyakarta, Reva Apes, Dejavu Hasil |
![]() |
---|
Persib Gagal Boyong 3 Poin Dari PSIM, Patricio Matricardi: Kami Gagal Memanfaatkan 2 Penalti |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.