Shohibul Fikri Juara All England 2022 Ternyata Punya Prestasi Lain, Juara Sprint Saat SD

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Muhammad Shohibul Fikri merupakan pebulutangkis ganda putra Indonesia yang berpasangan dengan Bagas Maulana.

Dia dan Bagas berhasil menjadi juara Badminton All England 2022 setelah mengalahkan seniornya Hendra/Ahsan.

Ayahanda Fikri, Didin Rahmat menuturkan sosok pribadi Muhammad Shohibul Fikri yang memang sudah senang dengan dunia bulutangkis sejak taman kanak-kanak menuju ke sekolah dasar atau sekitar usia 6,5 tahun.

Baca juga: Fikri/Bagas Juara All England, Orangtua Fikri di Bandung Sebut Tak Menyangka, Tapi Punya Firasat Ini

Baca juga: Bagas/Fikri Cetak Sejarah, Kalahkan Minions Hingga Daddies, Kini Jadi Juara All England 2022

"Awalnya itu hanya sekedar nonton-nonton bulutangkis, karena memang kakaknya bisa bermain bulutangkis dan sempat ikut kejuaraan antarusia hingga raih juara satu. Dari sana, Fikri sering nonton ke Lodaya ketika kakaknya bermain," katanya saat ditemui di SMAN 23 Bandung, Senin (21/3/2022).

Selanjutnya, Didin mengatakan, ketika SD, Muhammad Shohibul Fikrisudah senang ketika diajak ke lapangan bulutangkis dan sering membereskan shuttlecock hingga mengajak ayahnya untuk bermain.

"Sebenarnya dia enggak dikhususkan untul bermain bulutangkis. Justru ketika SD itu ada ekstrakurikuler diperintahkan gurunya untuk ikut turnamen atletik karena dia miliki bakat lari yang cepat dan sempat juara sprint jarak 60 meter saat SD usia 8 dan 9 tahun," ujarnya.

Puncaknya, di turnamen tingkat kota dengan adanya olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) kelas empat Fikri mengikuti kejuaraan bulutangkis dan meraih juara ketiga. Lalu, ketika kelas lima dia ikut lagi dan menjadi juara hingga berlanjut ke tingkat provinsi dan meraih gelar juara dua.

"Sejak saat itulah baru Fikri ingin perdalam olahraga bulutangkis (badminton)," ujarnya.

Jenjang pendidikan, Fikri ketika sekolah dasar bersekolah di SDN Babakan Surabaya karena dekat rumah sekitar 200 meter. Lalu, berlanjut ke jenjang SMP, yakni SMPN 4 Samoja, dan tingkat SMA, yaitu SMA Taman Siswa.

"Kami sekolahkan Fikri ke SMA Taman Siswa karena ada kesepakatan Fikri sudah bagus di olahraga badminton, sedangkan jika disekolahkan negeri nantinya beresiko ketika banyak izin. Akhirnya, kami sepakat sekolahkannya ke swasta yang ada 'mohon maaf' kebijakan meringankan siswa, seperti ada modul atau bisa datang ke sekolah siang, nah Fikri termasuk yang dapat toleransi masuk siang meski memang tak setiap hari seperti itu," katanya.

Dia juga mengaku banyak juga yang mempertanyakan mengapa Fikri tak bersekolah di tempat orangtuanya mengajar, yakni SMAN 23 Bandung.

Didin dengan candaannya khawatir berselisih dengan guru lain jika disekolahkan di SMAN 23 Bandung.

"Saya ucapkan banyak terima kasih kepada SMA Taman Siswa yang telah memberikan peluang waktu kepada anak saya. Karena kalau tidak begitu, anak saya fokus (badminton) susah. Jadi, Taman Siswa sangat mendukung prestasi atlet," katanya.

Didin juga menyebutkan bahwa Fikri sosok anak yang penurut, gigih, dan disiplin. Dia juga melihat Fikri ketika mendapatkan instruksi pelatih termasuk program latihan selalu melaksanakan dengan baik.

"Dia selalu patuh dan ingin yang terbaik. Kalau dalam hal memperlihatkan kekecewaan dia biasa saja. Tapi, kemarin saat bertanding dia sangat ekspresif dan tetap sopan santun menjaga etika terhadap seniornya setelah laga usai. Jadi, kami sangat berbangga hati dan saya pikir itu modal utama untuk dia kemudian hari, serta insya Allah doa kami selalu mengalir," ujarnya.(*)