Ramai NII di Garut
Ada Pria Berani Kibarkan Bendera Negara Islam Indonesia di Garut: Assalamualaikum, Ayo PBB Masuk NII
Seorang berbaju merah tersebut kemudian menyerukan imbauan kepada dunia dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk segera bergabung dengan NII.
TRIBUNCIREBON.COM, GARUT - Viral sebuah unggahan di Youtube pengibaran bendera Negara Islam Indonesia (NII) yang diduga berada di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dalam video tersebut terlihat satu orang pria berpakaian merah dengan simbol bulan bintang membawa bendera NII dan tengah berjalan menyelusuri kampung.
Seorang berbaju merah tersebut kemudian menyerukan imbauan kepada dunia dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk segera bergabung dengan NII.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya sampaikan, kepada seluruh dunia internasional dengan atas nama PBB untuk segera memasuki Negara Islam Indonesia silakan welcome-welcome kepada yang terhormat PBB," ucapnya dalam video berdurasi 2 menit 32 detik itu.
Pria berbaju merah tersebut ditemani oleh dua orang laki-laki dan juga menyeru agar Gedung Putih di Amerika masuk ke NII.
"...Gedung putih Amerika Serikat welcome welcome silakan masuk memasuki Negara Islam Indonesia, Madinah Indonesia madani. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Kepada seluruh dunia Internasional welcome-welcome silakan memasuki Negara Islam Indonesia" ucap pria yang mengaku sebagai Panglima Jenderal DI/TII NII.

Dalam imbauannya itu ia juga membawa nama Kartosoewirjo dan Sensen Komara sebagai tokoh yang dikenal sebagai pemimpin Negara Islam Indonesia (NII).
"Imam SM Kartosoewirjo, khalifah dunia, bapak Drs Sensen Komara BM Esa dan Saya Panglima Jenderal DI/TII NII Tiga Jenderal DI/TII NII welcome-welcome silakan memasuki negara Islam Indonesia," ujarnya.
Kepala Kesbangpol Garut, Wahyudijaya mengatakan dari data yang ia miliki, video tersebut merupakan video yang diproduksi pada tahun 2019.
Ia mencurigai motif dari unggahan video tersebut muncul saat kasus pembaiatan oleh NII di Kelurahan Sukamentri, Garut Kota.
"Itu rekaman tahun 2019 saat Sensen masih hidup, cuma kami curiga kenapa ketika kasus baiat Sukamentri muncul, itu muncul juga. Apakah ini pengalihan isu atau apa tapi kaitan Pasirwangi aparat sudah memproses," ujarnya.
Baca juga: MUI Garut Nilai NII Lebih Berbahaya Dibanding ISIS, Ingatkan Peristiwa Segitiga Garut
Video viral pengibaran bendera dan ajakan bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII) di Kecamatan Pasirwangi Garut saat ini tengah didalami oleh kepolisian.
Kapolres Garut, AKBP Wirdhanto Hadicaksono mengatakan pihaknya saat ini tengah mendalami kejadian tersebut.
"Kita sedang melakukan pendalaman," ujarnya saat diwawancarai awak media di Polres Garut, Kamis (14/10/2021).
Remaja Ikut NII
Sejumlah anak di bawah umur jadi radikal setelah dicuci otak diduga oleh kelompok NII.
Mereka jadi pembangkang pada orangtuanya.
Kini, mereka sudah kembali ke pelukan orangtua.
Mu (49) salah satu orangtua anak di bawah umur yang dicuci otaknya oleh NII, menceritakan tabiat anaknya selama tersesat 2 tahun.
"Anak saya juga sikapnya berubah, lebih sering membangkang sama orangtua dalam kurun waktu dua tahun ini, kebiasaannya juga menyimpang," ujarnya saat diwawancarai Tribunjabar.id, Sabtu (9/10/2021).
Mu menjelaskan sikap anak berubah terutama soal pandangan masa depan. Menurutnya anaknya itu enggan bersekolah dan memilih untuk putus sekolah.
"Sejak terpengaruh paham aliran itu, anak jadi tidak mau sekolah, dia bilang tanpa sekolah pun masa depannya bisa cerah," ungkapnya.
Mu menjelaskan selama anaknya itu terpengaruh, anaknya hanya mendengarkan dan patuh ke kelompok aliran NII dan membangkang terhadap orangtua.
"Selama ini yang kami lihat ya nurutnya sama kelompok itu, anak jarang pulang ke rumah," ungkapnya.
Tangis Pecah Saat Anak-anak itu Kembali ke Orangtua
Tangis pecah dari orangtua anak yang terpapar paham radikal NII. Suasana haru tersebut terjadi saat musyawarah bersama ulama dan tokoh masyarakat di Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut
Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
GI (15) seorang anak yang mengaku telah bergabung ke kelompok NII, menangis dalam pelukan kedua orang
tuanya.
Tangisannya itu pecah seusai GI memutuskan untuk memilih kembali kepada orang tuanya dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, setelah dua tahun ia hidup di luar dan jarang pulang.
Suasana haru itu disambut dengan kembalinya sang anak kepangkuan orang tua yang sebelumnya disebut-sebut telah dibaiat oleh kelompok radikal NII.
"Hasil dari musyawarah tersebut yaitu anak tersebut islah dan kembali kepada orang tuanya, ketika kami tanya dari mana asal dan siapa yang mengajaknya, anak itu tidak mengakui," ujar Lurah Sukamentri, Suherman saat dihubungi Tribunjabar.id, Sabtu (9/10/2021).
Suherman mengatakan pihaknya telah mencoba membujuk hingga mendesak anak tersebut untuk terbuka namun
tidak mengaku siapa orang yang telah membaiat dirinya.
"Di desak sama semua orang juga tetap tidak mengakui. jawabannya hasil dari kajian dirinya dari hasil pengalaman dirinya, begitu," ucapnya.
Saat ini puluhan anak yang terpapar paham NII di Garut sedang dalam pendampingan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya.
"Kita akan berkonsentrasi terhadap pemulihan kondisi psikis anak agar anak bisa menerima dulu kenyataan seperti ini, nanti jika anak sudah tenang maka kita akan mendapatkan apa yang kita ingin kan dalam proses penyembuhan lebih lanjut," ujar Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Tasikmalaya Ato Rinarno.
Dari 59 orang yang terpapar paham radikal NII, pihaknya masih mendata karena angka pasti anak-anak yang
terpapar belum diketahui.
"Kita dan semuanya akan turun ke lokasi untuk mendata dari yang 59 orang ini ada berapa anak dan ada berapa
dewasa," ungkapnya. (*)