Gubernur Jabar Ridwan Kamil Tegaskan Semua Perbatasan di Jalur Mudik Akan Dijaga Ketat
penghapusan kegiatan mudik ini pada dasarnya dilakukan berdasarkan kajian epidemiologi.
"Jika mudik dibolehkan, Operasi Ketupat akan membantu kelancaran para pemudik. Namun jika tidak boleh, kami akan melakukan penyekatan-penyekatan, kendaraan para pemudik akan kami minta kembali," ujarnya, saat dihubungi melalui telepon.
Dukungan keputusan pelarangan mudik Lebaran, juga diungkapkan Bupati Majalengka, Karna Sobahi, saat ditemui di Gedung DPRD Majalengka, Jkemarin.
"Kita harus mengamankan kebijakan pusat, karena pengalaman tahun kemarin juga sama, tidak ada mudik. Apalagi sekarang tidak ada cuti, cuma dua hari, yakni hari H lebaran dan besoknya," ujar Karna.
Dihubungi melalui telepon, kemarin, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, Kusman Yuhana, masih akan menunggu edaran resmi sebelum menyikapi keputusan pusat yang kembali meliadakan mudik Lebaran.
"Kabar itu memang sudah dengar tapi kami belum menerima edarannya dari Dirjen Kemenhub," kata Kusman.
Meski demikian, koordinasi dengan instansi lainnya sudah mereka lakukan terkait pelarangan mudik ini. "Termasuk dengan kepolisian dan Satgas Covid-19,"ujarnya.
Tuai Reaksi
Keputusan pemerintah kembali meniadakan mudik, kemarin, langsung menuai reaksi dari pengusaha travel. Waluyo (37), pengusaha travel Devita Jaya asal Padaherang, Kabupaten Pangandaran, mengatakan keputusan itu sangat merugikan mereka.
"Saya biasa ngorder di Jabodetabek, tapi karena ini jadi terpotong rezeki saya. Padahal, kalau diibaratkan petani, harusnya saat ini kami sedang panen," ujar Waluyo saat dihubungi melalui telepon.
Waluyo berharap, pihak pemerintah mengkaji lagi aturan tersebut. "Pasti kebanyakan warga, khususnya yang merantau di luar kota tidak setuju dengan aturan tersebut. Karena, itu hanya setahun sekali. Kalau alasannya prokes, perketat saja aturannya," ujarnya.
Hal senada dikatakan Ahmad (31), pengusaha Jasa Nazwa Travel di Pangandaran. "Dengan aturan tersebut, intinya silaturahmi kita terhambat, dan usaha kita juga ikut terhambat," ujarnya.
Namun, berbeda dengan pengusaha travel, Paguyuban Pedagang Mi dan Bakso (Papmiso) Kabupaten Karawang justru tak ambil pusing dengan larangan mudik ini. Ketua Papmiso Karawang, Supriyadi, mengatakan, larangan mudik ini tak berpengaruh bagi pedagang mi dan bakso.
"Terlebih, selama ini, anggota Papmiso memang jarang yang mudik menjelang Lebaran, karena Lebaran justru adalah saat kami panen," ujarnya melalui telepon.
Biasanya, ujar Supriyadi, mereka baru mudik pada H+10. "Kita mencari duit dulu, baru mudik," katanya.
Ketua Paguyuban Wonosobo (Pawon) Korwil Karawang, Ari Fajar Haryono (35), mengatakan mereka ikut saja apa kata pemerintah.
"Mau bagaimana lagi karena kondisinya seperti ini," ujarnya.(syarif abdussalam/lutfi a mauludin/tiah sm/eki yulianto/cikwan suwandi/irvan maulana/padna)