Pengunjung Objek Wisata di Kuningan Mulai Naik, Bupati Sebut Jumlah Wisatawan Capai 60 Persen
Jumlah pengunjung objek wisata di Kuningan mulai merangkak dan hingga sekarang itu mencapai sebanyak 60 persen
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Jumlah pengunjung objek wisata di Kuningan mulai merangkak dan hingga sekarang itu mencapai sebanyak 60 persen.
"Jumlah 60 persen itu dari total pengunjung yang biasa berwisata ke sejumlah objek wisata di Kuningan sekitar 6 juta pengunjung," ungkap Bupati Kuningan H Acep Purnama saat berbincang langsung dengan TribunCirebon.com, di Ruang Command Center, komplek Setda Kuningan, Kamis (11/8/2022).
Penurunan jumlah wisatawan bahkan nyaris langka, kata Acep terjadi selama Pandemi Covid-19. Semua sektor kehidupan terdampak akibat musibah non bencana al tersebut.
"Selama Pandemi Covid-19, semua terdampak dan Alhamdulillah, mulai bangkit beberapa waktu terakhir. Jumlah pengunjung wisata mulai naik kembali," kata Acep yang memiliki visi misi Kuningan Maju (Mandiri Agamis Pinunjul) berbasis wisata desa.
Baca juga: 10 Tempat Wisata Alam Populer di Kuningan Cocok untuk Feed Instagram, Harga Tiket Cukup Terjangkau
Menurut Acep, sektor wisata masih menjadi andalan untuk mendongkrak pendapatan asli daerah. Terlebih di masa recovery yang sedang berlangsung seperti sekarang.
"Untuk kawasan wisata, memang masih menjadi andalan untuk PAD. Sebab, itu bagian Komitmen daerah Kuningan sebagai zona konservasi. Ini bisa dilihat dari banyaknya lokasi wisata berbasis alam," katanya.
Muncul penilaian Kuningan daerah miskin ektrem berdasarkan data BPS, Acep menepis bahwa sebutan miskin ektrem itu memiliki banyak penafsiran.
"Nah, untuk penafsiran miskin ektrem itu dari sudut pandang mana? Hanya memang untuk tingkat daya beli mengalami penurunan. Ini disebabkan dari kegiatan masyarakat yang berpenghasilan tidak stabil," katanya.
Contoh pendapatan warga tidak stabil, kata Acep bahwa mayoritas warga Kuningan berusaha secara swasta.
"Iya, mayoritas warga kami bekerja formal di sektor tertentu hanya memiliki pendapatan yang tidak stabil. Namun mereka secara hidup dengan begitu miskin ekstrem, melainkan semua berkecukupan," katanya. (*)