Human Interest Story
Cerita Warga di Kampung Rengginang Khas Kuningan, Musim Hujan Bikin Ketar-ketir Tak Bisa Jemur
proses pembuatan Rengginang ini masih bersifat tradisional dan mengandalkan panas sinar matahari langsung untuk menjemur
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Selain terkenal dengan daerah wisata di Jawa Barat, Kabupaten Kuningan juga memiliki ragam makanan khas daerah, untuk bisa dinikmati warga dari berbagai daerah.
Salah satunya adalah Desa Sindangagung, Kecamatan Sindangagung, yang dikenal sebagai kampung rengginang, penganan khas dari beras.
Saat TribunCirebon.com, mengunjungi kampung tersebut, warga memang mayoritas beraktivitas dalam usaha mikro kecil dan menengah pembuatan Rengginang. Tak hanya rengginang rasa orisinal yang mereka buat, rasa lain pun ternyata bisa juga diproduksi.
Inah (41), warga RT 03 RW 03 Dusun Kliwon ini, menyebutkan warga desanya ini terkenal sebagai 'Kampung Rengginang' dan ini merupakan usaha warga secara turun temurun sejak zaman prakemerdekaan.
"Iya kami usaha bikin rengginang itu turun temurun," ujar Inah kepada wartawan saat ditemui di rumah produksi desa setempat, Senin (5/4/2021).
Setiap hari, kata Inah, jumlah produksi rengginang tiap rumah itu tidak lebih dari 5 kilogram. "Iya, jadi di sini tiap rumah minimal 5 kilogram dalam jumlah pembuatannya. Kemudian untuk rasa, tentu berbeda antara satu rumah dengan rumah lain, dalam memproduksinya," kata Inah lagi.
Namun pembuatan Rengginang di musim penghujan, kata Inah, suka terkendala. Pasalnya, proses pembuatan Rengginang ini masih bersifat tradisional dan mengandalkan panas sinar matahari langsung untuk menjemur Rengginang mentah.
"Saat ini kendalanya, jumlah produksi berkurang akibat musim hujan. Sebab dalam proses pembuatan itu harus dijemur saat panas, namun sekarang musim ya begini," ungkapnya.
Sementara puncak produksi sekaligus waktu meraup keuntungan terjadi saat momen liburan sekolah, munggahan saat mau melaksanakan ibadah puasa dan perayaaan Idulfitri. Di saat-saat itulah kata Inah, ia bisa menjual rengginang dalam jumlah banyak.
Tapi, musim penghujan saat ini jelas tidak mendukung dalam mengambil keuntungan lebih dari masa sebelumnya.
"Untuk harga per kilogram itu Rp 13 -15 ribu. Nah, untuk rame penjualan itu biasanya mau puasa, Idul Fitri dan liburan sekolah kayak begini," ujarnya.
Inah menjelaskan proses pembuatan Rengginang ini. Rengginang kata Inah berasal dari beras ketan. Pengolahan dimulai dari pencucian, kemudian beras ketan dikukus. Selanjutnya, beras ketan yang sudah jadi nasi ketan itu masuk dalam pencetakan hingga proses penjemuran.
"Dari proses tadi, kendala hujan menjadi hambatan dan kita hanya produksi dengan jumlah kecil saja," ujarnya.
Di tempat sama, anggota DPRD Kuningan, Sri Laelasari mengatakan bahwa usaha pembuatan makanan khas seperti ini menjadi perhatian pemerintah. Terutama dalam tertib administrasi seputar perizinan produksi atau PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).
"Bersyukur pada pelaku usaha demikian ini telah memiliki kelengkapan sah dalam berusaha. Sehingga legalitas usaha mereka ini bisa masuk ke toko modern dan bisa mendongkrak peningkatan sektor ekonomi kerakyatan," ungkap Sri yang juga Anggota Fraksi Gerindra Bintang DPRD Kuningan.
Data diterima, kata Sri mengaku bahwa pelaku usaha di Kuningan memang belum semua memiliki legalitas produksi. "Layar belakang ini sudah menjadi tanggungjawab kami dalam mengawal pelaku usaha dalam kebutuhan izin dan sebagainya," ungkapnya.
Menyinggung soal keberadaan di lingkungan setempat, Sri mengaku tengah melakukan pengawasan konstituen yang aktif dalam mengembangkan usaha kerakyatan di masa sekarang. "Selain bentuk pengawasan sektor ekonomi, kami disini melihat warga dan fasilitas umum sebagai penunjang kegiatan warga disini. Ya, tadi ada beberapa catatan masuk dari masyarakat untuk kami perjuangkan demi kesejahteraan mereka juga," ungkapnya. (*)