Polemik Pewaris Tahta Keraton Kasepuhan Masih Bergulir, Pemkot Cirebon Beri Pesan Ini

Pemkot Cirebon memberi saran agar polemik pewaris tahta Keraton Kasepuhan diselesaikan oleh keluarga besarnya.

Tribuncirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
Suasana Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Minggu (30/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Pemkot Cirebon memberi saran agar polemik pewaris takhta Keraton Kasepuhan diselesaikan oleh keluarga besarnya.

Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, mengatakan, polemik tersebut merupakan permasalahan internal keraton.

Karenanya, ia meyakini keluarga besar Keraton Kasepuhan dapat menyelesaikannya tanpa perlu difasilitasi pihak manapun.

"Pakemnya juga merupakan ranah internal, sehingga kami yakin semuanya bisa dibicarakan oleh keluarga keraton," kata Agus Mulyadi saat ditemui di Balai Kota Cirebon, Jalan Inspeksi, Kota Cirebon, Jumat (20/8/2021).

Baca juga: Raharjo Djali Jumenengan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Bergelar Sultan Aloeda II

Sultan Aloeda II, Raharjo Djali, saat konferensi pers di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (19/8/2021).
Sultan Aloeda II, Raharjo Djali, saat konferensi pers di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Kamis (19/8/2021). (TribunCirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi)

Pihaknya berharap, keluarga besar Keraton Kasepuhan dapat menyelesaikan permasalahan itu secara bijak dan mengedepankan prinsip kekeluargaan.

Selain itu, menurut dia, diketahui perihal tersebut juga telah ditempuh ke jalur hukum sehingga tinggal ditunggu keputusannya saja.

Ia mengatakan, apapun hasil keputusannya diharapkan dapat diterima seluruh keluarga besar Keraton Kasepuhan Cirebon.

Selain itu, Agus memastikan Pemkot Cirebon juga tidak memihak pihak manapun dalam polemik takhta Keraton Kasepuhan.

Pasalnya, jika Pemkot Cirebon menerima pihak yang mengklaim lebih pantas menempati posisi tersebut maka dikhawatirkan menimbulkan kecemburuan pihak lainnya.

"Posisi Pemkot Cirebon netral, siapapun orangnya kalau sudah disepakati keluarga akan diterima," ujar Agus Mulyadi.

Baca juga: Kisruh Keraton Kasepuhan Masih Bergulir, Sekda Tegaskan Pemkot Cirebon Netral

Selain itu, kisruh mengenai pewaris takhta Keraton Kasepuhan Cirebon tampaknya masih bergulir.

Sekda Kota Cirebon, Agus Mulyadi, memastikan Pemkot Cirebon bersikap netral dan tidak memihak manapun.

Karenanya, Pemkot Cirebon mempersilakan keluarga besar Keraton Kasepuhan untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan.

"Kami hanya berpesan dua hal mengenai Keraton Kasepuhan," ujar Agus Mulyadi saat ditemui di Balai Kota Cirebon, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, Jumat (20/8/2021).

Menurut dia, dalam penyelesaian kisruh kali ini diharapkan tetap menjaga dan mempertahankan keraton sebagai simbol budaya.

Baca juga: Raharjo Djali Jumenengan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Bergelar Sultan Aloeda II

Baca juga: PRA Luqman Zulkaedin Tak Diakui sebagai Sultan Sepuh XV, Raden Heru Rusyamsyi Minta Keraton Diaudit

Selain itu, polemik kali ini juga jangan sampai berdampak pada munculnya potensi gangguan kamtibmas di Kota Cirebon.

"Dua hal ini yang perlu disikapi bersama sehingga permasalahannya selesai dan Kota Cirebon tetap kondusif," kata Agus Mulyadi.

PRA Luqman Zulkaedin (kiri) saat jumenengan Sultan Sepuh XV di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Minggu (30/8/2020).
PRA Luqman Zulkaedin (kiri) saat jumenengan Sultan Sepuh XV di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Minggu (30/8/2020). (Ahmad Imam Baehaqi/Tribuncirebon.com)

Sedikitnya terdapat tiga pihak yang mencuat dalam kisruh pewaris takhta Keraton Kasepuhan.

Padahal, Luqman Zulkaedin masih menduduki posisi Sultan Sepuh XV menggantikan ayahnya, PRA Arief Natadiningrat, yang berpulang setahun lalu.

Cucu Sultan Sepuh XI, Raharjo Djali, telah dinobatkan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan dalam jumenengan belum lama ini dan kini bergelar Sultan Aloeda II.

Selain itu, ada Santana Kasultanan Cirebon yang dipimpin Pangeran Kuda Putih atau Raden Heru Rusyamsyi Arianatareja, yang menuntut takhta tersebut dikembalikan kepada dzuriah atau keturunan Sunan Gunung Jati.

Jumenengan

Raharjo Djali menggelar jumenengan atau penobatan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan pada Rabu (18/8/2021) malam.

Jumenengan itu dilaksanakan di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Kegiatan tersebut juga digelar secara terbatas dan hanya dihadiri keluarga Rahardjo yang merupakan cucu Sultan Sepuh XI, Tadjoel Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjaningrat.

Jumenengan itu pun dipimpin Dewan Kelungguhan, Raden Udin Kaenudin. Bahkan, diikuti juga sejumlah tokoh ulama dan lainnya.

Raharjo Djali menyampaikan, jumenengan telah direncanakan lama namun baru digelar karena kebijakan PPKM yang diberlakukan di Kota Cirebon.

Baca juga: Keraton Kasepuhan Disegel, PRA Luqman Zulkaedin Disebut Tak Pantas Sebagai Sultan Sepuh XV

Baca juga: Pangeran Kuda Putih Tak Peduli Siapa yang Bertahta di Keraton Cirebon: Hanya Ingin Luruskan Sejarah

Karenanya, pihaknya pun sangat membatasi undangan yang hadir dalam tradisi penobatan sultan tersebut.

"Kami memutuskan prosesi ini hanya dihadiri keluarga, dan tetap memerhatikan prokes secara ketat," kata Raharjo Djali saat konferensi pers di Umah Kulon kompleks Keraton Kasepuhan, Kamis (19/8/2021).

Ia mengatakan, setelah prosesi jumenengan keluarga besar Keraton Kasepuhan memberinya gelar Sultan Aloeda II.

Pihaknya juga bersyukur pelaksanaan jumenengan tersebut berjalan lancar tanpa adanya hambatan apapun.

Selain itu, Raharjo menegaskan tradisi itu tidak diselenggarakan secara mendadak, karena disiapkan matang dari jauh-jauh hari.

"Kami juga menyampaikan permohonan maaf karena tidak mengundang banyak pihak dalam jumenengan kemarin," ujar Raharjo Djali.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved