Virus Corona Mewabah

INILAH Dua Obat yang Diduga Bisa Cepat Sembuhkan Pasien Covid-19, Bikin Pasien Positif Jadi Negatif

Meski begitu, baru-baru in muncul kabar bahwa ada dua obat yang digadang-gadang bisa "menyembuhkan" pasien positif Covid-19.

Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Foto humas Dedi Mulyadi
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi 

TRIBUNCIREBON.COM - Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini membuat masyarakat semakin geram.

//

Tentu saja hal itu membuat masyarakat geram, pasalnya banyak kerugian dari adanya Pandemi Covid-19.

kerugian dari adanya Pandemi Covid-19 diantara lain adalah, banyak orang yang sakit terpapar virus corona, banyak orang meninggal karena terinfeksi virus corona, banyak orang di PHK, banyak pengusaha gulung tikar, pengangguran semakin bertambah banyak, tingkat kematian pun semakin banyak.

Baca juga: Kejamnya Covid-19, Puluhan Ribu Pekerja Mal Terancam PHK, Bos Mereka Sudah Tak Punya Duit Cadangan

Pemerintah pun tidak tinggal diam, upaya untuk mengurangi risiko akibat Pandemi Covid-19 ini pun terus disosialisasikan.

Mulai dari meminta masyarakat patuhi protokol kesehatan (jaga jarak, pakai masker, cuci tangan), hingga memberikan dosis vaksin sebagai upaya pengurangan risiko terinfeksi virus corona.

Meski begitu, sampai saat ini pemerintah belum mengumumkan secara resmi adanya obat untuk menyembuhkan Covid-19.

Adapun sejumlah metode medis maupun metode tradisional masih banyak digunakan untuk menangani virus corona.

Baca juga: Berapa Lama Pasien Corona Harus Isolasi? Berikut Ciri-ciri Seseorang Telah Sembuh dari Covid-19

Meski begitu, baru-baru muncul kabar bahwa ada dua obat yang digadang-gadang bisa "menyembuhkan" pasien positif Covid-19.

Apa saja sih obatnya? yuk simak penjelasan di bawah ini.

 1. Ivermectin, berdasarkan pengalaman Susi Pudjiastuti

Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti (Tribunnews)

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti berbagi cerita soal penggunaan obat Ivermectin menyembuhkan delapan karyawannya yang positif Covid-19.

“Covid itu nyata dan dekat dengan kita. 8 orang dari karyawan kita kena, 3 isolasi mandiri di tempat kita, yang lainnya di rumah masing-masing,” ucap Susi Pudjiastuti dalam ceritanya melalui video yang beredar, Rabu (30/6/2021).

Di saat bersamaan, saat ini sedang ramai dibicarakan soal obat Covid-19, Ivermectin yang akan di uji klinik di Kementerian Kesehatan setelah diizinkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ivermectin obat Covid-19 perlu diteliti lebbih lanjut. Ini obat parasit.
Ivermectin obat Covid-19 perlu diteliti lebbih lanjut. Ini obat parasit. (https://health.grid.id/)

Susi kemudian menghubungi Menteri BUMN Erick Thohir menanyakan soal riset Ivermectin untuk terapi pemulihan pasien Covid-19.

Baca juga: 7 Kisah Kelam Pasien Covid-19 Meninggal saat Isolasi Mandiri di Kala Rumah Sakit Penuh

"Di tengah kegalauan saya harus menghubungi Pak Erick Thohir atas ada beberapa riset yang muncul tentang ivermectin," ujarnya.

Ia kemudian membeli dan memberikan Ivermectin yang diyakini jadi obat Covid-19 ke ke delapan karyawannya.

“Saya mencoba memadukannya sesuai anjuran dokter di pangandaran memakai paracetamol, Ivermerctin dan beberapa multivitamin,” ucap Susi.

Apa yang terjadi, Susi bercerita pada hari ke-7, ke delapan pegawainya sembuh.

“Saya bukan seorang dokter, tapi dalam keputusasaan dan kesulitan akan penuhnya rumah sakit dan lain-lain, apapun patut dicoba. Dan alhamdulillah hari ke 7 semua sudah negatif,” katanya.

Penggunaan Ivermectin untuk Pasien Covid-19 Dapat Izin dari BPOM

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyebut, BPOM mengizinkan penggunaan Ivermectin di luar skema uji klinik untuk obat Covid-19.

Diberitakan sebelumnya, BPOM mengizinkan obat Ivermectin di uji klinik. Uji klinik Ivermectin melibatkan 10 rumah sakit.

"Karena uji klinik dilakukan di 10 rumah sakit, sehingga penggunaan Ivermectin diluar skema uji klinik ini bisa dilakukan, namun sesuai hasil analisa dan pemeriksaan oleh dokter," kata Penny K Lukito dalam konferensi pers tentang Penggunaan dan Pengawasan Peredaran Ivermectin di kanal YouTube Badan POM RI, Jumat (2/7/2021).

Baca juga: PPKM Darurat Berlaku, Ini Daftar 6 Bantuan Pemerintah yang Akan Diperpanjang

Namun Penny K Lukito mewanti-wanti agar penggunaan Ivermectin sebagai obat Covid-19 aharus sesuai dengan analisa dokter.

"Penggunaan Ivermectin harus melalui uji klinik dan itu sudah kami buka untuk jalur tersebut. Dalam waktu tidak lama lagi, saya kira uji klinik ini akan dilaksanakan."

Ia menegaskan, jika dokter harus memberikan Ivermectin pada pasien Covid-19, maka harus sesuai dengan protokol uji klinik yang disetujui.

Selain itu, dokter juga harus menjelaskan sedetailnya pada pasien Covid-19 soal efek samping Ivermectin.

"Jika dokter bermaksud memberikan Ivermectin pada pasien, maka penggunaannya harus sesuai dengan protokol uji klinik yang telah disetujui. Sehingga dokter harus menyampaikan kepada pasien resikonya, bagaimana penggunaan obat Ivermectin ini," katanya.

Selain itu, Kepala BPOM juga mewanti-wanti soal Ivermectin ini sebagai obat keras. Jika tidak diberikan sesuai ketentuan, akan berdampak bagi penggunanya.

"Kembali kami mengingatkan bahwa Ivermectin ini adalah obat keras. Obat keras tentunya akan memberikan efek samping.Apabila digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti dosis atau lama pemberian," tegas Penny.

Baca juga: Invermectin, Obat yang Disebut untuk Terapi Covid-19 Kosong di Beberapa Apotek di Bandung Barat

Untuk itu, BPOM akan menjaga industri farmasi yang memproduksi dan mengedarkan obat Ivermectin ini. Agar bisa diproduksi dan diedarkan sesuai dengan regulasi yang ada.

"Tentu saja BPOM akan selalu menjaga industri farmasi yang memproduksi atau mengedarkan obat Ivermectin ini tentunya harus sesuai dengan ketentuan untuk produksi berdasarkan regulasi yang ada," pungkasnya.

Tapi, IDI Sangat Tidak Merekomendasikan

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak merekomendasikan penggunaan Ivermectin untuk jadi obat Covid-19.

"Jadi IDI tidak rekomendasikan penggunaan Ivermectin jadi obat Covid-19 sekarang ini," kata Ketua Satgas Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban di Jakarta, Selasa (29/6/2021) dikutip dari Kompas.com

Seperti diketahui, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengizinkan Ivermectin di uji klinik oleh Kemenkes. Adapun uji klinik Ivermectin akan berjalan selama tiga bulan.

"Kalau sudah dapat izin dari BPOM untuk dipakai, IDI akan pelajari izin-izin dari negar lain kemudian rekomendasi ke dokternya. Artinya amat menerapkan harus berdasarkan bukti ilmiah," kata Zubairi Djoerban.

Ia menyebut, data dari FDA, pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat, Ivermectin tidak diizinkan digunakan sebagai obat Covid-19.

Lalu di Eropa, EMA, badan obat-obatan Uni Eropa menyebut Ivermectin hanya bisa digunakan untuk penelitian.

"Di India, India dulu banyak pakai Ivermectin tapi mereka evaluasi dan ternyata penurunan Covid-19 di Indoa karena lockdown bukan Ivermectin . Sehingga Ivermectin dihapus di India," katanya.

Zubairi mengatakan, selama masa uji klinik, Ivermectin tidak boleh diberikan kepada masyarakat meski dengan resep dokter.

"Ya tidaklah, sama seperti vaksin, kita tunggu hasil uji klinik kalau uji kliniknya bagus kemudian diterbitkan izinnya," kata dia.

2. Obat Herbal Probiotik yang Diperkenalkan Dedi Mulyadi

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi membeberkan identitas obat herbal yang diklaimnya bisa membantu pengobatan pasien Covid-19.

Ia mengatakan obat herbal ini bukan produk yang tiba-tiba muncul di tengah momentum peningkatan angka kasus Covid-19.

Dedi Mulyadi mengatakan obat Covid-19 yang berlabel HQN1 Probiotix tersebut diramu oleh Gumilar Satriawan, pakar pengobatan herbal yang biasa menangani pasien paru-paru.

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi (Foto humas Dedi Mulyadi)

“Saya dengan Pak Gumilar itu biasa menangani pasien paru-paru, kan, banyak yang minta bantuan ke saya. Ada pengalaman ibu-ibu jam 10 malam datang ke rumah, suaminya harus dioperasi butuh Rp 15 juta, saya minta tolong Pak Gumilar obatin, sembuh,” katanya dalam siaran digital, Jumat (2/7/2021).

Menurutnya, Gumilar sudah lama mengembangkan obat-obatan herbal.

Obat yang dihasilkannya ini untuk menangani gejala Covid-19 berupa obat tetes HQN1. 

“Obat ini sifatnya probiotik yang fungsinya membangun imun, beda dengan antiobotik yang sifatnya perlawanan. dengan probiotik, pasien pelan-pelan memiliki kekuatan mengatasi gejala,” tutur Dedi.

Praktiknya obat tetes yang sudah berlabel halal dari MUI ini diteteskan langsung pada hidung guna mengatasi keluhan saluran pernapasan penderita Covid-19

“Saat ditetes ke hidung itu rasanya perih luar biasa, tapi akhirnya lendir keluar dan bersih, napas jadi lega,” katanya.

Selain ke hidung, obat herbal ini juga bisa diteteskan pada minuman. Menurut Dedi rasa minuman akan terasa kecut namun bekerja mengembalikan indera perasa dan penciuman kembali normal. 

“Rata-rata kalau pasiennya tidak pakai antibiotik, empat hari sudah normal, paling lama seminggu,” katanya.

Dedi berharap keberadaan obat herbal seperti HQN1 ini bisa turut mengurangi laju peningkatan kasus Covid-19. Menurutnya, obat ini bisa digunakan secara komunal agar pasien Covid-19 tidak perlu dirujuk ke rumah sakit. 

“Ini lebih mudah, praktis daripada harus mengangkut pasien ke rumah sakit, biayanya berapa, kita bisa kirim ini langsung ke rumah, agar pasien tetap berada di rumah,” tutur Dedi.

Gumilar Satriawan dalam penjelasan mengenai produknya mengatakan HQN1 Probiotix Herbal Tetes adalah cairan yang tersusun dari Bacteriophages dan kimia organik dari fermentasi khusus yang membentuk bio actives dimana masing-masing senyawa tersebut memiliki keunggulan untuk membantu mengatasi penyakit berat dan ringan secara alami.

Menurutnya, HQN1 Probiotix Herbal Tetes mewarisi cara pembuatan nenek moyang Nusantara yang sekarang masih relevan di era medis modern.

HQN1 akan berada di sel Imunitas tubuh untuk memperkuat jangkauan dan fagositosis terhadap patogen. 

Jika terdapat patogen di dalam organ tersebut maka HQN1 akan mengikat virus/bakteri tersebut, untuk dikeluarkan melalui lendir, urine, atau feces. 

“JIka tetap masih ada sisa patogen berupa virus, bakteri dan jamur yang jahat tersebut akan tidak menginfeksi didalam sel tubuh manusia karena sudah inactive,” tuturnya.

Dengan mengkonsumsi HQN1 Probiotix 2-3 kali dalam sehari bisa bisa menghindarkan pengkonsumsinya dari virus bahaya apapun termasuk virus Covid-19.

Obat ini sudah banyak dijual di marketplace juga melayani pembelian langsung via order online di situs resminya.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved