Headline Tribun Jabar

Seburuk Apapun Sesak Napasnya, Pasien Akan Ditolak Masuk IGD, Penyebabnya karena Kurang Stok Oksigen

Headline Tribun Jabar, hari ini, mengulas kekurangan oksigen di rumah sakit. Ada rumah sakit yang membatasai pelayanan IGD karana kekurangan oksigen.

Editor: Fauzie Pradita Abbas

Headline Tribun Jabar, hari ini, mengulas kekurangan oksigen di rumah sakit. Ada rumah sakit yang membatasai pelayanan IGD karana kekurangan oksigen.

Simak Healdine Tribun Jabar selengkapnya di bawah ini.

Pengumuman penutupan sementara layanan IGD bagi pasien dengan keluhan sesak nafas seiring minimnya ketersediaan oksigen, dilakukan  oleh beberapa rumah sakit melalui akun Instagram masing-masing, Senin (5/7/2021
Pengumuman penutupan sementara layanan IGD bagi pasien dengan keluhan sesak nafas seiring minimnya ketersediaan oksigen, dilakukan oleh beberapa rumah sakit melalui akun Instagram masing-masing, Senin (5/7/2021 (Tribun Jabar/ Cipta Permana)

Tiga rumah sakit di Kota Bandung akhirnya membatasi pelayanan instalasi gawat darurat (IGD) mereka menyusul kelangkaan oksigen.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, Rumah Sakit Al-Islam Bandung, dan Edelweiss Hospital yang telah mengumumkan kebijakan tersebut di akun Instagram resmi masing-masing rumah sakit. Untuk sementara, ketiga rumah sakit itu tak menerima pasien dengan keluhan sesak napas.

Direktur Utama RSUD Kota Bandung, Mulyadi, mengatakan ketersediaan oksigen medis di RSUD Kota Bandung sudah sangat tipis seperti yang terjadi di rumah sakit-rumah sakit lainnya di Kota Bandung.
Vendor atu distributor oksigen, kata Mulyadi, tak dapat menjamin distribusi oksigen ke RSUD Kota Bandung secara rutin sesuai kebutuhan.

"Apalagi sekarang banyak pasien-pasien covid yang lagi dirawat," ujarnya kepada Tribun saat dihubungi melalui telepon, Senin (5/7).

Mulyadi mengatakan, oksigen medis yang tersedia di RSUD Kota Bandung hanya tinggal untuk pasien-pasien yang tengah dirawat di ruang isolasi, IGD non-Covid, dan operasi yang emergency. Jika tak ada lagi pasokan, persediaan oksigen diperkirakan hanya cukup sampai pukul 00.00 WIB.

"Kami sekarang masih menanyakan lagi ke vendornya dan jawabannya belum pasti untuk pengiriman oksigen berikutnya," katanya.

Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan RSUD Kota Bandung, Holidon, mengatakan ketersediaan oksigen di RSUD Kota Bandung hingga Senin siang tinggal dua tabung besar dan beberapa tabung kecil. Oksigen dalam tabung besar, kata Holidon, bisa digunakan selama tiga jam pemakaian. Adapun oksigen tabung kecil hanya digunakan untuk cadangan. I

“Harusnya kita punya delapan atau 10 tabung besar. Sehingga kalau punya 10 tabung besar oksigen berarti dapat digunakan selama 30 jam," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr Ahyani Raksanagara, mengatakan berdasar laporan hasil peninjauan ketersediaan oksigen medis per Minggu (4/7) pukul 16.00 WIB di 29 rumah sakit, dari kebutuhan oksigen 35.754,05 meter kubik per hari, ketersediaan hanya 16.222,55 meter kubik. Ahyani mengatakan, dengan jumlah tersebut, estimasi habis sekitar 0,45 hari.

"Itulah sebabnya rumah sakit-rumah sakit lakukan buka-tutup (penerimaan) pasien Covid. Yang membutuhkan oksigen itu kan bukan hanya di Kota Bandung melainkan seluruh Indonesia," ujarnya, kemarin.

Dihubungi, Minggu (4/7), Direktur Utama RS Al Islam dr Muhammad Iqbal, mengatakan kebijakan pembatasan pelayanan IGD di Al-Islam terpaksa mereka ambil karena khawatir mereka tak dapat menangani pasien baru lantaran keterbatasan oksigen. Terlebih, banyak pasien yang tengah menjalani perawatan dengan keluhan sesak napas.

"Saat ini banyak pasien yang kami rawat memerlukan oksigen karena penggunaan ventilator yang masif. Jangan sampai justru mereka tidak terbantu," ujarnya.

Iqbal mengatakan, pembatasan IGD untuk pasien dengan keluhan sesak napas tidak hanya untuk mereka yang didiagnosa terpapar Covid-19.

"Kan sesak napas teh banyak kan ya, ada yang terpapar Covid-19, ada juga yang bukan. Terus, yang Covid-19 juga tidak selalu sesak napas. Maka akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah pasien tersebut harus dirawat di rumah sakit atau tidak," ucapnya.

Ia mengatakan, biasanya produsen mengirim oksigen ke RS Al Islam hingga tiga kali sehari. Namun, karena kebutuhan oksigen di berbagai tempat tengah tinggi, sudah seminggu ini RS Al-Islam tak mendapat pasokan sehingga harus secara mandiri datang ke produsen.

"Sekarang tidak dikirim, tetapi harus bawa sendiri, mencari sendiri," ujar Iqbal.

Iqbal berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan ini. Terlebih saat ini, RS Al Islam sedang merawat sebanyak 120 pasien Covid-19, jumlah yang sebenarnya sudah melebihi kapasitas tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid, yakni 107 unit. Beberapa pasien Covid, kata Iqbal, terpaksa harus menjalani perawatan di luar kamar perawatan, dan menunggu antrean untuk memperoleh kamar perawatan tersebut.

"Pasien yang dirawat di luar (kamar perawatan) ini, kan, ada juga yang butuh tabung oksigen. Kalau yang di dalam sudah ada fasilitas oksigennya. Tapi kalau seperti ini terus kita kewalahan karena ketersediaan oksigen makin lama makin habis, dan prediksinya mungkin cuma cukup untuk beberapa hari ke depan," katanya.

Di RSUP Hasan Sadikin Bandung, tersendatnya pasokan oksigen dari distributor juga mulai terasa dampaknya. Mereka tak bisa lagi menunggu pasokan seperti biasanya, tapi harus jemput bola, mendatangi para distributor demi menjamin ketersediaan oksigen bagi pasien.

"Kami selalu berkontak dengan pemasok oksigen untuk RSHS, dan mereka masih menjanjikan ketersediaannya tetap untuk RSHS. Cuma untuk memasoknya biasanya sekali tiga hari sekarang ini satu kali 24 jam," ujar Plt. Direktur Utama RSHS Bandung, dr Irayanti, dalam keterangan persnya, kemarin.

Untuk oksigen tabung, RSHS harus menjemput langsung ke distributor. Ini karena pihak distributor, kata Irayanti, juga kekurangan personel untuk mengantarkan gas ke rumah sakit.

Ia mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) isolasi bagi pasien Covid-19 di RSUP Hasan Sadikin sudah mencapai 92,5 persen dari 287 total ketersediaan tempat tidur di ruang isolasi intensif ICU dan non ICU.

"Hingga pagi tadi masih cukup banyak pasien yang harus antre di IGD karena penuhnya tingkat keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 saat ini," ujarnya.(cipta permana/nandri prilatama/nazmi abdurahman)

Simak Headline Tribun Jabar dan berita terkait di sini

Video pilihan Tribun Jabar

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved