Pemuda di Jakbar Tewas Saat Bangunkan Warga untuk Sahur, Korban Kena Sabetan Celurit

Peristiwa tawuran hingga memakan korban jiwa itu berawal ketika korban bersama belasan temannya warga Kota Bambu Utara, Palmerah membangunkan sahur

Istimewa
Ilustrasi jenazah 

TRIBUNCIREBON.COM- Muhammad Diaz (20) meninggal dunia setelah jadi korban tawuran di Jalan Sanip, Kelurahan Jati Pulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

Diaz tewas dalam insiden tawuran pada Sabtu (9/4/2022) dini hari.

Korban semasa hidupnya dikenal oleh warga sekitar sebagai anak yang baik.

Remaja kelahiran tahun 2002 itu meregang nyawa di lokasi tawuran setelah mendapat luka sabetan senjata tajam di dada sebelah kiri.

Selain Diaz, ada dua rekannya yang ikut terluka akibat sabetan celurit di bagian punggung belakang.

Baca juga: Aturan Ibadah Haji Berubah, Jemaah Tertunda 2020 Usia di Bawah 65 Tahun Bisa Berangkat

Peristiwa tawuran hingga memakan korban jiwa itu berawal ketika korban bersama belasan temannya warga Kota Bambu Utara, Palmerah membangunkan sahur keliling.

Julmi (37) tetangga korban menceritakan, satu jam sebelum korban meninggal, ia sudah meminta kepada Diaz segera pulang.

Kebetulan Diaz adalah warga Kota Bambu Selatan dan ikut membangunkan sahur bersama pemuda di Kota Bambu Utara.

"Sebelumnya mereka kumpul buat persiapan bangunin sahur, nah saya yang patroli sama warga sini dan warga Kota Bambu Utara bubarin, tapi dia enggak pulang," katanya.

 
Warga sekitar, Irsyad Muchtar menjelaskan, remaja di rumahnya selalu menjadi korban pembunuhan saat tawuran berlangsung antara Kota Bambu Utara dengan Jati Pulo.

Seperti yang dialami Diaz, saat peristiwa tawuran dikira sebagai warga KBU oleh kelompok Jati Pulo.

Akhirnya korban tewas di lokasi tawuran Jalan Sanip, Jati Pulo, Palmerah usai menerima luka sabetan senjata tajam di bagian dada sebelah kirinya.

"Jadi anak di KBU dan KBS ini teman satu sekolah, pas lagi main, ada tawuran, sudah banyak di sini korban tawuran, yang musuhan KBU sama Jati Pulo," katanya.

Dendam kesumat antara Jati Pulo dan KBU ini ternyata sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.

Tepatnya sekira tahun 1980an kedua wilayah itu sudah saling serang dan hingga detik ini tidak ada yang mengetahui penyebab tawuran.

Meski sudah berlangsung lama, tak ada yang bisa mendamaikan kedua kelompok tersebut.

Lebih parahnya lagi, para orang tua sampai turun gunung membantu anaknya untuk perang.

"Sampai ada orang tua yang membela anaknya padahal itu anaknya ikut tawuran juga," jelasnya.

"Jadi untuk antisipasi agar tidak terulang lagi, saya pernah usulkan anak-anak remaja ini dikumpulkan kita buat suatu kegiatan, misalnya beri pelatihan bisnis terus kasih modal untuk bisnis, disitu mereka akan sibuk kembangkan usahanya," sambung Irsyad.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved