Keraton di Cirebon

Mengenal Sosok Pendiri Keraton Kasepuhan versi Juru Bicara Makam Kramat Talun Pangeran Cakrabuwana 

selain Syekh Dzatul Kahfi / Syekh Nurjati, penyebaran agama islam di Cirebon tak lepas dari sosok Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, atau Pangeran Cakrabuana

Editor: dedy herdiana
Tribun Jabar/Zelphi
Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon atau Raden Mas Walangsungsang di Kabupaten Cirebon, Selasa (6/6/2017). 

Untuk masuk kedalam bangunan utama, ada sebuah gerbang lagi tepat disamping gerbang masuk ke halaman utama yang berada di sisi utara. Gerbang masuk ke bangunan utama ini cukup unik. Di depan gerbang terdapat patung seekor macan putih dengan patung senjata kujang dan seekor kerbau warnanya putih kemerahjambuan.

"Patung ini adalah perwujudan peliharaan Mbah Kuwu Sangkan. Peliharaan beliau namanya adalah Macan Samba dan Kebo Dongkol Bule Karone," ujar Tohir.

Berbeda dengan pagar dan gerbang bangunan makam yang dicat merah. Bangunan utama dimana Makam Mbah Kuwu Sangkan ada justru bercat warna hijau. Konon, warna hijau ini merupakan warna favorit dari Mbah Kuwu Sangkan.

Saat masuk ke bangunan utama, lantunan ayat-ayat suci Alquran terdengar lirih dibacakan. ternyata berapa peziarah dari berbagai wilayah di Jawa Barat tengah melakukan tadarus Alquran di ruangan yang sering digunakan untuk tempat salat.

"Hampir setiap hari banyak yang menginap disini, berziarah disini. Kebanyakan merekanyang datang kesini ingin nasibnya seperti Mbah Kuwu. Ya jadi kuwu dan raja. Intinya biar jabatannya panjang," katanya.

Makam Mbah Kuwu Sangkan sendiri ditutupi tembok dengan diberi pintu dan temboknya ditutup kain berwarana biru. Sedangkan pintunya diberi hordeng kain berwarna hijau.

Di luar tembok pembungkus makam, ada sekitar enam kuburan. Kuburan-kuburan itu adalah kuburan kuncen-kuncen penjaga Makam Mbah Kuwu Sangkan.

"Kalau peziarah hanya boleh berdoa atau baca tahlil diluar dinding. Ada juga yang diluar yang ada batunya itu. Itu batu dulunya tempat duduk beliau saat mengajari ngaji anak-anak muda di Kampung Girang," katanya seraya jika menyebut jika makam selalu ramai saat hari-hari Kliwon atau saat Muludan. (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved