Bisnis Jembatan di Sungai Citarum KBB Terus Bermunculan, Kini Ada Jembatan Jembalas, Omzetnya Jutaan
Bisnis jembatan kayu di aliran Sungai Citarum daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus bermunculan.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG BARAT - Bisnis jembatan kayu di aliran Sungai Citarum daerah Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus bermunculan. Selain bermanfaat secara sosial yaitu bisa memudahkan akses masyarakat, bisnis tersebut bisa menghasilkan omzet yang cukup menggiurkan.
Di daerah Bandung Barat sendiri sebelumnya sudah ada beberapa jembatan kayu di antaranya, jembatan Jubang, yang menghubungkan Kampung Cibacang dengan Kota Baru Parahyangan, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang.
Lalu jembatan Sasak Bodas di Cangkorah-Seketando, yang menghubungkan Kampung Cangkorah dan Kampung Seketando, Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, dan jembatan Surapatin di Batujajar-Surapatin, yang menghubungkan Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar, dan Desa Girimukti, Kecamatan Saguling.
Kemudian, ada Jembatan Bucin yang menghubungkan Kampung Bunder, Desa Karang Anyar, Kecamatan Cililin dengan Kampung Cimonyet, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Cihampelas.
Kali ini sudah muncul lagi jembatan baru di Aliran Sungai Citarum, yakni Jembatan Jembalas yang menghubungkan dua kecamatan yaitu Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Cihampelas. Jembatan kayu yang didominasi warna biru tersebut baru diresmikan sekitar satu bulan yang lalu.
Baca juga: Dua Jembatan di Cidaun Cianjur Hancur karena Luapan Sungai Cimaragang, Akses Lima Desa Terputus
Pengelola sekaligus pemilik Jembatan Jembalas, Cecep Sumanta mengatakan, pembangunan jembatan kayu tersebut dilakukan selama 40 hari yang dimulai sejak 10 November hingga 18 Desember 2021 lalu, dengan biaya sekitar Rp 1 miliar.
"Dulu lokasi ini mati, memang dulunya ada jembatan, tapi dari adanya Saguling, jembatan dulu itu jadi tenggelam. Jadi, saya punya aspirasi untuk membangkitkan kembali supaya daerah ini hidup," ujarnya di Jembatan Jembalas, Rabu (29/12/2021).
Dengan adanya jembatan ini, kata dia, sejumlah warga begitu antusias untuk menggunakan jembatan tersebut karena jarak tempuh Batujajar-Cihampelas jadi lebih dekat, ketimbang melewati jalan raya.
"Kalau lewat jalan raya atau jalan umum, jarak tempuh Batujajar-Cihampelas bisa 30 menit. Tapi dengan adanya jembatan ini hanya 10 menit," katanya.
Antusias warga yang melintasi jembatan tersebut, kata Cecep, terlihat dengan banyaknya pengendara motor yang setiap harinya bisa mencapai 1.000 pengendara, padahal jembatan itu masih baru dan belum banyak yang tahu.
Untuk melintasi jembatan ini, pengendara motor cukup membayar Rp 3 ribu, sedangkan pengguna sepeda dan pejalan kaki cukup membayar Rp 2 ribu. Sehingga jika rata-rata ada 1.000 pengendara motor sehari, Cecep bisa mendapatkan uang Rp 3 juta per hari.
"Kalau di jembatan yang lain kan Rp 5 ribu, tapi kalau kita itung-itung sebagian amal. Terus ada Jumat Barokah juga, kita gratiskan selama satu jam, jadi tidak hanya memikirkan ekonomi saja," ucap Cecep.
Meski pihaknya memungut biaya, tetapi Cecep menjamin jembatan yang memiliki panjang 540 meter, lebar 2,5 meter dan ketinggian yang berbeda karena posisinya naik turun itu pasti aman karena perawatannya dilakukan secara berkala.
"Alhamdulillah aman, karena kalau kelihatan sudah ada yang rusak langsung diganti. Jadi kondisinya setiap hari dicek ada petugas khusus yang mengecek semuanya. Di sini pekerjanya ada 7 orang termasuk petugas karcis," ujarnya.