Bukan Bunuh Diri Psikiater Menilai Ada Motif Lain Dibalik Aksi Ketua Harian AKAR, Ini Penjelasannya

Teddy Hidayat, menilai pelaku yang mencoba mengakhiri hidup di depan Balai Kota Bandung, Rabu (4/8), diduga memiliki motif menunjukkan kemarahannya.

Editor: Mumu Mujahidin
shutterstock
Ilustrasi pisau: Bukan Bunuh Diri Psikiater Menilai Ada Motif Lain Dibalik Aksi Ketua Harian AKAR, Ini Penjelasannya 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Psikiater dan Dokter Spesialis Kejiwaan RS Melinda 2 Bandung, Teddy Hidayat, menilai pelaku yang melukai diri atau mencoba mengakhiri hidup di depan Balai Kota Bandung, Rabu (4/8), diduga memiliki motif menunjukkan kemarahannya.

Ia mengatakan hampir sebagian besar, atau 80 persenan kasus mengakhiri hidup memiliki hubungan dengan masalah mental emosional, yaitu gangguan suasana perasaan atau mood disorder. Yang paling banyak, katanya, tentu biasanya berupa depresi.

Biasanya, katanya, kasus-kasus percobaan bunuh diri yang terjadi bukanlah yang kali pertama dilakukan pelaku.

Jika dilihat riwayat hidupnya, biasanya kasus mengakhiri hidup atau bunuh diri ini merupakan pengulangan.

Biasanya orang yang berniat mengakhiri hidup tidak ingin ketahuan orang lain.

Baca juga: Beredar Rekaman Suara Ketua Harian AKAR Sebelum Lakukan Aksi Percobaan Bunuh Diri, Ini Kata-katanya

Ilustrasi Gantung Diri
Ilustrasi Gantung Diri (Tribun Jogja - Tribunnews.com)

Semakin masalahnya disimpan, semakin ia tidak menyampaikan masalahnya, resikonya untuk mengakhiri hidupnya makin besar. 

"Kalau ini kan di muka umum, dilihat orang. Yang model seperti ini mungkin ingin menunjukkan bunuh dirinya itu kepada orang lain, memperlihatkan. Dan ini bukan yang biasanya, bukan depresi. Ini lebih pada karena kemarahan atau kesal segala macam," kata Teddy saat dihubungi, Rabu (4/8).

Upaya mengakhiri hidup pada umumnya, kata Teddy, disebabkan oleh depresi dan mood disorder.

Pada kasus tersebut biasanya pelaku tidak ingin diketahui orang lain. Namun ketika dilakukan ditempat umun, hal ini disebabkan kemarahan.

"Lebih pada marah, barangkali marah. Kalau tidak, dilihat juga latar belakangnya. Apakah dulu gangguan jiwa berat, atau psikotik, atau tidak. Kondisi kesehatan jiwanya seperti apa dulu. Ada masalah apa. Dari situ kita baru tahu kira-kira apa," katanya.

Mengenai kabar yang menyatakan bahwa yang melakukan percobaan mengakhiri hidup tersebut adalah Gan Bonddilie, Ketua Harian Asosiasi Kafe dan Restoran atau AKAR Kota Bandung, Teddy menyampaikan bahwa yang menghadapi permasalahan di tengah pandemi bukan hanya pengusaha, tapi semua orang.

Baca juga: Ketua Harian AKAR Bonbon Coba Akhiri Hidup di Balai Kota Bandung, Saksi Lihat Lehernya Berdarah

"Bukan cuma pengusaha, semua orang mengalami masalah dan gangguan. Yang paling banyak sekarang kan cemas dan depresi, ada 40 persen orang depresi itu punya keinginan bunuh diri, dan 15 persen melakukannya," katanya.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas, katanya, pada 2018 dinyatakan dari total orang yang mengalami depresi di Indonesia, hanya 9 persen di antaranya yang diobati.

"Sebelum pandemi, orang depresi di Indonesia yang diobati cuma 9 persen. Sisanya tidak diobati. Jadi sebelum pandemi saja sudah parah, apalagi dengan adanya Covid-19, jauh lebih parah," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved