Virus Corona Mewabah
3 RS di Kota Bandung Ini Sementara Tak Layani Pasien Keluhan Sesak Napas, Stok Oksigen Sudah Minim
Sedikitnya tiga rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung melakukan pembatasan pelayanan IGD terhadap pasien dengan keluhan sesak nafas.
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Cipta Permana
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Minimnya suplai kebutuhan oksigen memaksa beberapa rumah sakit di Kota Bandung melakukan pembatasan pelayanan instalasi gawat darurat (IGD) terhadap pasien dengan keluhan sesak napas.
Sedikitnya terdapat tiga rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung, Rumah Sakit Al-Islam Bandung, dan Edelweiss Hospital, yang telah mengumumkan kebijakan tersebut di akun Instagram resmi masing-masing rumah sakit.
Direktur Utama RS Al Islam dr Muhammad Iqbal membenarkan hal tersebut.
Menurutnya kebijakan pembatasan pelayanan IGD di Al-Islam terpaksa diambil dikarenakan kekhawatiran ketika ada pasien baru tidak tertangani.
Terlebih, saat ini masih banyak pasien yang tengah menjalani perawatan dengan keluhan sesak napas.
"Saat ini banyak pasien yang kami rawat memerlukan oksigen karena penggunaan ventilator yang masif. Jangan sampai justru mereka tidak terbantu," ujarnya saat dihubungi wartawan, Minggu (4/7/2021) malam.
Iqbal menuturkan, pembatasan pasien dengan keluhan sesak nafas, tidak hanya diperuntukkan bagi pasien yang didiagnosa sebagai terpapar Covid-19, sebab beberapa penyakit lain pun menimbulkan gejala sesak nafas.
Baca juga: Pasien Covid-19 di Sukabumi Meninggal Dunia saat Isolasi Mandiri, Petugas Bergantian Pikul Peti Mati
Dengan demikian, pihaknya akan lebih dulu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi dari setiap pasien untuk memastikan apakah pasien yang sesak napas tersebut perlu dirawat atau tidak.
"Kan sesak nafas teh banyak, kan, ya, ada yang terpapar Covid-19, ada juga yang bukan. Terus yang Covid-19 juga tidak selalu sesak nafas, maka akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah pasien tersebut harus di rawat di rumah sakit atau tidak," ucapnya.
Ia mengaku, saat ini suplai oksigen ke RS Al Islam memang semakin minim. Biasanya, pihak produsen mengirim suplai oksigen dapat hingga tiga kali sehari.
Namun karena kebutuhan oksigen di berbagai tempat tengah tinggi dalam kurun waktu dua hingga tiga hari terakhir, maka pasokan pengiriman suplai oksigen pun terganggu.
Bahkan, lanjutnya, dalam seminggu terakhir pihaknya tidak pernah mendapat suplai, sehingga pihaknya harus secara mandiri datang ke produsen.
"Sekarang tidak dikirim, tetapi harus bawa sendiri, mencari sendiri," ujar Iqbal.
Baca juga: 5 Cara Percepat Pemulihan Pasien Covid-19 Selama Isolasi Mandiri, Jaga Pola Makan, Berpikir Positif
Menurutnya, secara ketersediaan tabung oksigen, pihaknya saat ini memiliki sekitar 93 tabung oksigen ukuran besar dan kebutuhan oksigen cair.
Untuk suplai kebutuhan oksigen cair, pihaknya biasa dikirim setiap lima hari sekali. Namun, saat situasi pandemi Covid-19, hampir setiap hari dilakukan pengiriman.
Iqbal pun berharap, pemerintah dapat segera menyelesaikan permasalahan suplai oksigen yang semakin terbatas.
Terlebih saat ini, RS Al Islam sedang merawat sebanyak 120 pasien Covid-19. Jumlah ini sudah melebihi kapasitas tempat tidur pasien yang hanya ada 107 unit.
Sehingga, beberapa pasien terpaksa harus menjalani perawatan di luar kamar perawatan dan menunggu antrean untuk memperoleh kamar perawatan tersebut.
Kondisi, minimnya pasokan oksigen pun telah coba ia sampaikan kepada pihak-pihak terkait, namun hingga saat ini hasilnya belum optimal.
"Kami berharap, pemerintah segera mengambil solusi atas persoalan minim pasokan oksigen ini, karena pasien yang di rawat di luar (kamar perawatan) ini kan ada juga yang butuh tabung oksigen. Kalau yang di dalam kan sudah ada fasilitas oksigennya, tapi kalau seperti ini terus kita kewalahan karena ketersediaan oksigen makin lama makin habis, dan prediksinya mungkin cuma cukup untuk beberapa hari kedepan," katanya.
Baca juga: Covid-19 Varian Delta Masuk Kota Depok, Satgas Minta Warga Hindari Makan Bersama
Sementara itu, hal serupa pun dialami oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung.
Menurut Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan RSUD Kota Bandung, Holidon mengaku, pihaknya kekurangan pasokan oksigen untuk merawat pasien Covid-19 dalam kondisi berat dan parah.
Hal itu disebabkan suplai pasokan oksigen mulai molor dari jadwal pengiriman biasanya, seiring banyak rumah sakit lainnya yang juga membutuhkan ketersediaan oksigen, karena jumlah pasien Covid-19 dalam perawatan yang mengalami peningkatan signifikan.
“Karena sekarang dengan kondisi seperti ini, banyak pasien yang membutuhkan, maka ketersediaan oksigen itu cepat habisnya. Yang biasanya, habis dalam sehari satu kali pengisian, sekarang dalam sehari bisa 2-3 kali pengisian," ujarnya kepada wartawan.
Holidon menjelaskan, ketersediaan tabung oksigen yang dimiliki RSUD Kota Bandung saat ini, yaitu dua tabung besar dan beberapa tabung kecil oksigen. Untuk tabung besar oksigen bisa digunakan selama tiga jam pemakaian.
Sedangkan untuk oksigen tabung kecil hanya digunakan untuk cadangan. Itu digunakan apabila dua tabung besar oksigen habis pakai.
“Harusnya kita punya delapan atau 10 tabung besar. Sehingga kalau punya 10 tabung besar oksigen berarti dapat digunakan selama 30 jam. Kalau yang kecil-kecil itu hanya back up,” ucapnya
Ia pun berharap agar pemerintah dapat segera memiliki solusi atas kondisi tersebut, terlebih, keterlambatan distribusi oksigen diakibatkan selain jumlah distributor di Kota Bandung yang minim, tetapi juga pasokan dari distributor di Jakarta pun mulai berkurang.
Baca juga: Demi Tekan Penyebaran Covid-19, Kapolresta Cirebon Ajak Semua Pihak Sukseskan PPKM Darurat
“Kami memahami bahwa saat ini semua pihak tengah membutuhkan ketersediaan oksigen ini, tapi tolong diutamakan untuk pengisian oksigen bagi rumah sakit terlebih dahulu, karena banyak pasien yang membutuhkan,” ujar Holidon.
Disinggung terkait pendirian tenda darurat untuk merawat pasien Covid-19 di halaman parkir kendaraan, menurutnya hal tersebut mulai dilakukan pada akhir Bulan Juni kemarin, seiring terus meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi penyakit serupa.
Adapun kapasitas tempat tidur di tenda darurat tersebut dapat menampung 6-12 pasien.
Disamping itu, pendirian tenda darurat dilakukan guna memisahkan pasien Covid-19 yang bergejala ringan dan berat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Karena kapasitas tempat tidur pasien di IGD RSUD Kota Bandung maksimal 20 tempat tidur saja.
“Untuk IGD semuanya sudah penuh. Sama dengan ruang rawat inap ring satu dan dua juga penuh semua,” ucapnya.
Baca juga: Demi Tekan Penyebaran Covid-19, Kapolresta Cirebon Ajak Semua Pihak Sukseskan PPKM Darurat
Holidon menyampaikan kini RSUD Kota Bandung kewalahan menangani pasien Covid-19. Apalagi banyak tenaga kesehatan yang terinfeksi. Kendala yang paling terasa, yaitu kurangnya sopir ambulan. Dari sembilan orang sopir ambulans, lima diantaranya terpapar Covid-19.
“Sementara banyak pasien yang harus dijemput dan tingginya angka kematian karena COVID-19. Belum lagi antrinya di lokasi pemakaman khusus Covid19 di Cikadut sehingga waktu banyak yang tersita,” katanya