Karena Bela Ibunya, Rifda Gagal Ikut Pendidikan Bela Negara di Yonif Raider 303/Setia Sampai Mati
Rifda Abidah (19) seorang mahasiswi Universitas Garut menjadi korban kekerasan tiga orang yang masuk secara paksa ke rumahnya di malam hari.
Laporan Kontr ibutor Tr ibunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari
TRIBUNCIREBON.COM, GARUT - Rifda Abidah (19) seorang mahasiswi Universitas Garut menjadi korban kekerasan tiga orang yang masuk secara paksa ke rumahnya di malam hari.
Peristiwa ini pun viral di ibunnews.com/tag/media-sosial' title='media sosial'>media sosial, karena videonya beredar luas.
Di hari ia mengalami penganiayaan yang brutal, seharusnya Rifda berangkat mengikuti kegiatan kampus yaitu Pendidikan Bela Negara (PBN) di Batalyon
Infanteri Raider 303/Setia Sampai Mati Cikajang.
Namun takdir berkata lain, dini hari yang mencekam itu ia harus rela babak belur demi menyelamatkan ibunya yang tengah dalam cengkraman tiga pelaku pembobol rumahnya.

Baca juga: Rifda dan Ibunya Disiksa Bahkan Diancam akan Dibunuh 3 Pria yang Bobol Rumahnya: Saya Kira akan Mati
"Pas kejadian itu seharusnya Abit ( Rifda) berangkat kegiatan PBN, tapi ya gak berangkat karena kejadian ini," ujar Ibunda Rifda, Solihati Nurzanah (42) saat diwawancarai Tr ibunjabar.id, Jumat (25/3/2022).
Kejadian yang tidak pernah terpikirnya sebelumnya itu membuat keluarga Rifda hingga kini mengalami syok.
Ia menyebut hingga saat ini anaknya itu masih kesulitan untuk tidur karena teringat kejadian mengerikan yang dialaminya
"Kalo malam takut, sekarang takut kalo tidur lampunya dimatiin, ya bisa dikatakan masih syok," ujarnya.

Baca juga: Detik-detik Mencekam Perampokan di Garut Direkam Mahasiswi Cantik, Dia dan Ibu Dianiaya, Rumah Rusak
Kisah perjuangan Rifda membela ibunya di malam itu juga hingga kini menjadi perhatian publik.
Pelaku penganiayaan terhadap seorang mahasiswi di Garut pun kini sudah diamankan pihak kepolisian dan tengah menjalani pemeriksaan di Polres Garut.
Pelaku berjumlah tiga orang yang berinisial YM (37), DC (45) dan A (35), ketiganya merupakan warga Kabupaten Garut.
Keberaniannya merekam detik-detik rumahnya diporak-porandakan porandakan patut diapresiasi.
Dalam kondisi tertekan ia masih bisa melakukan hal yang logis yang ternyata bisa menyelamatkannya dari maut.
Di malam mencekam itu, ia pun menolong ibunya yang sedang dianiaya oleh pelaku, bahkan pelaku sempat ditendang olehnya.
Namun perlawanannya itu sia-sia, ia akhirnya bisa disekap bersama ibunya dan berulang kali dipukuli hingga babak belur sebelum akhirnya polisi datang menangkap pelaku.(*)
