Di Masjid Indramayu Ini Ada Pantangan Menabuh Bedug, Jika Ditabuh Buaya Akan Datang

Peralatan bedug menjadi alat yang umum digunakan umat muslim sebagai pertanda akan memasuki waktu salat

Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Masjid Jami Nurulmuhtadien Jatisawit, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Kamis (15/4/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU -  Peralatan bedug menjadi alat yang umum digunakan umat muslim sebagai pertanda akan memasuki waktu salat.

Namun, berbeda di Masjid Jami Nurulmuhtadien Jatisawit, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. 

Di sana justru bedug dilarang ditabuh, termasuk pada Bulan Suci Ramadan 1442 Hijriah sekarang ini.

Pj Kepala Desa Jatisawit, Didin Nurudin mengatakan, pantangan menabuh bedug ini dikarenakan masih kentalnya mitos buaya yang dipercayai masyarakat setempat.

"Itu karena mitos legenda buaya yang menjelma jadi manusia di sini, warga mengenalnya dengan sebutan Ki Jumad," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Kamis (15/4/2021).

Buaya pemeliharaan warga saat diamankan petugas di Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Indramayu, Sabtu (19/9/2020) malam.
ILUSTRASI: Buaya pemeliharaan warga saat diamankan petugas di Kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Indramayu, Sabtu (19/9/2020) malam. (handhika Rahman/Tribuncirebon.com)

Didin Nurudin mengatakan, pernah sekali ada yang mencoba menabuh bedug di masjid desa setempat, ketika itu pula muncul banyak buaya dari tepian Sungai Cimanuk.

Bedug itu sendiri, diketahui merupakan pemberian Ki Jumad sebagai penanda bahwa warga di Desa Jatisawit tengah dilanda marabahaya dan memerlukan bantuan.

Baca juga: Buaya yang Meresahkan Warga Pangandaran Diduga Lebih dari Satu dan Berukuran Besar Hingga 5-6 Meter

Baca juga: Buaya 3 Meter Muncul Tiba-tiba di Sungai Sukaresik Pangandaran, Warga yang Tengah Mancing Ketakutan

Sejak saat itu, bedug itu tidak pernah ditabuh lagi, warga pun lalu menghanyutkannya ke Sungai Cimanuk.

"Setelah dihanyutkan, bedug itu ada yang mengambil, sekarang ada di Masjid di Desa Lobener Lor," ujar dia.

Masih disampaikan Didin Nurudin, sampai dengan saat ini, Masjid Jami Nurulmuhtadien Jatisawit tidak pernah lagi dilengkapi dengan bedug.

Termasuk pula semua masjid dan mushala yang ada di desa setempat, tidak akan ditemukan bedug sama sekali.

Pj Kepala Desa Jatisawit, Didin Nurudin saat berdiri di depan Masjid Jami Nurulmuhtadien Jatisawit, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Kamis (15/4/2021).
Pj Kepala Desa Jatisawit, Didin Nurudin saat berdiri di depan Masjid Jami Nurulmuhtadien Jatisawit, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Kamis (15/4/2021). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Hal yang sama juga berlaku pada masjid dan mushala yang berada di desa sebelah, Desa Jatisawit Lor.

"Karena Desa Jatisawit Lor itu dulunya pecahan Desa Jatisawit, di sana juga sama seperti itu," ucapnya.

Didin Nurudin menceritakan, berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, bedug ini hanya boleh dibunyikan apabila Desa Jatisawit tengah dilanda marabahaya saja, seperti banjir dan lain sebagainya.

Setelah ditabuh, Ki Jumat yang merupakan jelmaan buaya tersebut akan datang menolong warga di Desa Jatisawit.

"Sejak saat itu, tidak pernah ada lagi bunyi bedug di sini, karena kan kalau setiap waktu salat bunyi bedug, buaya-buaya pada datang, jadi hanya pada saat marabahaya saja," ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved