Virus Corona Mewabah

Dapur Susah Ngebul, Duit Seperti Barang 'Langka' bagi Sopir Angkot Subang-Bandung, Terpaksa Ngutang

Sejak PPKM ditetapkan berlangsung mulai 3 Juli 2021, sopir angkutan umum kehilangan hampir 100 persen penumpangnya.

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Kontributor Subang/Irvan Maulana
Deretan angkutan umum jurusan Subang-Bandung menunggu penumpang di halte Pasirkareumbi Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Subang, Senin (26/7/2021). 

Laporan Kontributor Tribun Jabar Subang, Irvan Maulana

TRIBUNCIREBON.COM, SUBANG - Para sopir angkutan umum di Subang gigit jari kehilangan penghasilan. Penyebabnya adalah pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Sejak PPKM ditetapkan berlangsung mulai 3 Juli 2021, sopir angkutan umum kehilangan hampir 100 persen penumpangnya.

Hal itu dikatakan Dede Ahmad (45), satu sopir angkutan umum elf Subang-Bandung ketika ditemui Tribun di halte Pasirkareumbi, Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Subang, Senin (26/7/2021) 

Di sana, terlihat puluhan kendaraan tengah berjajar. Namun semua kendaraan tersebut tak berpenumpang, termasuk mobil yang disopiri Dede. 

"Kalau lagi normal, kita jam segini udah narik rit kedua. Rit pertama itu subuh balik ke Subang sekitar pukul 09.00. Kalau sekarang justru kita belum narik," ujar Dede.

Dede mengatakan, kondisi seperti saat ini dialami semua sopir sejak diberlakukannya PPKM darurat Jawa-Bali.

"Sebenarnya pas ada corona itu parah, kita cuma bisa narik dua rit. Sekarang pas PPKM ini makin parah lagi. Jam segini satu penumpang pun belum ada," kata dia.

Dede menerangkan, selain kondisi kesulitan penumpang, ia juga mengeluh karena kondisi PPKM mengharuskan arus lalu lintas kendaraan disekat.

"Sudah mah kita narik paling cuma lima orang, jalan juga diputar-putar, tambah habis solar saja jalan makin jauh," ucapnya.

Selama PPKM, ia terpaksa bertahan hidup dengan pinjaman karena satu-satunya pencaharian sebagai sopir angkutan umum juga sangat terdampak.

"Kondisinya begini, kita bisa apa? Sebenarnya enggak di-PPKM juga muatan kita udah minim," katanya.

"Bukan cuma kita yang ke Bandung, para sopir angkot yang masih di dalam kota juga sama, semua muatannya enggak ada. Orang mau ke mana PPKM begini. Pasti jawabnya ribet harus ada surat ini itu lah," kata Dede.

Satu calon penumpang, Kosim (40), mengatakan harus bepergian karena akan masuk kerja.

"Saya dari Wanareja rencananya mau ke Bandung, besok sudah masuk soalnya," ujar Kosim.

Ia berkerja sebagai buruh kuli bangunan di Bandung. Pada hari Minggu dia pulang ke Wanareja, Subang, untuk menjenguk keluarganya.

Kosim satu-satunya calon penumpang yang hendak ke Bandung. Namun Kosim tak juga berangkat karena tidak ada penumpang lain.

"Kata sopirnya nunggu sewaan lain, enggak mungkin narik saya doang. Saya di sini dari pagi. Aturan tadi jam 11 siang juga udah berangkat biasanya," katanya.

Kosim terpaksa menunggu penumpang lain bersama sang sopir yang mau mengantarnya ke Bandung.

"Kita mah bisa apa, kendaraan sendiri saya enggak punya," ujar Kosim.

Ia berharap PPKM darurat segera berakhir, sebab, dengan diberlakukannya PPKM pekerjannya juga terhambat.

"Saya cuma mau ke Bandung saja sulit. Kebayang ini berapa mobil yang enggak bisa narik karena muatannya enggak ada," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved