Keraton di Cirebon

Sejarah Keraton Kacirebonan yang Jadi Satu dari Tiga Keraton Terkenal di Cirebon, Dibangun Bertahap

Mengenal sekilas tentang Keraton Kacirebonan berikut Sejarahnya, akan menjadi menarik dilakukan sebelum kita mengunjunginya secara langsung.

Penulis: dedy herdiana | Editor: dedy herdiana
cagarbudaya.kemendikbud.go.id
Potret Keraton Kacirebonan pada 15 Agustus 2013. 

TRIBUNCIREBON.COM - Mengenal sekilas tentang Keraton Kacirebonan berikut Sejarahnya, akan menjadi menarik dilakukan sebelum kita mengunjunginya secara langsung.

Keraton Kacirebonan berada di Jalan Pulasaren, Kelurahan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.

Lokasi kompleks Keraton Kacirebonan berada sekitar 1 km sebelah barat daya dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Keraton Kanoman.

Baca juga: INTIP Tradisi Selametan Bubur Suro di Keraton Kanoman dan Lingkungan Warga Cirebon, Masih Eksis Kah?

Seperti diketahui Keraton Kacirebonan merupakan salah satu keraton di Cirebon yang sesuai Sejarahnya muncul tiga keraton.

Disebutkan tahun 1677 Cirebon terbagi, Pangeran Martawijaya dinobatkan sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin.

Sultan Sepuh menempati Kraton Pakungwati (yang kemudian disebut Keraton Kasepuhan) dan Sultan Anom membangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana (yang kemudian disebut Keraton Kanoman).

Sedangkan Sultan Cerbon berkedudukan sebagai wakil Sultan Sepuh. Hingga sekarang ini di Cirebon dikenal terdapat tiga sultan yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.

Keberadaan ketiga sultan juga ditandai dengan adanya keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.

Potret Keraton Kacirebonan pada 15 Agustus 2013.
Potret Keraton Kacirebonan pada 15 Agustus 2013. (cagarbudaya.kemendikbud.go.id)

Menilik sejarah berdirinya Keraton Kacirebonan, dilansir dari cagarbudaya.kemendikbud.go.id, keraton ini dirikan pada tahun 1808 oleh Pangeran Anom di atas tanah seluas 46.500 meter persegi.

Pembangunan Keraton Kacirebonan dilatarbelakangi oleh penggantian Sultan Anom IV (Sultan Anom Muhamad Khaerudin) yang wafat tahun 1802, yang secara adat mestinya digantikan oleh anak laki-laki atau anak tertua.

Akan tetapi, karena Sultan Anom IV memiliki anak laki-laki kembar, maka pada tahun 1807 Gubernur Jenderal Daendels memutuskan bahwa keduanya mendapat gelar sultan.

Dan Pangeran Raja Kanoman, salah seorang anak kembar itu, ditetapkan sebagai Sultan Kacirebonan sampai akhir hayatnya.

Namun, keturunan Sultan Kacirebonan ini tidak dapat melanjutkan kedudukan sebagai Sultan, cukup dengan gelar Pangeran saja.

Jadi, yang diangkat sebagai pegawai pemerintah kolonial Belanda hanya Pangeran Raja Kanoman pribadi (Sultan sapanjeneng).

Selain itu, Keraton Kacirebonan pun tidak memiliki daerah kekuasaan.

Untuk putera Sultan Anom IV yang satu lagi, yaitu Pengeran Abusaleh Imamuddin, oleh Daendels ditetapkan sebagai Sultan Anom V, dan keturunannya dapat menggunakan gelar Sultan, dan menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.

Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Belanda di Pulau Jawa, keputusan Daendels ini tidak diubah lagi.

Sejak tahun 1997 Keraton Kacirebonan dipimpin oleh P.R. Abdul Gani Natadiningrat.

Pembangunan Keraton Kacirebonan dilakukan secara bertahap. Pada tahun 1808, Raja Kanoman hanya mendirikan bangunan induk, Paseban, dan Langgar.

Pada tahun 1875 Pangeran Dendawijaya yang bergelar Raja Madenda membangun Gedong Ijo, sedangkan Pringgowati dibangun pada masa pangeran Partaningrat Madenda III yang memimpin keraton ini pada tahun 1915-1931.

Baca juga: INTIP Tradisi Pembacaan Babad Cirebon di Bangsal Witana Keraton Kanoman, Bangunan Pertama di Cirebon

Gambaran Keraton Kacirebonan

Bangunan Keraton Kacirebonan menghadap ke utara, sebagaimana arah hadap bangunan keraton lainnya.

Masih dilansir dari cagarbudaya.kemendikbud.go.id, pada kompleks Keraton Kacirebonan terdapat beberapa bangunan dan taman.

Alun-alun

Jika kita berjalan dari depan ke belakang, maka kita akan melewati alun-alun, yang dulu merupakan arena latihan perang-perangan para santri yang berasal dari masyarakat Kacirebonan sendiri.

Selain itu, pelataran ini juga sering digunakan sebagai tempat pergelaran kesenian untuk memeriahkan acara-acara kebesaran keraton.

Alun-alun ini dibatasi dengan pagar besi, sedangkan halaman kedua dan halaman keraton dibatasi dengan dinding bercat putih setinggi sekitar 2 meter.

Paseban

Setelah melewati pintu gerbang berbentuk paduraksa, kita memasuki halaman kedua.

Pada pelataran ini terdapat bangunan Paseban.

Pada pelataran ini juga terdapat dua bangunan: bangunan sebelah barat dinamai Pancaratna, sedangkan yang sebelah timur dinamai Pancaniti.

Keduanya berfungsi sebagai tempat menunggu bagi para tamu keraton.

Di sisi selatan Pancaratna terdapat pintu terali besi selebar + 3 m.

Gedung Utama

Untuk memasuki halaman utama, kita dapat melalui tiga pintu yang berjajar dari sebelah timur, tengah dan barat.

Pada gedung utama terdapat ruang Prabayaksa, berfungsi sebagai tempat sultan menjalankan pemerintahan.

Sekarang ruang ini kerap digunakan wisatawan Nusantara maupun Mancanegara untuk menikmati tari topeng, sintren, debus dan menari tayub bersama.

Ruang tengah yang dinamai Pringgowati dan terdapat benda-benda kebesaran keraton, berfungsi sebagai tempat istirahat sultan.

Di sebelahnya terdapat ruang Pinangeran, yang digunakan tempat tinggal kerabat sultan dan tempat penyimpanan alat-alat perayaan Muludan.

Bangunan di halaman belakang

Pada halaman belakang gedung utama yang dinaungi beberapa pohon mangga dan kerap tergenang ketika turun hujan, terdapat bangunan Keputran dan Keputren, sebagai tempat peristirahatan putra dan putri sultan.

Kemudian ada Gedong Ijo yang terletak di sisi barat gedung utama, diperuntukan sebagai tempat peritirahatan kerabat jauh kesultanan yang menginap di keraton jika ada peringatan hari-hari besar keraton.

Pada gedung ini juga terdapat sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan beberapa benda pusaka perlengkapan perayaan Muludan.

Dapur Gede yang terletak di bagian utara Gedung Ijo, diperuntukan sebagai tempat memasak khusus pada perayaan Muludan dan para juru masaknya diharuskan wanita yang telah selesai masa haid (manopause).

Bangunan di sebalah barat Gedung Utama

Sebelah barat gedung utama terdapat pintu kecil berdaun pintu kayu.

Pintu ini menghubungkan gedung utama dengan Langgar (musholla) dan Istana Kepatihan, yang pada masa lalu digunakan untuk tempat tinggal Patih Keraton atau penasehat Sultan.

Kedua bangunan ini terletak diluar tembok keliling keraton yang dibuat dari bata merah dicat putih.

Kini bangunan kompleks Keraton Kacirebonan ini sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan
No. Regnas : CB CB.987 da SK Penetapan No SK : 238/M/1999 Tanggal 4 Oktober 1999.

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved