Fenomena Hari Tanpa Bayangan Bikin Warga Indramayu Penasaran, Langsung Nyobain: Iya Bener Juga Sih
Fenomena hari tanpa bayangan rupanya juga terjadi di Kabupaten Indramayu, Kamis (4/3/2021).
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Dalam penjelasannya, Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Faa Izyin menjelaskan, fenomena kulminasi atau transis atau istiwa adalah ketika matahari berada di posisi paling tinggi di langit.
Posisinya tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenit.
"Akibatnya bayangan benda tegak akan terlihat (menghilang) karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," ujar Kang Faiz sapaan akrabnya, Rabu (3/3/2021).
Sehingga, jelas dia, fenomena ini kerap disebut sebagai hari tanpa bayangan.
Dalam pemberitaan Kompas.com, Selasa (10/9/2019), Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, bahwa fenomena hari tanpa bayangan sebenarnya bukanlah fenomena langka.
Hari tanpa bayangan atau lengkapnya hari tanpa bayangan Matahari adalah suatu hari bagi suatu tempat tertentu di mana manusia dan obyek lain yang berdiri tegak akan kehilangan bayang-bayangnya, manakala Matahari mencapai titik kulminasi atas (istiwa') atau mengalami kondisi transit.
Akibatnya, bayangan akan jatuh tegak lurus karena bertumpu pada benda itu sendiri. Orang-orang membahasakannya menjadi bayangan yang hilang atau tanpa bayangan.
Setiap hari di antara terbit dan terbenamnya, Matahari menempuh lintasan khayali di langit yang tercermin dari dua parameter, yaitu altitud Matahari dan azimuth Matahari.
"Kulminasi atas terjadi saat altitud Matahari mencapai maksimum pada hari itu," kata Marufin.
Situasi tersebut terjadi bersamaan dengan saat azimuth Matahari bernilai 180º atau 0º, fenomena yang disebut sebagai transit Matahari. Sehingga pada saat kulminasi atas terjadi, bayang-bayang benda tegak yang dibentuk oleh pancaran sinar matahari akan tepat mengarah ke utara atau ke selatan.
Hari tanpa bayangan Matahari terjadi manakala altitud Matahari tepat 90º, sehingga Matahari tepat berada di titik zenith (titik tertinggi yang bisa dicapai peredaran benda langit).
Secara astronomis, hari tanpa bayangan Matahari terjadi manakala nilai deklinasi Matahari, yakni salah satu parameter dalam sistem koordinat langit, tepat sama dan senilai dengan garis lintang sebuah tempat.
Matahari mengalami gerak semu tahunan yang sifatnya siklik mulai dari yang terbesar deklinasi +23º 26' hingga yang terkecil deklinasi -23º 26'.
Perubahan deklinasi tersebut membuat Matahari akan menempati titik zenith yang tepat berada di atas Garis Balik Utara (lintang 23º 26' LU) setiap 21 Juni, pada saat deklinasi Matahari mencapai maksimum dan berada di atas Garis Balik Selatan (lintang 23º 26' LS) setiap 22 Juni pada saat deklinasi Matahari mencapai minimum.
Lantas, bagaimana dengan hari tanpa bayangan di Indonesia? Dikatakan Marufin, bahwa Indonesia secara geografis terletak di antara lintang 6º LU hingga lintang 11º LS.