Keraton di Cirebon
Mengenal Sosok Pendiri Keraton Kasepuhan versi Juru Bicara Makam Kramat Talun Pangeran Cakrabuwana
selain Syekh Dzatul Kahfi / Syekh Nurjati, penyebaran agama islam di Cirebon tak lepas dari sosok Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, atau Pangeran Cakrabuana
Mbah Kuwu Sangkan, kata Tohir, kemudian lari ke Alas Banten. Tepatnya di wilayah yang kini didiami suku Baduy yang konon adalah keturunan asli dari Mbah Kuwu Sangkan.
Setelah menetap cukup lama di alas Banten, Mbah Kuwu Sangkan kemudian menemui Sanghyang Danuarsi di Gadog, Garut.
Disanalah Mbah Kuwu Sangkan berguru kepada Sanghyang Danuarsi yang merupakan penasehat Kerajaan Galuh. Sanghyang Danuarsi pun kemudian menikahkan Mbah Kuwu Sangkan dengan putri satu-satunya, yakni Endang Geulis.
"Dari pernikahan itu, Mbah Kuwu Sangka mendapatkan seorang putri. Namanya Dewi Pakungwati. Yang besarnya menikah dengan keponakan Mbah Kuwu Sangkan. Yaitu Sunan Gunungjati," katanya.
Untuk menyempurnakan agamanya, Mbah Kuwu Sangkan oleh Sanghyang Danuarsi diminta untuk menemui Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nurjati di Amparan Jati atau yang disebut Gunung Jati.
Usai berguru dengan Syekh Nurjati ia disuruh untuk pergi menunaikan ibadah haji dan diberi gelar Syekh Mursyahadatillah atau Somadullah.
"Nah setelah pulang ibadah haji, beliau bertemu dengan guru ngajinya, Syekh Bayanullah. Beliau diberi gelar nama Haji Abdul Iman. Dan kemudian kembali ke Kampung Girang mengajarkan ngaji disini. Ini rumah singgahnya beliau (bangunan makam). Karena menjadi Kuwu kedua di beri gelar Mbah Kuwu Sangkan," ujar dia.
Menurut Tohir, banyak yang mempercayai jika Mbah Kuwu Sangkan adalah pendiri pertama Keraton Cirebon yang sebelumnya nama keratonnya adalah Keraton Pakungwati dengan Kerajaan Caruban, meski begitu yang berhasil membuat keraton tersebut berubah menjadi kesultanan adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan menjadi pengganti Mbah Kuwu Sangkan dari tahtanya.
"Sunan Gunung Jati yang kemdian menggantikannya. Sedangkan Mbah Kuwu Sangkan masa tuanya dihabiskan untuk mengembara. Dan katanya wafat pada 1529 M.
Makam aslinya entah disini atau di Gunung Sembung enggak ada yang bisa membuktikan persis. Apalagi kan banyak beliau belum wafat," katanya.
Keunikan Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon
Jika peziarah ingin ke Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, jaraknya hanya sekitar 17 kilometer ke arah selatan dari pusat Kota Cirebon. Tepatnya, berada di Kampung Girang, Desa Cirebon Girang, Kabupaten Cirebon. Setidaknya butuh waktu sekitar 30 menit jika menggunakan kendaraan roda empat.
Bangunan Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan sisi-sisi pagarnya didominasi warna merah dengan tumpukan bata-bata khas arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon. Ada tiga gerbang untuk masuk ke halaman utama Makam Kramat Talun Mbah Kuwu Sangkan.
Ketiga gerbang tersebut berada di sisi Barat, Selatan dan Utara. Namun, kebanyakan orang-orang cenderung masuk melalui gerbang utama yang didepannya terdapat seekor patung macan putih atau gerbang disisi Barat.
Saat masuk ke halaman utama, tepat sebelah kanan terdapat sebuah bangunan yang disebut pendopo. Pendopo ini yang sering digunakan peziarah untuk beristirahat atau juga berkumpul dengan peziarah lainnya.
