Antibodi Hasil Vaksin dan Kekebalan Alami Usai Terinfeksi Covid-19 Jauh Berbeda, Ini Penjelasannya
Satgas Imunisasi IDAI KOMDA KIPI dr Mei Neni Sitaresmi Ph D SpA (K) jelaskan antibodi karena vaksin dengan terinfeksi jauh berbeda.
TRIBUNCIREBON.COM - Apa perbedaan antibodi hasil vaksin dengan antibodi alami usai terinfeksi Covid-19.
Sebelumnya banyak rumor yang beredar sejak program vaksin Covid-19 untuk anak usia 6 tahun keatas diluncurkan pada 14 Desember 2021.
Di sisi lain, ada yang berpandangan jika tidak perlu divaksin.
Biar terkena infeksi secara alami agar mendapat kekebalan.
Baca juga: Gejala-gejala Terinfeksi Omicron, Segera ke Dokter Jika Alami Tenggorokan Gatal hingga Nyeri Badan
Pandangan seperti ini seharusnya sudah dihapuskan.
Hal ini diungkapkan oleh Satgas Imunisasi IDAI KOMDA KIPI dr Mei Neni Sitaresmi Ph D SpA (K).
Karena antibodi karena vaksin dengan terinfeksi jauh berbeda.
"Apa sih bedanya antara infeksi alami dengan vaksinasi. Infeksi alamiah virus tidak terkontrol. Bisa varian Delta, barian Omicron, jumlah bisa puluhan, ribuan dan tidak memilih target," ungkapnya pada kanal YouTube Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) -KPCPEN, Jumat (24/12/2021).

Karenanya saat menyerang anak-anak, bayi, orangtua, masing-masing memiliki gejala yang bervariasi.
Ada yang ringan, sedang hingga berat.
Lalu tidak sedikit pula menimbulkan komplikasi kematian.
"Kita sudah banyak sekali kehilangan saudara, sahabat, yang meninggal karena Covid-19. Pembentukan antibodinya bervariasi. Mereka yang sudah terinfeksi, tenryata bisa terinfeksi lagi," kata dr Mei menambahkan.
Apa lagi dengan kemunculan varian Omicron.
Sehingga sekitar satu hingga tiga bulan, bisa terinfeksi kembali.
Ini tentu berbeda dengan vaksinasi Covid-19 yang bertujuan untuk membentuk kekebalan.
Baca juga: Ilmuwan Bongkar Ada Kondisi Khusus Bisa Bikin Seseorang Kebal dari Omicron, Imunitas 2000 Persen
Kondisi Khusus Bisa Bikin Seseorang Kebal dari Omicron
Varian baru Covid-19 varian Omicron telah menjangkit ke sejumlah negara di dunia.
Indonesia pun menjadi salah satu negara yang sudah melaporkan kasus Omicron ke negaranya.
Ternyata masih ada cara untuk kebal dari varian baru Covid-19 ini.
Ilmuwan temukan kondisi khusus ini ternyata bisa membuat seseorang kebal dari virus Omicron yang berbahaya ini.
Dalam konteks bahwa varian Omicron tampaknya mampu "menghindar" beberapa kekebalan yang diciptakan oleh vaksin.
Para peneliti AS telah menemukan formula baru untuk menciptakan "kekebalan super", terkait dengan infeksi virus pasca-vaksinasi.
Laman RT pada 17 Desember melaporkan, sebuah penelitian oleh para ilmuwan di Oregon Health and Science University (OHSU - USA).
Menunjukkan bahwa orang yang telah menerima 2 suntikan kemudian terinfeksi virus (infeksi mendadak), dan kemudian sembuh dari penyakit, mungkin memiliki pertahanan tubuh terkuat - apa yang oleh para ilmuwan disebut "superimun".
Secara spesifik, penelitian menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi lengkap.
Kemudian tertular virus dan sembuh dari penyakit, memiliki tingkat kekebalan hingga 2.000% lebih tinggi daripada kekebalan pada orang yang hanya divaksinasi.
"Anda tidak bisa mendapatkan respon imun yang lebih baik dari ini," profesor OHSU Fikadu Tafesse mengatakan kepada situs web universitas.
Meskipun tidak ada subjek dalam penelitian ini yang terinfeksi dengan varian baru Omicron.
Ilmuwan Marcel Curlin, rekan penulis studi mengatakan, "Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menduga bahwa infeksi terobosan. dengan varian Omicron akan menghasilkan respons kekebalan yang sama kuatnya dengan kasus yang divaksinasi penuh dalam penelitian ini."
Baca Juga: Hati-hati, Hoaks Covid-19 yang Menyebar di Ruang Digital Meningkat
Vaksin memberikan "pondasi pelindung" untuk membangun apa yang disebut "superimun", kata Mr. Curlin.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kemampuan tubuh untuk melindungi ditingkatkan dalam kasus pasien yang divaksinasi lengkap masih terinfeksi.
Sebuah penelitian di Israel menunjukkan bahwa orang dengan kekebalan alami (infeksi virus dan kemudian sembuh, tidak divaksinasi) 13 kali lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan varian Delta dibandingkan mereka yang menerima 2 suntikan.
Namun, bagi orang yang terinfeksi yang belum divaksinasi, risiko penyakit parah dan kematian jauh lebih tinggi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi, masih terinfeksi Covid-19 dan kemudian sembuh lebih tahan terhadap infeksi ulang daripada orang dengan kekebalan alam. (Grid.id)