Ini Imbauan Bapeten untuk Warga soal Potensi Dampak Sesar Lembang Terhadap Reaktor Nuklir di Bandung
Koordinator Komunikasi Publik Bapeten, Abdul Qohhar, mengatakan pihak Batan telah memperkuat struktur bangunan reaktor nuklir di Bandung
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( Bapeten) menjelaskan soal potensi dampak aktivitas Sesar Lembang terhadap fasilitas nuklir di Bandung, terutama reaktor nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional ( Batan) di Jalan Tamansari, Kota Bandung.
Hal ini dipicu adanya kekhawatiran warga pasca terjadinya gempa Cianjur serta gempa-gempa sebelumnya di Jawa Barat yang banyak diisukan akan berdampak pada aktivitas Sesar Lembang yang melintasi wilayah Bandung.
Baca juga: Gempa Cianjur 5,6 M, Ahli: Bisa Picu Gempa Lebih Besar, Sesar Cimandiri Dekat dengan Sesar Lembang
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Komunikasi Publik Bapeten, Abdul Qohhar Teguh Eko Prasetyo, meminta masyarakat untuk tidak khawatir, karena pihak Batan telah memperkuat struktur bangunan reaktor nuklir di Bandung tersebut pada 2013.
Ia mengatakan reaktor nuklir di Jalan Tamansari ini adalah yang tertua di Indonesia.
Sehingga dari sisi desain dan kekokohan bangunan, terus disesuaikan dengan standar internasional, termasuk mengenai ketahanannya terhadap bencana alam.
"Tahun 2013 kita mendapatkan informasi mengenai Sesar Lembang dari ITB, kalau misalnyakan Sesar Lembang ini aktif bisa memicu aktif sekian Skala Richter, yang dampaknya cukup besar. Ketika mendapatkan informasi itu kami langsung menghubungi Batan di Tamansari itu, bilang tolong hentikan dulu operasinya," kata Abdul Qohhar di Bandung, Rabu (30/11/2022).

Ia mengatakan Batan diminta untuk melakukan kajian terhadap gedungnya supaya tetap aman terhadap gempa yang ditimbulkan oleh Sesar Lembang.
Hasil kajian waktu itu menunjukkan bahwa harus dilakukan penguatan gedung reaktornya.
"Kemudian kita minta tetap menghentikan operasi sampai penguatan gedung selesai. Diharapkan dengan penguatan gedung selesai, kalau terjadi ada akibat Sesar Lembang dan semoga ini tidak terjadi, reaktor Bandung tidak akan terpengaruh setelah mereka melakukan penguatan," katanya.

Baca juga: Tak Hanya Sesar Lembang, Bandung Barat Harus Waspadai Gempa Sesar Cimandiri, Titik Nol di Ciburuy
Setelah reaktor dinonaktifkan sementara sejak 2013 dengan pemberhentian izin Bapeten, katanya, reaktor beroperasi lagi mulai sekitar tahun 2017 atau 2018. Jadi, katanya, ada minimal empat tahun untuk penguatan gedung.
"Ada contoh yang kita lihat adalah di Yogyakarta, ada reaktor nuklir juga. Ketika gempa 2006, di sana bangunan-bangunan di sekitarnya hancur tapi gedung reaktor aman, tidak ada keretakan sama sekali. Karena memang sudah didesain untuk itu. Tapi untuk yang di Bandung ini dibangun tahun 65, kalau di Jogja tahun 79, jadi ada jeda waktu 14 tahun, itu sudah berkembang pengetahuannya," katanya.
Ia mengatakan teknologi nuklir di Indonesia di antaranya digunakan untuk penelitian, pelayanan kesehatan melalui unit radiologi, dan industri.
Begitupun di Jabar, kebanyakan teknologi nuklir dimanfaatkan di sektor industri dan kesehatan seperti rumah sakit dan klinik.
