Virus Corona

Virus Corona Makin Ngeri, Tapi Bisa Distop Bila Langkah Ini Dilakukan Selain Vaksinasi yang Maksimal

Meski para bos vaksin Covid-19 belum lama ini ramai bicara soal pandemi akan segera berakhir, tapi peneliti sebut virus corona ini makin mengerikan.

Editor: dedy herdiana
Free/crowf
ILUSTRASI Covid-19 varian Delta Plus - Simak gejala yang ditimbulkan hingga cara mengobati varian Delta Plus. 

TRIBUNCIREBON.COM - Meski para bos vaksin Covid-19 belum lama ini ramai bicara soal pandemi akan segera berakhir, tapi tak sedikit pula peneliti yang menyebut pola penyebaran virus corona ini makin mengerikan.

Karena sebuah studi menyebutkan bahwa virus telah bergerak menuju "generasi aerosol yang lebih efisien".

Namun para peneliti tersebut juga menyebutkan masih ada upaya antisipasi untuk menghalau serangan  virius corona yang makin mengerikan tersebut.

Masih terngiang di telinga, bahwa beberapa CEO, dan perusahaan Pfizer dan Moderna berani sebut pandemi Covid-19 akan segera berakhir.

Bahkan penemu vaksin AstraZeneca juga mengatakan bahwa virus corona ini sudah mulai melemah dan di masa depan tak perlu ditakutkan lagi.

CEO perusahaan farmasi Pfizer, AS yang berbasis di New York, pada 26 September menyatakan setuju dengan CEO Moderna yang baru-baru ini berbicara tentang berakhirnya pandemi dalam setahun.

"Apakah Anda setuju dengan ini?" kata pembawa acara ABC bertanya kepada CEO Pfizer Albert Bourla.

"Saya setuju. Saya pikir kita akan kembali ke kehidupan normal dalam setahun," kata Bourla. 

"Saya tidak berpikir itu berarti strain baru tidak akan muncul atau dapat hidup normal tanpa vaksinasi. Itu masih harus dilihatm" tambahnya.

Baca juga: Kelemahan Corona Sudah Terungkap, Pantas Bos Vaksin Covid-19 Berani Bilang Pandemi Segera Berakhir

Sementara itu sebelumnya pun sejumlah peneliti virus Covid-19 menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 dapat menular melalui airborne atau udara.

Sebuah studi terbaru bahkan menemukan virus SARS-CoV-2 berkembang lebih baik saat menjadi airborne.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran bahwa masker yang longgar hanya memberikan "kontrol sederhana" melawan infeksi. 

Melansir CTV News, 17 September 2021, studi yang dipimpin oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Maryland, melaporkan bahwa virus telah bergerak menuju "generasi aerosol yang lebih efisien".

Para peneliti mengatakan hal itu berarti bahwa langkah-langkah kesehatan akan diperlukan untuk melindungi mereka yang bekerja di tempat umum dan di dalam ruangan, sampai tingkat vaksinasi mencapai tahap "sangat tinggi."

Baca juga: Jangan Abaikan Prokes, Tetap Cuci Tangan dan Pakai Masker, Kasus Covid-19 di Indonesia Masih Tinggi

Selain vaksin, perlu peningkatan ventilasi, peningkatan filtrasi, sanitasi udara UV, dan masker yang lebih ketat.

Studi ini diterbitkan pada 14 September 2021, di jurnal medis peer-review Clinical Infectious Diseases.

Hasil studi baru tersebut menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi varian Alpha mengeluarkan 43 hingga 100 kali lebih banyak virus ke udara ketika mereka bernapas daripada orang yang terinfeksi dengan jenis virus asli.

Studi ini mencatat bahwa varian Alpha adalah strain dominan yang beredar selama periode penelitian.

Profesor kesehatan lingkungan di University of Maryland, Don Milton, mengatakan temuan itu memberikan bukti lebih lanjut bahwa penularan Covid-19 terutama melalui udara.

Virus menyebar dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi melalui semprotan droplets (tetesan) besar, ketika berada dalam jarak dekat.

“Kita tahu bahwa varian Delta yang beredar sekarang bahkan lebih menular daripada varian Alpha.

Penelitian kami menunjukkan bahwa varian tersebut terus menjadi lebih baik dalam perjalanan melalui udara.

Jadi kami harus menyediakan ventilasi yang lebih baik dan memakai masker yang pas, selain itu vaksinasi, untuk membantu menghentikan penyebaran virus," kata Milton dalam siaran persnya.

Para peneliti menemukan bahwa jumlah virus di udara yang berasal dari infeksi varian Alpha adalah 18 kali lebih banyak dari jumlah virus yang ditemukan di usap hidung (nasal swabs) dan air liur.

Baca juga: Epidemiolog Menilai Kesadaran Masyarakat dalam Memakai Dobel Masker Masih Rendah: Satu Aja Jarang

Masker longgar rawan tembus

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa penutup wajah secara signifikan mengurangi jumlah virus yang dihembuskan ke udara dari mereka yang terinfeksi Covid-19 sekitar 50 persen.

Tetapi kain longgar dan masker bedah tidak dapat sepenuhnya mencegah partikel virus dari udara.

Mengutip Times of India, Minggu (19/9/2021), cara paling efektif untuk melindungi diri dari aerosol berbahaya adalah menghindari tempat ramai dan menjaga social distance. Selain itu hindari ruangan dengan ventilasi yang sedikit atau tidak ada sama sekali, dan pakai masker dengan baik setiap saat.

"Bila digunakan dengan benar, pembersih udara dapat membantu mengurangi kontaminan di udara, termasuk virus, di rumah atau ruang terbatas," ungkap Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Terakhir, prioritaskan vaksinasi karena dapat menghindari infeksi parah dan mengurangi risiko rawat inap.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi: Virus Corona Berkembang Baik di Udara, Masker Longgar Rawan Tembus", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/19/203000265/studi--virus-corona-berkembang-baik-di-udara-masker-longgar-rawan-tembus?page=all#page2.



Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved