Gadis Asal Indramayu Dijual

Sang Ibu Bilang Anaknya Sering Dianiaya di Papua, Disundut Rokok dan Diseret-seret, Dipaksa Kerja

Marni mengatakan, tak kuasa membayangkan semua cerita yang disampaikan anaknya tersebut saat berhasil mengabarinya secara sembunyi-sembunyi.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Ibu dari SDD, Marni (33) saat menunjukan tangkapan layar video call dengan anaknya yang jadi korban TPPO di rumah kontrakannya di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Rabu (11/8/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - SDD (14), gadis asal Kelurahan Bojongsari, Kecamatan/Kabupaten Indramayu diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau trafficking.

Ia dikirim ke Paniai Papua untuk dipekerjakan sebagai Pemandu Lagu (PL) di sebuah tempat karoke.

Jika enggan melayani tamu, SDD kerap kali mendapat penyiksaan dan tidak diberi makan.

Hal tersebut diungkap ibu dari SDD, Marni (33) kepada Tribuncirebon.com saat dikunjungi Lembaga Perlindungan Anak Indramayu (LPAI) di rumah kontrakannya di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Rabu (11/8/2021).

Marni mengatakan, tak kuasa membayangkan semua cerita yang disampaikan anaknya tersebut saat berhasil mengabarinya secara sembunyi-sembunyi.

"Saya lihat dikakinya itu ada bekas luka kaya sundutat rokok, terus katanya anak saya juga diseret-seret," ujar dia.

Marni menceritakan, di tempat karoke itu, SDD tidak bisa kabur, ia seperti dikurung dan harus melayani tamu.

Setiap melayani tamu pun, SDD hanya diberi upah dari hasil penjualan minuman keras, per botolnya ia diberi upah Rp 100 ribu.

Marni mengaku sangat sedih mendengar semua cerita tersebut, melalui sambungan seluler, SDD selalu menangis meminta bantuan untuk dipulangkan.

Kejadian itu diketahui berawal saat SDD diajak bermain oleh teman yang baru ia kenal pada 1 Juli 2021.

Sejak saat itu, nomor kontak SDD sulit dihubungi, ia juga tidak pulang ke rumah.

SDD baru memberi kabar dua hari setelahnya pada 3 Juli, bahwa ia tengah berada di Surabaya untuk bekerja di sebuah kedai kopi.

Di Surabaya, korban awalnya diimingi-imingi dengan diberikan sebuah gadget dan diberi uang saku Rp 100 ribu per hari agar merasa betah.

Marni yang saat itu mengkhawatirkan anaknya, meminta SDD segera pulang.

Hanya saja, disampaikan Marni, pada 21 Juli 2021, korban justru kembali memberi kabar bahwa dirinya dibawa ke Paniai Papua untuk dijadikan PL di sebuah tempat karoke.

Di sana korban diketahui juga mendapat penyiksaan dan tidak diberi makan jika tidak mau melayani tamu yang datang.

"Karena anak saya kan gak mau kerja begitu, tidak sesuai dengan yang diinginkannya, anak saya nangis-nangis minta dipulangkan," ujar dia.

Ibu Menangis

Marni mengaku, nyaris setiap hari menangis jika teringat anak keduanya tersebut yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP.

Setiap malam pun, ia bahkan tidak bisa tidur, Marni berharap, anaknya tersebut bisa segera pulang.

Terlebih di Papua, SDD kerap kali mendapat penyiksaan dan tidak diberi makan apabila enggan melayani tamu.

"Kalau ingat anak tuh gimana," ujar dia sembari menitikkan air mata kepada Tribuncirebon.com saat dikunjungi Lembaga Perlindungan Anak Indramayu (LPAI) di rumah kontrakannya di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Rabu (11/8/2021).

Baca juga: Breaking News: Anak Gadis Tukang Bubur di Indramayu Dijual ke Papua, Dipaksa Jadi Pemandu Lagu

Masih diceritakan Marni, setiap malam, sama sekali ia tidak bisa tidur, Marni berharap anaknya bisa segera pulang.

Adapun, kondisi SDD sekarang ini diketahui sudah aman, korban kini berada di Polres Paniai Papua setelah dijemput paksa polisi.

Meski demikian, diakui Marni, dirinya tetap khawatir sebelum bisa melihat langsung anaknya tersebut.

"Sekarang perasaannya sedikit lega, tapi tetap saya khawatir karena sebelum bisa lihat langsung," ujar dia.

Marni yang diketahui hanya seorang tukang bubur mengaku tidak memiliki biaya untuk menjemput anaknya.

Ia berharap pemerintah daerah maupun pihak kepolisian bisa membantu memulangkan SDD ke Kabupaten Indramayu.

"Buat bapak polisi, buat ibu bupati, buat siapa saja tolong bantu biar anak saya pulang," ujar dia.

LPAI: Sudah Aman

Lembaga Perlindungan Anak Indramayu (LPAI) memastikan, SDD (14) kini sudah aman dibawah pengawasan polisi.

//

Gadis asal Kelurahan Bojongsari, Kecamatan/Kabupaten Indramayu itu sebelumnya diduga menjadi korban dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau trafficking.

Ia dikirim ke Paniai Papua untuk dipekerjakan sebagai Pemandu Lagu di sebuah tempat karoke.

"Kondisi sekarang sudah aman sudah ditangani oleh Polres Paniai," ujar Koordinator LPAI, Adi Wijaya kepada Tribuncirebon.com, Rabu (11/8/2021).

Baca juga: Sang Ibu Bilang Anaknya Sering Dianiaya di Papua, Disundut Rokok dan Diseret-seret, Dipaksa Kerja

Adi Wijaya menyampaikan, selain SDD, diketahui juga ada korban lainnya yang mengalami nasib serupa.

Total secara keseluruhan ada sebanyak 5 anak perempuan di bawah umur.

Mereka berasal dari Kabupaten Indramayu 3 orang, 1 orang asal Majalengka, dan 1 orang lagi asal Cirebon.

"Kalau yang dari Indramayu itu ada 3, yang satu orang sudah dipulangkan," ujar dia.

Adi Wijaya mengatakan, kasus tersebut sudah menjurus kepada trafficking, terlebih para korban diketahui masih dibawah umur.

Baca juga: NASIB Malang Gadis Indramayu di Papua, Dipaksa Jadi PL, Disiksa, Ibunya Berharap Anaknya Bisa Pulang

Semua korban, sekarang ini, dipastikan LPAI sudah aman di Polres Paniai.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Indramayu AKP Luthfi Olot Gigantara membenarkan kasus tersebut.

"Nanti akan disampaikan lengkapnya ya, setelah korban sudah (dijemput) sampai di Jakarta," ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved