Keraton di Cirebon

Menyingkap Makna Filosofis Bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon, Mulai dari Tata Letak hingga Simbol

Menurutnya, konsep berfikir masyarakat Cirebon yang menggunakan simbol terlihat dalam kompleks bangunan Keraton Kasepuhan.

Editor: dedy herdiana
cagarbudaya.kemendikbud.go.id
Potret gerbang Keraton Kasepuhan sebagai salah satu keraton di Cirebon. Foto diambil 15 Agustus 2013. 

Panca Ratna sendiri artinya lima panca indra yang harus dijaga, yakni mulut, mata, telinga, hidung dan nafsu. Artinya manusia harus menjaga dalam hal bicara, melihat, mendengar, mencium dan dalam mengendalikan hawa nafsu. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati kreteg/jembatan Pangrawit, artinya manusia harus berjiwa halus dan baik budi.

Perjalanan dilanjutkan menuju Siti Hinggil, yakni suatu bangunan yang terletak di suatu tempat yang lebih tinggi dari bangunan lainnya, dengan suasana yang hening dan udara sejuk. Hal ini melambangkan kebahagiaan dunia, karena sudah melaksanakan ajaran atau aturan yang telah ditentukan. Ketika turun dari Siti Hinggil yang merupakan lambang kebahagiaan hidup di dunia, manusia pasti merasa ragu-ragu untuk meninggalkan kebahagiaan di dunia. Akan tetapi untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup, manusia harus rela meninggalkannya.

Bangunan Siti Hinggil
Bangunan Siti Hinggil (Dok BNPB Jabar)

Setelah dari Siti Hinggil, kemudian menuju Kamandungan. Makna dari Kamandungan adalah untuk memeriksa keadaan bagaimana cara berbusana, apakah sudah pantas, lengkap dan sesuai. Di tempat tersebut, manusia dapat bercermin diri dan dapat introspeksi diri atau mawas diri, apakah sudah bersih dan benar. Hal ini sangat diperlukan karena manusia sudah mendekati alam kematian yang sempuma. Lalu perjalanan dilanjutkan dengan melewati Sri Manganti

Sri Manganti adalah suatu tempat menunggu keputusan Raja, artinya jika manusia itu lulus dari ujian yang berat dan sudah meninggalkan segalanya maka akan mampu mendapatkan tempat yang indah dan menyenangkan. Perjalanan sampai di Prabayaksa yaitu suatu tempat yang sangat tenang, sunyi, tanpa berisik, sebuah ruangan yang benar-benar bersih karena akan menghadap raja atau Sultan. Inilah tempat tujuan yang sesungguhnya, dalam arti orang yang telah berada di tempat ini sudah sampai di alam sempurna, hanya dapat pasrah kepada segala kehendak Tuhan.

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, dikatakan Ani, bahwa keseluruhan bangunan keraton merupakan falsafah hidup masyarakat Cirebon dan melambangkan perjalanan hidup manusia yang akan menuju atau mencapai kebahagian sejati.

"Bangunan keraton bukan saja mengandung penalaran tentang fungsi, ruang dan bentuk tapi juga mengandung makna filosofis, nilai magis yang terpancar di dalamnya," katanya. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved