Pemkot Cirebon Tak Ingin Kisruh Pewaris Tahta Keraton Kasepuhan Berdampak pada Sektor Pariwisata
Pemkot Cirebon meminta pihak-pihak yang berpolemik dalam pewaris takhta Keraton Kasepuhan menahan diri.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Pemkot Cirebon meminta pihak-pihak yang berpolemik dalam pewaris tahta Keraton Kasepuhan menahan diri.
Wali Kota Cirebon, Nasrudin Azis, mewanti-wanti kisruh tersebut jangan sampai berdampak pada sektor pariwisata.
Ia meminta semua pihak menyadari hal itu sehingga mendahulukan kepentingan yang lebih besar ketimbang permasalahan takhta keraton.

"Jangan sampai polemik ini membuat masyarakat tidak bisa berwisata ke Keraton Kasepuhan," ujar Nasrudin Azis saat ditemui di DPRD Kota Cirebon, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, Senin (31/8/2021).
Ia mengatakan, harus disadari bahwa Keraton Kasepuhan merupakan aset negara sehingga harus dijaga kelestariannya.
Agar keraton sebagai simbol keragaman budaya Indonesia tetap dapat dinikmati hingga masa yang akan datang.
Pihaknya juga berharap, kisruh yang terjadi saat ini dapat diselesaikan secepatnya oleh internal keluarga besar keraton.
"Kami mengimbau semua pihak dapat menjaga kondusivitas Kota Cirebon, dan polemik ini diselesaikan secara baik-baik," kata Nasrudin Azis.
Diberitakan sebelumnya, cucu Sultan Sepuh XI, Raharjo Djali, telah dinobatkan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan dalam jumenengan beberapa waktu lalu dan bergelar Sultan Aloeda II.
Padahal, Luqman Zulkaedin masih menduduki posisi Sultan Sepuh XV menggantikan ayahnya, PRA Arief Natadiningrat, yang berpulang setahun lalu.
Selain itu, ada juga Santana Kasultanan Cirebon dan Keluarga Besar Kesultanan Cirebon yang menuntut agar takhta dikembalikan kepada trah atau keturunan Sunan Gunung Jati.
Pasalnya, Luqman dan Raharjo dianggap bukan keturunan Sunan Gunung Jati sehingga tidak berhak menduduki posisi tersebut.