Gempa Hari Ini
Apa Itu Sesar Cirata? Patahan Aktif di Bawah Waduk, Berpotensi Gempa M 7, Pernah Akibatkan Kerusakan
Sesar Cirata kembali heboh menjadi sorotan setelah terjadinya gempa yang mengguncang Purwakarta, Minggu (13/11/2022).
Penulis: dedy herdiana | Editor: dedy herdiana
TRIBUNCIREBON.COM - Sesar Cirata kembali heboh menjadi sorotan setelah terjadinya gempa yang mengguncang Purwakarta, Minggu (13/11/2022).
Diketahui, gempa guncang Purwakarta dengan kekuatan Magnitudo 4,1 pada Minggu malam.
Disusul dengan gempa di Cianjur Magnitudo 3,3 yang juga mengguncang Purwakarta dan Bandung Barat.
Baca juga: Gempa Cianjur dan Bandung sebagai Gempa Susulan Purwakarta, Begini Analisis Ahli BMKG
Kemudian terjadi lagi gempa di Kabupaten Bandung Magnitudo 2,8 yang juga mengguncang Purwakarta.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami - BMKG, Daryono mengungkap soal penyebab gempa guncang Purwakarta pada Minggu (13/11/2022) malam.

Dikatakannya guncangan gempa dengan magnitudo 2,8 itu diakibatkan oleh aktivitas Sesar Cirata.
"Gempa mag 2,8 kedalaman 5 km guncang purwakarta dipicu aktivitas sesar cirata.," tulis Daryono di akun Twitternya.
Laman BMKG mengumumkan pada pukul 22:41:14 WIB, Minggu (13/11), mencatat gempa yang berpusat di darat 21 km Barat Daya Kabupaten Purwakarta atau 6.73 LS 107.35 BT.
Gempa ini berkekuatan Magnitudo 4,1 dengan kedalaman 6 Km
Getaran dirasakan pada skala (MMI) di III Purwakarta, Cianjur dan Bandung Barat, II di Subang dan Bekasi.
Lalu, sekitar 3 jam kemudian, yakni pada pukul 01:13:57 WIB, Senin (14/11), BMKG kembali mencatat gempa yang berpusat di darat 22 km Timur Laut Kabupaten Cianjur, atau 6.73 LS 107.32 BT.
Gempa ini berkekuatan Magnitudo 3,3 dengan kedalaman 7 Km
Getaran dirasakan pada skala (MMI) di I-II Purwakarta dan Bandung Barat.
Dan gempa terbaru terjadi pada pukul 02:41:30 WIB, Senin (14/11), BMKG kembali mencatat gempa yang berpusat di darat 21 km Barat Laut Kabupaten Bandung, atau 6.74 LS 107.35 BT.
Gempa ini berkekuatan Magnitudo 2,8 dengan kedalaman 5 Km
Getaran dirasakan pada skala (MMI) di I-II Purwakarta.
Rentetan gempa di darat mulai dari gempa 4,1 Magnitudo di Purwakarta hingga di Cianjur dan Kabupaten Bandung ini disebut sebagai akibat aktivitas Sesar Cirata.
Lantas apa yang dimaksud dengan Sesar Cirata?
Sesar Cirata
Sejumlah ahli menyatakan bahwa Sesar Cirata berada di bawah Waduk Cirata dan sejumlah waduk lainnya di Purwakarta dan Bandung.
Sesar Cirata ini banyak disebutkan para ahli sebagai sesar yang masih aktif.
Diketahui sesar merupakan patahan, yakni fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan akibat dari gerakan massa batuan.
Sesar-sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.

Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif yang merupakan penyebab utama gempa bumi.
Menurut ilmu geofisika, sesar terjadi ketika batuan mengalami tekanan dan suhu yang rendah sehingga sifatnya menjadi rapuh.
Sesar Cirata ini ada di sekitar Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Purwakarta.
Disebutkan patahan yang menghancurkan jalan di bawah waduk PLTA Cirata, Jawa Barat, beberapa tahun lalu ini tergolong rawan dan perlu diwaspadai.
Hal ini diungkapkan oleh Pusat Survei Geologi.
"Gempa mikro di daerah ini umumnya dangkal, kurang dari 10 kilometer. Ini berkaitan dengan pengaktifan kembali patahan bermekanisme gerak patahan naik, geser, dan turun," jelas Asdani Soehaemi, peneliti pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dilansir dari Tribunjabar.id yang mengutip laman National Geographic Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian Puslitbang Geologi, kondisi ini berpeluang menimbulkan gempa bumi berkekuatan 7 MS (Magnitude Surface, identik dengan Skala Richter) dalam waktu 80 tahun.
"Pemantauan kegempaan secara periodik perlu dilakukan," Asdani mengutarakan.
Di lajur Padalarang, antara Saguling dan Cirata, pernah terjadi gempa tahun 1910.
Tanggal 27 September dan 9 Oktober 1985, terjadi lagi gempa di kawasan ini dan terasa di Bandung.
Pada 15 April 2005, terjadi lagi gempa di Gunung Halu, selatan Saguling, berkekuatan 4,3 SR dengan kedalaman 5 kilometer. Gempa ini merusak rumah penduduk.
Pada pertengahan Desember 2010, tanah di bawah lajur Padalarang antara Saguling dan Cirata mengalami retakan.
Retakan sepanjang 5 sampai 15 sentimeter itu terjadi di beberapa tempat, mengakibatkan sebagian ruas badan jalan anjlok.
Rawan semakin bertambah karena beberapa bendungan terletak pada lajur patahan aktif ini.
Waduk-waduk itu termasuk Waduk Cirata dan Saguling di hulu, serta Waduk Jatiluhur di hilir, yang menyediakan energi untuk PLTA pemasok listrik jaringan interkoneksi Pulau Jawa-Bali.
Laman Kompas tahun lalu memberitakan, wilayah antara Cianjur dan Purwakarta memang termasuk daerah rawan gempa.
Sejarah gempa merusak yang pernah terjadi di wilayah ini adalah gempa Cianjur pada tahun 1834 dan gempa Purwakarta di tahun 1862.
Gempa 2020 dan 2021
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami - BMKG, Daryono mengatakan belum usai pemberitaan gempa bumi merusak di Sukabumi, Rabu malam 11 Maret 2020 gempa mengguncang warga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa terjadi pada pukul 21.41.33 WIB dengan kekuatan M=3,7. Episenter terletak pada koordinat 6,72 LS dan 107,31 BT tepatnya berlokasi di Waduk Cirata dengan kedalaman 2 kilometer.
Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (shakemap) dan berdasarkan laporan dari masyarakat, menunjukkan gempa ini dirasakan di Cirata dan Plered, Kabupaten Purwakarta dengan Skala Intensitas III MMI.
Warga merasakan guncangan sperti ada truk berlalu hingga menyebabkan warga berlarian ke luar rumah.
Sementara itu gempa dirasakan juga dilaporkan dirasakan terjadi di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, dengan Skala Intensitas II MMI. Di wilayah ini warga hanya merasakan goyangan lemah. Hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya yang sangat dangkal hanya 2 kilometer, diyakini bahwa gempa ini merupakan gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif.
Dengan episenter gempa yang terletak di Waduk Cirata, maka diyakini bahwa yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Cirata di Waduk Cirata.
Hasil kajian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa kegempaan mikro di wilayah Cirata memiliki kedalaman sangat dangkal kurang dari 10 kilometer dengan mekanisme sumber gempa yang didominasi oleh sesar naik.
Wilayah antara Cianjur dan Purwakarta termasuk daerah rawan gempa. Sejarah gempa merusak yang pernah terjadi di wilayah ini adalah Gempa Cianjur 1834 dan Gempa Purwakarta 1862.
Kemudian dilansir dari Tribunjabar.id, pada Rabu (8/12/2021), gempa terjadi berpusat di sekitar Waduk Cirata.
Karenanya patahan atau sesar di kawasan tersebut dinamakan Sesar Cirata.
"Di wilayah Purwakarta tepatnya di sekitar Waduk Cirata juga termonitor adanya aktivitas kegempaan dan dirasakan," kata Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu melalui ponsel, Rabu (8/12/2021).
Rabu, 8 Desember 2021 pukul 05.18 WIB, wilayah Purwakarta dan sekitarnya diguncang gempa bumi tektonik.
Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M=3,4.
Episenter terletak pada koordinat 6.71 LS dan 107.35 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 18 km Barat Daya Purwakarta pada kedalaman 7 kilometer.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Cirata.
Dampak gempa bumi yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Cipeundeuy, Cirata, Maniis dengan Skala Intensitas III MMI.
Baca juga: Sesar Cirata Menggeliat, Penyebab Gempa Guncang Purwakarta Diungkap Ahli dari BMKG