Kecelakaan Maut di Wado

PAMIJAHAN, Lokasi Ziarah yang Dikunjungi Rombongan SMP IT dan Alami Kecelakaan Maut di Wado Sumedang

bus itu membawa rombongan SMP IT al Muawwanah Subang yang baru saja pulang berziarah dari Pamijahan Tasikmalaya.

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
pamijahan.sideka.id
Makam Waliyullah Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan, Tasikmalaya. 

TRIBUNCIREBON.COM - Nama Pamijahan, sebuah tempat untuk berziarah di daerah selatan Tasikmalaya, kembali terangkat.

Kali ini berkaitan dengan kasus kecelakaan maut di Tanjakan Cae, Wado Sumedang, yang menimpa sebuah bus pariwisata, Rabu (10/3/2021) malam. Bus yang membawa penumpang 63 orang itu terjun ke jurang saat merayapi tanjakan Cae.

Hingga Kamis (11/3/2021) siang, jumlah korban tewas sebanyak 27 orang.

Ternyata bus itu membawa rombongan SMP IT al Muawwanah Subang yang baru saja pulang berziarah dari Pamijahan Tasikmalaya.

Pamijahan merupakan objek wisata religius yang terletak di desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya.Luas areal yang menjadi objek wisata kurang lebih 25 hektare.

Dilansir dari jabarprov.go.id, Adapun fasilitas yang tersedia adalah Makam  Syekh Abdul Muchyi, Makam Sembah Khotib Muwahid, Sembah Kudrot, Sembah Dalem Yudanegara, dan Sembah Dalem Sacaparana, Go Safarwadi , Pondokan, Kios-kios Makanan, Tourism Information Center dan Are Parkir yang luas.

Jarak tempuh dari Pusat Kota Tasikmalaya sekitar 65 Km ke arah selatan atau sekitar 1,5 jam dengan kondisi jalan yang  rat, jika menggunakan angkutan umum, dapat menggunakan Bis Mikro dari Terminal Bis Tipe A Tasikmalaya dan hanya mengeluarkan ongkos sekitar Rp.15.000 - Rp.20.000.

Baca juga: Kecelakaan Maut di Wado, Polisi Duga Sopir Bus Pariwisata Tak Paham Kondisi Jalan dan Tanjakan Cae

Baca juga: Ini Kata Kapolda soal Hasil Sementara Olah TKP Kecelakaan Maut Bus Masuk Jurang di Wado Sumedang

Jika berkunjung kesini tidak ada salahnya melanjutkan perjalanan menuju Pantai Cipatujah yang hanya memiliki Jarak Tempuh sekitar 30 Km  atau memakan waktu 45 menit.

Nama Pamijahan tak lepas dari sosok Syekh Haji Abdul Muhyi. Berdasar paparan di buku "Menyingkap tabir rahasia spiritual Syekh Abdul Muhyi (Wali Pamijahan): menapaki jejak para tokoh sufi Nusantara abad XVII-XVIII" karya Muhammad Wildan Yahya, yang dirangkum Wikipedia.

Pamijahan terkenal keberadaannya sebagai kawasan yang masih terjaga dan sering dikunjungi orang-orang dari berbagai pelosok tanah air bahkan manca negara dan merupakan salah satu peninggalan bersejarah awal mula tersebarnya agama Islam diberbagai kawasan.

Pamijahan terletak di sebuah kampung di pinggir sungai dan merupakan pusat dari kedusunan setempat yang masih terlihat asri dan alami karena penduduk lokal menjaga dan menaati nasihat dari para tokoh sepuh dan ulama dalam menjaga alam secara lestari.

Ddapun kini banyak perubahan terjadi terutama di area terminal dan sekitarnya karena tuntutan akan perlunya daya tampung lebih besar untuk fasilitas transportasi terutama bus-bus besar antar propinsi yang mengantarkan peziarah ke pamijahan sering datang dan terparkir di kawasan terminal sehingga area pusat kedatangan peziarah ini terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Bagi para peziarah yang pernah mengunjungi Pamijahan antara 10 atau 20 tahun yang lalu pasti merasakan perbedaan mencolok tentang adanya pembangunan dan pelebaran area terminal sebelum memasuki “Kaca kaca” atau gerbang sebelum memasuki wilayah ziarah.

Asal Usul Nama Pamijahan

Kampung ini dinamakan Pamijahan karena tempat tersebut sering dikunjungi banyak orang yang hendak berziarah ke makam Waliyullah Syeh Abdul Muhyi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved